Mohon tunggu...
Cerita Sepulang Kerja
Cerita Sepulang Kerja Mohon Tunggu... Novelis - Azhar The Explanator

Cerita yang ada di sini, ditulis sepulang kerja, sebagai pelepas penat saya, dan saya berharap siapapun yang membaca cerita ini, juga bisa melepas penatnya juga

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bagaimana Masa Lalu Membantu Kita Jadi Lebih Baik

4 September 2023   18:19 Diperbarui: 4 September 2023   18:50 176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: Aaron Burden via Unsplash

Selamat pagi, kawan.

Pagi ini kukirimkan doa untukmu kawan, bagi sesiapapun yang sedang merasa bersedih hatinya semoga lekas menemukan bahagianya kembali, dan bagi sesiapapun yang sedang tipis kantongnya dan defisit keuangannya, silakan kirim pesan ke aku, nanti dengan senang hati, kuceritakan aku juga tak kalah melaratnya.

Kemarin kawan, setelah rekaman pertamaku tentang Seni Mencintai Masa Lalu mengudara, aku mendapatkan beberapa pesan. Pesan-pesan itu bernada meragukan, skeptis, dan mendebat. Singkatnya, mereka mempertanyakan soal “mencintai masa lalu”, dan menganggap itu buruk. Alasannya adalah, masa lalu mereka terlalu kelam untuk diingat-ingat.

Aku minta maaf kawan. Jika ada lebih dari satu kawanku yang tersinggung karena konsep mencintai masa lalu yang kutawarkan. Aku akui, mungkin dalam pandangan beberapa orang, aku ini belum pernah merasakan momen pahit yang akan membekas jadi kenangan kelam dan masa lalu yang ingin dilupakan. Aku mungkin belum mengalami hal tersebut. 

Aku belum merasakan ditinggal orang tersayang ke alam baka, aku belum pernah ditipu hingga rugi jutaan rupiah, aku belum pernah kena timpa pohon besar yang nyaris membuat nyawa lunas, atau aku belum pernah dikejar kambing yang sedang nafsu kawin. Aku akui kawan, aku belum pernah mengalami itu semua. Sehingga wajar, jika ada dari kalian yang melempar tuduhan bahwa aku hanya “sok tahu” soal mencintai masa lalu.

Namun kawan, sebagaimana kebahagiaan, tidak ada cara untuk mengukur seberapa menyakitkannya sebuah momen yang kini menjadi masa lalu itu. Setiap orang beda-beda sisi dramatisnya. Ada yang baru ditinggal meninggal keluarga terdekat, tapi wajahnya senang seperti baru bebas dari penjara. Ada yang kehilangan kucingnya, mati ditabrak mobil, tapi dia bersedih selama seminggu penuh. Sekali lagi, kadar kesedihan setiap orang berbeda-beda. Sehingga jika aku menyuruh untuk mengubah setiap momen kelam itu menjadi kenangan yang pantas buat diingat, itu tidak hanya bodoh. Itu gila kawan.

Kawan, ada beberapa hal yang ingin kuberitahu padamu. Pertama, istilah masa lalu itu kini sudah mulai terkorupsi maknanya. Kita terbiasa menafsirkan masa lalu dengan konotasi negatif, sebab ada banyak konten-konten, beragam bentuknya, yang mengarahkan kita ke sana. 

Ada berapa banyak gambar atau video kata kutipan tentang kegalauan, masa lalu, dan melupakan yang diunggah dan di-like di Instagram. Ada berapa banyak lagu tentang masa lalu, melupakan atau berdamai, telah digubah, didengarkan atau bahkan dinyanyikan orang di seluruh dunia? Ada berapa banyak buku best-seller yang berkisah tentang masa lalu, kegalauan atau barangkali bangkit dari keterpurukan yang dibaca orang?

Sadar atau tidak, kita sudah terbiasa menafsirkan masa lalu ke arah tersebut. Aku tahu, maksudnya baik. Baik sekali. Semua berisikan ajakan untuk berhenti mengingat-ingat, berdamai, lalu fokus hidup di masa sekarang ataupun masa depan. Betul itu, betul. Namun ada cara lain yang bisa membuat hidup kita, menjadi berarti dan bermakna.

Kawan, para bijak mengatakan pada kita, waktu adalah uang. Entah para bijak mana yang memulai peribahasa tersebut, tapi itu benar. Menurutku, hal paling berharga di dunia ini adalah uang. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun