Mohon tunggu...
Azhar Fariz Daffa Risqullah
Azhar Fariz Daffa Risqullah Mohon Tunggu... Penulis - |Content Writer|Copywriter|Digital Marketing enthusiasts|

Actively blogging and writing to share my perspective on current issue and pop culture, such as Sport or Movie.

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Yang Tua Gak Boleh Kerja? Pelajaran dari Film Upstream

9 Januari 2025   16:20 Diperbarui: 9 Januari 2025   16:20 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Diskriminasi usia atau ageism di dunia kerja bukan isu baru. Di Indonesia, kualifikasi seperti "maksimal 25 tahun dengan 5 tahun pengalaman" menjadi candaan sekaligus keresahan. Padahal, usia bukanlah indikator kompetensi. Film Upstream menghadirkan realitas ini melalui kisah Gao Zhilei, seorang app developer berusia 40-an yang harus menghadapi tantangan berat setelah kehilangan pekerjaannya.

Ageism di Dunia Kerja: Diskriminasi yang Masih Marak

Ageism mengacu pada diskriminasi berdasarkan usia, terutama terhadap pekerja yang dianggap terlalu tua. Di Indonesia, praktik ini terlihat dari kualifikasi yang sering tak masuk akal, seperti meminta pengalaman panjang pada usia muda.

Masalahnya, banyak perusahaan lebih memilih pekerja muda dengan alasan fleksibilitas dan biaya gaji yang lebih rendah. Padahal, pekerja senior memiliki kelebihan berupa pengalaman, stabilitas emosional, dan keahlian yang sudah teruji.

Alasan Pekerja Senior Sulit Mendapatkan Pekerjaan

1. Ekspektasi Gaji yang Tinggi

Pekerja berpengalaman seperti Gao Zhilei sering dianggap beban biaya karena gaji mereka biasanya lebih besar dibanding pekerja junior.

2. Prioritas Berbeda

Pekerja senior sering memprioritaskan keluarga, berbeda dengan pekerja muda yang lebih fleksibel terhadap lembur atau pekerjaan tambahan.

3. Stereotip Tidak Adaptif

Ada stigma bahwa pekerja senior sulit mengikuti perkembangan teknologi atau budaya perusahaan yang cepat berubah.

Kisah Gao Zhilei dalam Film Upstream

Setelah kehilangan pekerjaannya, Gao Zhilei mencoba melamar di berbagai perusahaan, tetapi usianya menjadi penghalang. Akhirnya, ia beralih ke sektor informal sebagai kurir makanan.

Namun, alih-alih menyerah, Gao Zhilei memanfaatkan pengalamannya sebagai app developer untuk menciptakan aplikasi yang memudahkan kurir mengantar pesanan dengan efisien. Perjuangannya membuktikan bahwa kemampuan adaptasi dan semangat belajar adalah kunci kesuksesan.

Pelajaran dari Film Upstream

1. Usia Bukan Penentu Kompetensi

Kompetensi tidak ditentukan oleh usia, melainkan oleh pengalaman dan semangat untuk terus belajar.

2. Adaptasi adalah Kunci

Meski sulit, Gao Zhilei mampu menemukan makna baru dalam pekerjaannya sebagai kurir.

3. Pentingnya Menciptakan Nilai Baru

Pengalaman sebelumnya dapat digunakan untuk berinovasi, seperti yang dilakukan Gao dengan aplikasinya.

Ageism di Indonesia: Apa Solusinya?

Pemerintah perlu menetapkan regulasi yang melarang diskriminasi usia di dunia kerja. Selain itu, perusahaan harus mengubah pola pikir dan menciptakan lingkungan yang inklusif bagi semua usia.

Kesimpulan: Hidup Itu Adaptasi dan Perjuangan

Film Upstream mengajarkan bahwa hidup sering kali tidak berjalan sesuai rencana, tetapi kemampuan untuk beradaptasi dan menemukan nilai baru dalam peran berbeda adalah kunci keberhasilan. Gao Zhilei menunjukkan bahwa usia hanyalah angka, dan setiap orang berhak untuk bekerja, belajar, dan berkontribusi.





Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun