Mohon tunggu...
Azhar Nabil
Azhar Nabil Mohon Tunggu... Penulis - -

Masih belajar

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pengembangan Literasi Indonesia

21 Mei 2020   14:57 Diperbarui: 28 Mei 2020   14:00 1975
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Alhamdulillah. 

Banyak dari kita pasti sudah tidak asing lagi dengan kata literasi. kata ini merujuk pada kemampuan seseorang dalam membaca, menulis, mengenali dan memahami ide-ide visual dari suatu bacaan. Literasi dan minat baca memilki hubungan yang erat. Kemampuan seseorang dalam berbicara, membaca, dan menulis sebagian besar dipengaruhi oleh frekuensi membaca. Dengan adanya literasi inilah muncul suatu perbedaan antara masyarakat yang satu dengan yang lainnya. Ada yang tau peringkat indonesia dalam hal literasi? Berdasarkan dari data The World's Most Literate Nations Indonesia berada di peringkat 60 dari 61 dalam kemampuan literasi. Hal ini sungguh sangat memprihatikan apabila dibandingkan dengan negara tetangga, seperti singapura yang menempati posisi 36 dan Malaysia di posisi 53 serta Thailand di 59. 

Kurangnya minat baca memang bukanlah masalah besar dalam suatu negara yang perlu dibesar-besarkan, tapi setidaknya dengan kesadaran dan minat akan membaca inilah kualitas suatu bangsa akan lebih terjamin dengan meningkatnya SDM negaranya. Dalam hal ini, kaum mudalah yang berperan penting demi menaikkan kualitas suatu bangsa. Di tangan mereka perubahan yang dicita-citakan bangsa bisa direalisasikan, tentu dengan adanya usaha yang ekstra bukan hanya sekedar hura-hura di medsos. Kita bisa melihat bukti konkretnya di kehidupan nyata dengan melihat negara tetangga Malaysia. Dulu di tahun 60-an, mereka dengan bangganya mengimpor guru dari indonesia dan mengirimkan pelajarnya untuk mengenyam pendidikan di Indonesia. namun karena adanya tekad yang kuat untuk berubah, mereka sekarang justru lebih maju dan menjadi salah satu negara yang memilki pendidikan yang maju di Asia.

Ada beberapa faktor yang merupakan kendala yang dihadapi untuk meningkatkan literasi masyarakat Indonesia, terutama di kalangan pelajar, diantaranya seperti lemahnya pendistribusian buku ke berbagai daerah, rendahnya kualitas buku Indonesia, mahalnya harga buku dan membanjirnya konten-konten yang tidak terlalu penting di medsos. Hal tersebut sebenarnya bisa diatasi dengan berbagai pendekatan dan keaktifan semua pihak, kita bisa mencontoh negara dengan peringkat No.1 dalam hal literasi, yaitu Finlandia. Strategi mereka untuk mendobrak minta baca adalah dengan membuat aktivitas membaca sebagai suatu kebutuhan. literate environment mereka dimulai dari lingkungan keluarga, dimana mereka mendorong para orang tua untuk memperkenalkan bacaan melalui media bermain dan pembacaan dongeng. mereka mengetahui bahwa di 3 tahun pertama kehidupan merupakan masa yang sangat penting dimana kualitas dan kuantitas interaksi antara anak dan orang tua akan berperan penting dalam perkembangan bahasa. Beberapa teknik lain yang diambil Findlandia diantaranya:

1. Membangun jaringan perpustakaan umum besar dan padat. Mereka menyediakan koran, majalah, buku dan media online yang high grade dan up to date. Staf perpustakaan juga membangun kerjasama dengan sekolah untuk melakukan konseling seputar membaca buku, rekomendasi judul buku baru, dll.

2. lebih mengutamakan menggunakan subtitle daripada dubbing ketika melihat Film, sehingga mendorong masyarakatnya untuk membaca.

3. Peningkatkan kualitas pendidikan guru. Guru SD dan SMP di Finlandia bergelar master degree (S2), sedangkan pre-school sejenis TK memilki background pendidkan S1. Siswa finlandia disekolahkan di sekolah dengan fasilitas sekolah terbaik dan dekat dengan rumah mereka.

4. Setiap orang tua yang memilki new baby born akan mendapatkan semacam paket persiapan melahirkan, yang berisikan album foto, baju bayi, peralatan bayi lainnya dan buku bimbingan parenting seputar anak. 

Dan juga sebagai tambahan, saya juga menunjukkan strategi negara eropa lainnya untuk menggiatkan literasi negara mereka.

Di Perancis, ada program ‘Action educative familiale’ di mana para orang tua, khususnya ibu, diberi pelatihan atau semacam kursus untuk mengembangkan pemahaman terhadap ilmu-ilmu dasar. para ibu diberi tahu cara bercerita yang baik, materi pelajaran anak mereka, dan pemahaman lainnya, sehingga terbentuklah dasar literasi di setiap rumah.

Di Swedia, perusahaan Mc Donald's dan Munkedals (perusahaan kertas) bekerja sama untuk menciptakan lingkungan literasi yang sangat unik. Dalam setiap pembelian Happy Meal, para orang tua dan anak bisa mendapatkan satu buku ekstra secara gratis. Buku berasal dari penulis mancanegara seperti Finlandia, Norwegia, dan Denmark yang mereka translate untuk memudahkan para pembaca.

Di Hungaria, setiap September ada perayaan 'National Day of Folk Tales' di perpustakaan sekolah, perpustakaan umum, teater, museum, tempat pelatihan, dan TK. Acara diisi dengan pembacaan cerita, Puppet shows, dan kuliah umum seputar cerita rakyat, ilmu parenting untuk orang tua serta ilmu mengajar untuk para guru.

Di Jerman, tepatnya di kota Hamburg pemerintah memperkenalkan sprachforderkonzept, yaitu Tes berbicara, membaca dan mengeja di setiap sekolah dari tingkat 1 sampai 8 (kira-kira dari SD-SMP). Siswa yang mendapatkan nilai yang rendah, akan mendapat kelas tambahan dari guru Bahasa yang biasanya diselenggarakan di siang hari (sekolah di Jerman half-day school). Sekolah juga mendapat dana sesuai kebutuhan mereka, untuk melakukan pelatihan guru bahasa, tes berbicara, membaca, dan mengeja serta untuk evaluasi dan pencarian cara yang tepat untuk pengembangan bacaan yang dapat diterapkan.

Seperti pepatah Cina "seseorang yang memulai memindahkan Gunung memulainya dengan mengangkat batu- batu kecil". sedikit demi sedikit penggiatan literasi oleh masyarakat mulai digaungkan. Sepengatahuan saya, temen-temen Mahasiswa dari berbagai kampus telah membuat gerakan-gerakan untuk meningkatkan kualitas literasi, seperti GUIM (gerakan UI mengajar), SCOLAH (School Of Airlangga in Harmony) dan masih banyak lagi. Di kampus saya UM, ada yang namanya Gemapedia (Gerakan Mahasiswa peduli Pendidikan), yaitu organisasi sosial non-profit yang bergerak untuk meningkatkan kualitas pendidikan indonesia khususnya di Malang. kemudian ada terobosan-terobosan seperti Digilib, Perpustakaan keliling, Perpustakaan apung, aplikasi menulis seperti Wattpad dan Quora yang semuanya bisa menjadi langkah awal pengembangan pendidikan di negeri tercinta, indonesia. 

Peningkatan literasi di indonesia memang mulai berkembang dan sedang mengarah ke titik terang. Peningkatan minat baca sebenarnya bukan dimulai dari orang lain, tetapi justru dari diri kita sendiri. Jom sempatkanlah waktu 15-30 menit untuk membaca, kalau kata guru saya minimal membaca Al-Qur'an dan terjemahannya. Tidaklah kita membuang waktu untuk membaca, melainkan pasti ada suatu insight yang masuk.

Wallahu a'lam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun