Tidak, tujuan saya tidaklah seperti yang Anda fikirkan. Bisa jadi judulnya tidak sepenuhnya seperti yang saya inginkan. Karna saya tidak ingin anda terjebak dalam kubangan praduga  dan prasangka.Â
Ya, surga itu luas sampai hayalan tak sanggup menggambarkannya. Namun, ini bukanlah pembahasan utama. Masalahnya ada pada kita sekarang. Ketika melihat surga itu sempit lewat tulisan maupun karangan kita. Banyak diantara kita melihat luasnya surga hanya diperuntukkan untuk kelompok, ormas, dan yang satu aliran dengannya. Walaupun lidahnya secara jelas tidak berkata seperti demikian. Namun sikapnya terkesan membenarkan hal yang demikian. Mengkafirkan orang lain semaunya, mengatakan bid'ah seenaknya, dan mengatakan sesat membabi buta.
Ya, supaya kita tahu, barangkali disana ada solusinya. Bukankah setiap orang beranggapan bahwa pendapatnya yang paling benar, tidak ada salah dan pendapat orang lain sesat dan salah. Kenapa mesti bersikap keras disaat ramah tamah ada. Kenapa melihat sempit sementara dia terbentang luas. Bukankah cari sensasi itu namanya, atau membuat kebohongan mengatas namakan agama. Kita sama, hanya hamba yang mesti tahu aturan agar tidak salah tingkah sampai melampaui batas. Si Fulan bisa saja masuk surga yang paling tinggi yaitu Firdaus, dan si Fulan yang sana bisa saja masuk neraka yang paling bawah yaitu Jahannam.
Â
Kata-kata ini tidaklah bertujuan menutup mata dan mendiamkan kesalahan. Hanya sekedar seruan agar kita sadar, dan tidak bersikap sewenang-wenang. Ajakan melihat persamaan diantara kita yaitu 'muslimin' dan memang itulah nama kita. Â Bergegaslah kesurga yang lebih luas daripada langit dan bumi, yang diperuntukkan kepada orang-orang yang bertakwa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H