Mohon tunggu...
Azhar Gusti
Azhar Gusti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Hubungan Internasional

Seorang Mahasiswa yang sedang menggeluti dibidang jurnalistik

Selanjutnya

Tutup

Book

Resensi Buku "Donald Trump dan Tatanan Politik Global" Karya Ahmad Sahide Oleh Azhar Gusti

26 Juni 2023   20:47 Diperbarui: 26 Juni 2023   21:00 358
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Book. Sumber ilustrasi: Freepik

            Buku ini adalah sebuah panduan yang lengkap, membuka tirai gelap dan mengungkapkan kebenaran yang tersembunyi di balik kebijakan radikal yang diimplementasikan oleh Trump selama masa jabatannya sebagai presiden Amerika Serikat. Dari kebijakan domestik yang menggegerkan hingga perubahan dramatis dalam hubungan internasional, Ahmad Sahide memperlihatkan kepada kita konsekuensi yang tak terhindarkan dari kepemimpinan yang kontroversial ini.

             Politik luar negeri yang sangat kontroversial di lakukan Trump adalah bersahabat dengan putin, ditandai dengan mengangkat Rex w Tillerson, CEO Exxon Mobil sebagai mentri luar negri yang dianggap memiliki hubungan baik dengan Rusia. Dalam konteks lain Putin dicurigai membantu Trump untuk mengalahkan Hilary Clinton dalam pemilu yang dimana sangat disayangkan bahwa faktanya negara kampiun demokrasi ini masih ada campur tangan politik dari luar dalam masalah kepemimpinannya.

            Dalam hal ini bahwa arus kekuatan politik di Gedung Putih tidak tunduk atau tidak sejalan dengan garis politik yang dibangun oleh Trump nantinya yang bersahabat dengan Rusia di bawah kepemimpinan Putin. Singkatnya, kedekatan hubungan antara Trump dengan Putin tidak dapat dipandang sebagai representasi hubungan antara Amerika sebagai suatu Negara dengan Rusia. Trump dan Putin boleh mempunyai hubungan personal yang baik, tetapi Amerika dan Rusia tetaplah sebagai dua negara besar yang sedang memasuki arena rivalitas. Bisa dilihat bagaimana Mahkamah Federal AS memblokir keputusan Presiden Trump tentang larangan masuk AS bagi tujuh warga negara. Inilah konsekuensi politik yang harus diterima Trump dengan kepemimpinan kontroversialnya. Terlihat bahwa Trump tidak sejalan dengan jalan yang dikehendaki oleh sebagian besar rakyat Amerika.

            Dalam menanggapi kasus ini, Ahmad Sahide mengungkap bahwa dalam menjalankan suatu jabatan, kita harus mendapatkan legitimasi yang kuat di masyarakat kita, apalagi dalam memimpin sebuah negara super power.  Terpilihnya Trump sebagai Presiden AS merupakan hasil dari sebuah proses demokratisasi yang cacat atau sebuah kemunduran dari iklim demokrasi AS.

Trump dan China

            Tak hanya dalam bidang politik, Trump juga membuat pernyataan kontroversial juga dalam bidang ekonomi yang dimana menyatakan bahwa ekonomi liberal sudah tidak relevan lagi bagi amerika ditandai meningkatnya ekonomi China, ia menyarankan menggunkan teori Keynesian (pemerintah mengintervensi ekonomi). Amerika versus China. Inilah yang menjadi kekhawatiran global jika perang dagang kedua negara ini tidak dapat diselesaikan. Dampaknya adalah pada perekonomian global.

            Ahmad Sahide memulai retorikanya dengan membahas bagaimana AS melakukan kebijakan inward looking dengan menaikkan bea cukai terhadap alumunium dan baja disusul dengan kenaikka pajak oleh Cina terhadap 128 produk Amerika. Saat itu pereokonomian dunia sangatlah rawan, AS sebagai pemegang ekonomi terbesar di dunia dan China di peringkat kedua saling berperang dalam menunjukkan eksistensi mereka sebagai negara adidaya.

            Taiwan dalam perjalanan juga dituliskan sebagai aspek penting dalam perseteruan antara China dan AS. Dalam medan politik yang melampaui batas-batas, hubungan Amerika dan China dalam isu Taiwan terjalin dalam perangkat kepentingan yang membara. Taiwan menjadi pion penting dalam pertarungan kekuasaan global. Di tengah tekanan politik dan ketegangan diplomatik, Amerika dan China beradu retorika, menari di atas benang tipis yang memisahkan kerjasama dan konfrontasi. Dalam sorotan internasional, Taiwan menjadi ajang politik yang memanas, menyoroti ambisi dan kewaspadaan yang memainkan peran vital dalam nasib geopolitik masa depan.

            Rivalitas China dan AS dalam merebut tahta negara superpower juga terlihat dalam konflik Laut China Selatan. China yang memiliki kebijakan selalu berlawan dengan perjanjian yang tercantum dalam UNCLOS membuat Amerika geram, yang membuat semakin memanas adalah Ketika China berseteru dengan negara-negara yang masuk dalam area tersebut, Amerika juga ikut mencampurinya sehingga membuat China marah dan menunding Amerika menjadi provokator dalam urusan negara lain. Sebelum pertumbuhan ekonomi China, Amerika Serikat memegang peran strategis dan dominan di kawasan ini. Namun, dengan meningkatnya kekuatan China setelah Perang Dingin, rivalitas antara kedua negara tidak dapat dihindari dan kawasan ini terlibat dalam dinamika persaingan yang lebih kompleks.

            Dalam hal ini penulis tidak melupakan aspek terakhir dan yang paling menarik udah di telaah lebih dalam, yaitu kasus Covid-19. Amerika menunding China sebagai pelaku dari munculnya penyakit yang mematikan itu dengan menyebutnya "China's Virus". Trump mengeluarkan tekanan kepada Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) agar melakukan penyelidikan mengenai asal-usul virus ini. Namun, upaya permintaan tersebut tidak mendapatkan tanggapan dari WHO. Akibat dari kejadian itu, Trump menuduh WHO sebagai antek dari China. Terdapat pandangan yang berkembang bahwa tindakan ini merupakan strategi Amerika untuk menghambat pertumbuhan ekonomi China yang tak terelakkan dan menjadi ancaman bagi Amerika.

            Pada intinya, Ahmad Sahide ingin pembaca mengerti bahwa kekuatan politik dan ekonomi China tidak boleh dianggap remeh oleh Amerika. Dalam beberapa penelitian mengatakan bahwa China akan menggantikan Amerika sebagai perekonomian nomer satu di dunia pada 2030 nanti. Bila kita melihat kebelakang, tidak bisa kita pungkiri bahwa tidak ada pemegang kendali dunia secara permanen, bangsa Mongol pernah menjadi yang ditakuti, Islam memiliki masa keemasannya, Inggris pernah memiliki daerah koloni yang menyebar di seluruh dunia bahkan Amerika pun bekas jajahan Inggris, akan tetapi semuanya hanyalah menjadi sebuah sejarah di masa kini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun