Kali ini, saya ingin membahas mengenai "Maraton Nulis 30 Hari", sebelumnya saya sudah pernah membahas ini ketika saya diundang untuk mengisi salah satu seminar yang diadakan oleh Peri Sastra akhir bulan lalu. Namun, saya ingin membahasnya kembali hari ini.
Perihal maraton nulis 30 hari, saya sendiri belum pernah membuat planning nulis maraton tepat selama 30 hari. Untuk sebelum-sebelumnya saya hanya telah melakukan sprint nulis mulai dari yang hanya berapa jam sampai yang dua minggu. Untuk saat ini, maraton yang sedang saya lakukan adalah maraton 3 bulan dan 6 bulan atau 90 hari dan 180 hari.
"Kok, kamu begitu?" Mungkin ini pertanyaan yang muncul di pikiran teman-teman, ya.
Jadi, saya tertarik untuk membahas ini karena sekarang banyak banget penerbit maupun komunitas yang mengadakan event maraton nulis, mulai dari yang cuma 20 hari, sampai yang 30 hari, 40 hari, 90 hari, 100 hari, dan masih banyak modelnya yang intinya adalah maraton nulis.
Banyak penulis utamanya yang pemula, ikut serta dalam event maraton nulis. Sebenarnya, apa tujuan ikut? Banyak pasti alasannya, tetapi pasti salah satu tujuannya adalah agar bisa menyelesaikan naskah dan bisa konsisten nulis.
Akan tetapi, yang terjadi pada sebagian besar orang--yang saya temui--biasanya adalah hanya berhasil melakukan tantangan maraton ketika ikut event, sedangkan setelah event selesai, mereka mulai tidak bisa konsisten nulis lagi.
Kenapa bisa gitu? Menurut saya kurang lebih karena nggak punya tujuan, nggak punya rencana, nggak ada yang maksa, dan nggak niat. Oh ya, bisa juga karena beranggapan nggak punya teman.
Dengan alasan-alasan itu, kita bisa menarik kesimpulan bahwa untuk maraton nulis--berlaku untuk sprint nulis juga--kita memerlukan niat, tujuan, rencana, kesadaran diri, dan teman--sunah.
Sebelum saya jabarkan satu per satu, yang saya maksud sebagai maraton nulis merupakan kegiatan dalam upaya menyelesaikan tulisan yang dilakukan secara kontinue dalam waktu tertentu. Kemudian, sprint nulis adalah kegiatan menyelesaikan tulisan yang dilakukan secepat mungkin.
Berikut cara agar bisa melakukan maraton dan sprint nulis:
Pertama, niat atau tujuan. Nah, ketika kita melakukan sesuatu, tetapi nggak punya tujuan yang jelas pasti tekad untuk memulai apalagi menyelesaikannya tidak akan kuat. Maka dari itu, sebelum memulai sesuatu mantapkanlah niat terlebih dahulu. Dengan adanya niat yang kuat, semoga ini bisa menjadi hal yang dapat membuat kesadaran diri kita tetap terjaga.
Kedua, perencanaan. Untuk mencapai tujuan, kita harus punya rencana yang matang. Kalau asal jalan aja, nantinya akan mengganggu di tengah jalan.
Perencanaan apa aja? Dalam hal nulis, tentunya rencana: naskahnya mau seperti apa, risetnya apa aja pun berapa lama, mau nulis berapa lama, nanti masa pengendapan dan editing berapa lama. Lalu setelah beres naskahnya mau dilarikan ke mana.
Nah, semua perencanaan itu harus jelas dulu. Dalam hal ini, kalau kita berencana untuk melakukan maraton nulis 30 hari maka sesuaikan naskahnya sehingga kita bisa menyelesaikannya dalam 30 hari.
Naskah yang menurut saya pas diselesaikan dalam 30 hari adalah naskah yang konfliknya nggak berat dan jumlah katanya sesuai dengan kemampuan diri sendiri.
Hasilnya kemungkinan tidak akan memuaskan ketika kita mengeksekusi naskah dengan konflik berat dalam waktu sependek 30 hari. Pun jika kita menarget kata terlalu banyak dan tidak sesuai dengan kemampuan, bisa-bisa proses nulis akan terhenti di tengah jalan.
Ketiga, punya teman. Ini nggak wajib, sunah aja. Kenapa? Karena kita bisa aja menyelesaikan naskah maraton seorang diri. Namun, akan lebih menyenangkan ketika ada teman seperjuangan. Selain itu, teman pun bisa membantu mengingatkan kita ketika kita mulai terlihat nggak semangat, dll.
Sederhana, kan, cara supaya bisa maraton nulis? Yang nggak sederhananya tuh, gimana biar bisa tetep konsisten nulis. Karena yang utama bukan masalah maraton atau sprint, melainkan konsisten.
Lalu bagaimana cara agar bisa konsisten menulis? Ada berbagai cara untuk bisa konsisten dalam menulis, tetapi yang menurut saya paling jitu adalah dengan menyukai kegiatan menulis itu sendiri. Ketika kita sudah menyukai sesuatu, pasti kita akan mudah untuk kembali mengerjakannya.
Kemudian, untuk menjadi suka bisa berangkat dari terbiasa. Maka, kita bisa memulai untuk membiasakan diri, seperti dengan menyediakan waktu satu atau dua jam untuk menulis. Atau, jika itu masih terlalu berat maka bisa menargetkan sehari entah berapa pun yang ditulis, yang penting menulis. Sehingga, kita bisa memulai membiasakan diri dengan enjoy dan tanpa paksaan.
Semoga bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H