Menurut William Strauss dan Neil Howe, generasi milenial mempunyai karakter yang spesial, penuh percaya diri, berwawasan kelompok, tahan terhadap tekanan, dan mengejar pencapaian (Milenial Rising: The Next Great Generation, 2000). Karakter lain dari anak muda generasi satu ini ialah prinsip hidup yang  fleksibel. Â
Realitas anak muda saat ini begitu lekat dengan label yang disematkan kepada mereka sebagai generasi milennials yang juga disebut begitu identik dengan teknologi dan kehidupan digital. Â
Tidak bisa dipungkiri pula mengenai fenomena pergeseran perilaku turut berubah beriringan dengan teknologi. Salah satunya budaya baru dan tren konsep gaya kerja anak muda milennials.
Kemajuan teknologi menjembatani berbagai perkembangan konsep cara kerja tenaga kerja, termasuk di mana para pelaku bisnis menjalankan bisnis mereka. Kini banyak pekerja profesional dan perusahaan yang menerapkan konsep virtual office, dengan kata lain kini bekerja tidak harus "ngantor", bisa di mana saja.Â
Salah satu contohnya adalah makin banyaknya bermunculan bisnis Start-up berbasis teknologi. Â Hal ini sejalan dengan bagaimana karakteristik serta gaya kerja impian anak muda milennial, bekerja cenderung tidak terikat oleh waktu dan tempat, dan memanfaatkan teknologi untuk bekerja dan berkomunikasi. Oleh sebab itu menjamurlah kehadiran co-working space.
Apa itu Co-Working Space?
Istilah ini semakin populer didengar sebagai definisi dari sebuah area atau sarana yang dapat dimanfaatkan publik berbentuk ruangan kerja bersama.  Disebut ruang kerja bersama terkait penggunaannya sebagai sebuah fasilitas layanan untuk umum yang terdapat berbagai individu, komunitas, perusahaan dan startup berbagi ruang untuk bekerja. Pengguna co-working space, biasa disebut coworkers, bisa menggunakan ruang atau meja di co-working space dengan membayar sewa dengan waktu bervariasi.Â
Konsep co-working space  sendiri beragam, diantaranya menawarkan berbagai fasilitas pendukung mulai dari, ketersediaan layanan koneksi internet,Pendingin ruangan (AC),  Meja kerja, LCD/ Proyektor, hingga keperluan maintenance dan cleaning service. Kemudian penawaran layanan seperti,  Private room office, Ruang rapat (Meeting room), ruang komunal, Perpustakaan juga Cafetaria.
Di Indonesia realisasi konsep co-working space pertama kali digagas oleh anak-anak muda bandung yang mendirikan hackerspace. Kemudian, pada akhirnya selama 3 tahun belakangan ini masif bermunculan co-working space lainnya di berbagai kota termasuk jakarta. Dilansir dari salah satu artikel website virtualofficeku.com, Frangky Lee  selaku co-founder Gapura Office mengatakan bahwa co-working space muncul sebagai alternatif ruangan gedung perkantoran yang untuk sewa dan biaya operasional yang begitu mahal.
Dasar tujuan anak muda dalam memilih memanfaatkan Co- Working space
Dasar tujuan terkait pilihan untuk memanfaatkan layanan Co- Working space tentu menekankan kepada alasan pengguna atas pertimbangan tertentu setiap  individunya.Â
Dalam asumsi pilihan rasional, individu adalah aktor yang menentukan tindakan yang diambil. Tindakan setiap individu atau aktor mengacu pada 1). Prefrensi individu terkait pertimbangan antara peluang atau kendala; 2). Hal yang memberikan keuntungan terhadap dirinya.
Lebih lanjut mengenai pilihan rasional, ada 2 poin penting terkait teori Rational Choice gagasan James Coleman ini yakni, aktor dan sumber daya.Â
Sesuai relevansinya dengan gagasan Pilihan Rasional, Â pada dasarnya aktor yaitu pengguna layanan Co- Working space diantarnya adalah pelaku kerja kreatif, Â pekerja independen seperti freelancer, remote worker (pekerja jarak jauh), dan pebisnis StartUp. Baik itu kalangan komunitas hingga corporate. Para pekerja vitual office seperti mereka ini membutuhkan ruang-ruang co-working space sebagai tempat bisnis atau mereka bekerja.
Seperti yang telah disinggung bahwa kalangan anak muda dan pekerja milennial cenderung menuntut pilihan serta fleksibelitas akan tempat dan bagaimana cara bekerja mereka kini.Â
Terpenting bagi mereka untuk bisa melakukan tugas atau pekerjaan mereka di mana dan kapan saja, asalkan perangkat yang dimiliki serta jaringan koneksi internet yang stabil dan cepat, juga tempat yang nyaman dan terjangkau serta tersedianya fasilitas penunjang. Â
Layanan Co-working space ini dapat memberikan kemudahan dalam bentuk baru bagi pengguna, sehingga semakin banyaknya layanan yang tersedia mampu memenuhi kebutuhan pengguna maka semakin tinggi tingkat keuntungan yang dirasakan mempengaruhi pilihan rasional diambil untuk sewa atau memanfaatkan layanan co-working space.Â
Sekali pun di era digital saat ini, memiliki tempat fisik untuk bekerja rasanya tetap penting. Di luar itu, co-working adalah tentang tempat seseorang berada dalam "Mode-kerja" seperti halnya memiliki tempat kerja, hal ini membantu pekerja membentuk fokus dibanding tetap dirumah untuk bekerja.Â
Terlepas dari itu penyedia co-working space berusaha memberikan penawaran penyediaan kebutuhan pengguna berbagai fasilitas dan akomodasi yang kondusif dan memadai.Â
Demikian pengguna  berdasarkan manfaat yang ditawarkan dari layanan co-working space  bebas menentukan pilihannya menggunakan layanan ruang ini menyesuaikan beragam kebutuhan masing-masing pengguna, karena pada dasarnya Kehadiran co-working space bertujuan untuk memaksimalkan dan mendorong kegiatan anak muda dalam produktivitas mereka.
Refrensi :
- Elly M, Usman (2011). Pengantar sosiologi: pemahaman fakta dan gejala permasalahan sosial teori aplikasi dan pemecahannya. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
- Asyhar, Kandanu. Memahami Coworking Space (Ruang Kerja Bersama) Sebagai Konsep Baru Tempat Bekerja (Studi pada Coworking Space di Malang). Jurnal Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya.
- Berger, Michele W (2019) The culture of coworking spaces. PennToday Articles : Arts, Humanities, & Social Science.
- Cornelia G, Tabea E.S , Julia A and Christian K (2016) Coworking Spaces: A Source of Social Support for Independent Professionals. ORIGINAL RESEARCH article Front. Psychol | https://doi.org/10.3389/fpsyg.2016.00581 .