Mohon tunggu...
Azhari Anugerah
Azhari Anugerah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Seorang mahasiswa jurusan psikologi Universitas Muhammadiyah Malang

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Peran Keluarga dalam Menjaga Kesehatan Mental Anak

19 September 2022   21:59 Diperbarui: 19 September 2022   22:08 270
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kesehatan mental mengacu pada kesehatan semua bagian dari pergantian peristiwa individu, baik fisik maupun mental. Kesehatan mental juga mencakup upaya untuk mengelola tekanan, ketidakberdayaan untuk berubah, bagaimana berhubungan dengan orang lain, dan terhubung dengan arah mandiri (Fakhriyani, 2019). Kesehatan mental tidak hanya berlaku untuk kelompok usia tertentu. Pada tingkat dasar sepanjang harapan hidup membutuhkan kesehatan mental. Mulai dari Kesehatan mental anak-anak hingga Kesehatan mental orang tua. Kesehatan mental anak tidak hanya dicirikan sebagai keadaan pikiran anak yang tidak memiliki perilaku disfungsional, tetapi juga mencakup kemampuan untuk berpikir jernih, mengendalikan perasaan, dan bergaul dengan anak-anak seusianya (Hasanah, 2017).

Kesehatan mental anak merupakan sudut pandang penting untuk menentukan kualitas negara. Generasi muda yang mengalami masa kanak-kanak dalam iklim yang kuat adalah SDM yang dapat menjadi sumber daya negara yang sangat berharga (Indarjo, 2009). Namun kenyataannya di zaman ini banyak sekali anak yang memiliki gangguan Kesehatan mental. Bagaimana hal itu bisa terjadi? Beberapa hal yang menyebabkan munculnya gangguan Kesehatan mental pada anak yaitu tertekan oleh sesuatu, faktor agama, orientasi seksual, memiliki trauma pada sesuatu atau kehilangan seseorang, memiliki fobia, faktor kesehatan, riwayat genetik, dan faktor lingkungan sekitar. Gangguan emosional: 4% dari anak-anak dewasa 5-16 tahun memiliki masalah besar. Mereka lebih normal pada wanita muda dan menggabungkan kegelisahan, keputusasaan dan ketakutan. Efek samping termasuk kesengsaraan, kekesalan dan kehilangan minat dalam latihan, kelelahan, gangguan istirahat, kehilangan rasa lapar, kesulitan berkonsentrasi, sensasi tanggung jawab, tidak berguna dan merusak diri sendiri. Masalah hiperkinetik: 2% anak-anak dewasa 5-16 tahun memiliki kekacauan hiperkinetik. Sebagian besar adalah anak-anak, dan termasuk pertimbangan (Puspita, 2019).

Berbagai masalah di atas menunjukkan bahwa anak-anak sebagai manusia mengalami hambatan yang berbeda untuk kesehatan mental dan membutuhkan cara keluar atau jawaban yang tepat untuk mengalahkan halangan itu. Salah satu penataan yang tepat harus dimungkinkan dengan kontribusi atau peran sebuah keluarga. Keluarga adalah orang yang memiliki hubungan darah atau perkawinan atau memberikan pelaksanaan kemampuan instrumental dasar dan kemampuan ekspresif keluarga bagi individunya yang berada dalam suatu organisasi (Lestari, 2016). Oleh karena itu keluarga sebagai orang paling dekat dengan seorang anak, maka seharusnya keluarga lah yang berperan penting dalam mengatasi Kesehatan mental seorang anak. Bahkan tak jarang beberapa anak menjadi putus asa dan mengakhiri semuanya karena orang tuanya selama ini tidak memperhatikan kesehatan mentalnya. Itulah sebabnya, sebagai orang tua harus memahami masalah Kesehatan mental sejak anak masih kecil. Orang tua harus memperhatikan pertimbangan berbagai elemen yang mempengaruhi Kesehatan mental anak-anak. Misalnya, faktor pengasuhan, lingkungan, pertimbangan orang tua, pendekatan untuk menanamkan dan bagaimana memberikan cinta. Jika sejak kecil tidak dipandang sehat secara intelektual, bisa jadi besar nanti mengalami gangguan psikologis, jangan sampai anak mengalami trauma keluarga (I Putu Adi Saskara, 2020).

            Komunikasi antara anak dan keluarga terutama orang tua sangatlah penting dalam menjaga Kesehatan mental anak. Dengan komunikasi itu orang tua dapat mengerti apa yang sedang dirasakan ataupun masalah yang sedang dihadapi oleh anak tersebut. Selain itu, dengan komunikasi anak juga bisa menceritakan segala keluh kesahnya kepada keluarga terutama orang tua. Agar selanjutnya mereka mendapatkan jalan keluar atau solusi yang terbaik dari masalah mereka dan tidak ada kejadian yang tidak diinginkan terjadi kepada anak tersebut.

Fakhriyani, D. V. (2019). Kesehatan Mental. Pamekasan: Duta Media.

Hasanah, M. (2017). Pengaruh Gadget Terhadap Kesehatan Mental Anak. Indonesian Journal Of Islamic Early Childhood, 207-214.

I Putu Adi Saskara, U. (2020). Peran Komunikasi Keluarga dalam Mengatasi "Toxic Parents" Bagi Kesehatan Mental Anak. Pedidikan Anak Usia Dini, 125-134.

Indarjo, S. (2009). Kesehatan Jiwa Remaja. Jurnal Kesehatan Masyarakat.

Lestari, S. (2016). Psikologi Keluarga: Penanaman Nilai dan Penanaman Konflik dalam Keluarga. Jakarta: Prenada Media.

Puspita, S. M. (2019). Kemampuan Mengelola Emosi Sebagai Dasar Kesehatan Mental Anak Usia Dini. Program Studi PGRA, 85-92.

Nama : Azhari Anugerah Majidah

NIM : 202210230311176

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun