Seperti yang pernah kubilang, kawan. Kantin sekolah ini diseka dengan kawat dan kasa. Sehingga jarak pandang masih jauh. Aku bisa melihat gadis itu. Aku menelan ludah. Entah kenapa, tiba-tiba aku gugup.
"Ayo, kita datangi dia."
"Entahlah Lia, sepertinya ini bukan ide bagus."
"Ayo, katanya tadi mau ketemu. Nanti kutemani ngobrol deh."
Alhasil aku dan Lia masuk ke warung bakso tersebut. Lia dengan santainya melambai pada Syifa dan mengajakku mendekat. Kami bertiga pun duduk kembali semeja. Syifa menawari kami makan, dan Lia langsung memesan.
"Halo Syif."
"Tumben kamu makan ke sini, Lia. Dan hei, kamu bawa teman. Kamu yang kemarin di perpustakaan itu bukan?"
"I.. iya," kupaksakan kepalaku untuk mengangguk, kuharap itu bukan seperti jurus patukan ayam, "kita bertemu lagi, Syif."
"Ah iya. Kamu sudah tahu namaku ya, sepertinya Lia memberitahumu. Tapi aku belum tahu nama kamu. Siapa namamu?"
"Aku Azka, aku sekelas dengan Lia."