Namun, Global Zero menghadapi tantangan besar dalam mengubah sistem keamanan yang sudah lama terbentuk. Beberapa kritikus berpendapat bahwa ide-ide mereka terkadang kurang mempertimbangkan kompleksitas politik antarnegara (Sagan & Waltz, 2013). Hal ini sejalan dengan konsep "path dependence" dalam hubungan internasional yang diuraikan oleh Wendt, di mana pola hubungan yang sudah lama terbentuk sulit untuk diubah (Wendt, 1999).
Meskipun begitu, keberhasilan Global Zero dalam mengubah pandangan masyarakat terhadap bahaya nuklir menunjukkan potensi perubahan jangka panjang. Sebuah survei yang dilakukan oleh International Committee of the Red Cross (ICRC) pada 2019 menunjukkan bahwa mayoritas milenial di seluruh dunia mendukung pelarangan senjata nuklir. Survei ini melibatkan lebih dari 16.000 responden milenial dari 16 negara, termasuk negara-negara bersenjata nuklir seperti Amerika Serikat, Rusia, Prancis, dan Inggris (ICAN, 2020).
Dalam survei tersebut, 84% milenial menyatakan bahwa penggunaan senjata nuklir tidak pernah bisa diterima dalam peperangan atau konflik bersenjata, termasuk di negara-negara yang memiliki senjata nuklir. Dukungan kuat terhadap pernyataan ini terlihat di negara-negara seperti Rusia (86%), Prancis (81%), dan Amerika Serikat (73%). Bahkan, di negara-negara seperti Swiss dan Suriah, dukungan ini mencapai angka yang lebih tinggi, yaitu masing-masing 92% dan 98% (ICAN, 2020).
Peningkatan kesadaran dan penolakan terhadap senjata nuklir di kalangan generasi muda menunjukkan bahwa ada perubahan bertahap dalam pandangan global tentang senjata nuklir. Hal ini juga memperkuat argumen bahwa upaya seperti yang dilakukan oleh Global Zero dalam memobilisasi generasi muda memiliki potensi besar untuk mengubah arah diskusi mengenai keamanan nuklir di masa depan.
Tantangan dalam mendapatkan akses ke pembuat kebijakan di Korea Utara memang masih menjadi hambatan besar. Namun, jika kita melihatnya dari perspektif Konstruktivis, perubahan aturan dan identitas adalah proses yang panjang. Keberhasilan Global Zero dalam mempersiapkan generasi pemimpin baru yang paham akan kompleksitas masalah keamanan nuklir mungkin akan lebih terasa dampaknya di masa depan.
Dengan menggunakan kerangka Konstruktivisme Sosial, kita dapat melihat bahwa meskipun Global Zero belum mencapai tujuan akhirnya, mereka telah memulai proses perubahan struktural dalam cara dunia memandang keamanan nuklir. Keberhasilan mereka dalam mengubah arah pembicaraan, membangun jaringan, dan mempengaruhi pandangan masyarakat menunjukkan potensi besar dari aktivisme anak muda dalam membentuk aturan keamanan global di masa depan.
Studi kasus ini menunjukkan bahwa peran pemuda dalam masalah keamanan global memiliki banyak sisi dan cukup rumit. Di satu sisi, idealisme dan pendekatan baru dapat membuka jalan bagi solusi kreatif yang mungkin terlewatkan oleh cara tradisional. Di sisi lain, keterbatasan akses dan pengalaman bisa membatasi dampak langsung dari upaya yang dilakukan.
Tantangan utama di depan, adalah bagaimana menggabungkan semangat dan ide-ide segar kaum muda dengan pengalaman para ahli keamanan senior. Diperlukan pendekatan yang lebih seimbang, di mana aktivisme pemuda tidak dilihat sebagai pengganti, melainkan pelengkap penting.
Dalam menghadapi ancaman besar seperti proliferasi nuklir Korea Utara, penting untuk mendengarkan berbagai suara. Global Zero Movement, meskipun belum memberikan solusi akhir, telah berhasil memperluas cakupan diskusi dan membuka kemungkinan baru dalam upaya mencapai stabilitas global yang lebih berkelanjutan. Tantangan ke depan adalah bagaimana memanfaatkan kontribusi unik ini menjadi alat yang lebih efektif dalam diplomasi internasional yang rumit.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H