Oleh: Azhari Manusia diciptakan Allah swt paling sempurna dibandingkan makhluk lainnya, manusia diciptakan satu paket berupa jasmani, ruhani (ruh) dan akal. Dengan adanya akal membedakan manusia dengan binatang. Dengan adanya ruh membedakan manusia dengan mayat. Wujud ruh sendiri suatu hal yang ghaib dan rahasia Allah swt, belum satupun penelitian yang mengungkapkan bagaimana wujud ruh. Ibnu Katsir menjelaskan ketika Rasulullah saw di tanya tentang ruh oleh sekelompok Yahudi, Beliau membacakan ayat berikut, Dan mereka bertanya kepadamu tentang ruh. Katakanlah: 'Ruh itu termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit' (Al-Isra 85). Setiap kali Allah swt menciptakan manusia, Allah swt mengambil kesaksian atas ruh: 'Alastu birabbikum' (Bukankah Aku ini Tuhanmu?), ruh menjawab: 'Balaa syahidnaa' (Betul Engkau Tuhanku, kami menjadi saksi) (Al-A'raf 172). Jadi sebetulnya, setiap manusia telah bersaksi kepada Allah swt di saat awal penciptaannya, mengakui siapa Tuhannya dan tentu saja konsekuensi dari kesaksian adalah keta'atan. Sehingga setiap orang mempunyai potensi untuk ta'at kepada Allah swt dan tergantung kita bagaimana memanfaatkan potensi tersebut. Jika tubuh ingin sehat harus mengkonsumsi makanan yang bergizi; sayuran, daging, ikan, susu dan lain-lain. Tubuh akan sakit dan organ akan rusak jika dicekoki dengan racun; narkoba, rokok, minuman keras dan makanan yang tidak sehat. Sama halnya dengan jasmani, jika ingin ruhani sehat maka harus diberikan "santapan" yang bergizi dengan ibadah; shalat, dzikir, baca al-Quran dan ibadah lainnya. Jika ruhani di isi dengan kemaksiaatan; meninggalkan ibadah atau melakukan perbuatan dosa maka ruhani akan sakit. Jika jasmani sakit biasanya langsung terasa sehingga segera berobat ke dokter. Tetapi jika ruhani sakit sering tanpa disadari dan bahkan merasa baik-baik saja, padahal mungkin kondisi ruhaninya sudah parah. Ciri-ciri penyakit ruhani antara lain; hati yang selalu gelisah, cenderung hidup bermewahan sehingga takut mati, senang dengan klenik yang berbau syirik serta tidak ada rasa bersalah ketika meninggalkan ibadah atau melakukan kemaksiaatan. Penyembuhan ruhani yang sakit dengan memperbanyak tahajud, dzikir, istighfar, tadabbur al-Quran, menghadiri majelis ilmu dan banyak mengingat kematian. Sedangkan ruhani yang sehat ditunjukkan dengan Keimanan dan Ketaqwaan kepada Allah swt, selalu merasa dekat dengan Allah swt (taqarrub ilallah) sehingga bersemangat dalam beribadah, sangat takut berbuat maksiat dan jika melakukannya bersegera untuk taubat serta menjauhi perbuatan syirik dan riya'. Ruhani yang sehat akan memberikan kebahagiaan dan ketenangan. Wallahua'lam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H