Saya beruntung bisa hadir dalam acara silaturahmi SBY dengan alumnus Sekolah Bisnis Sragen, 5 April malam kemarin. Bukan saja lepas kangen saya dengan SBY dan Ibu Ani, tapi saya juga dapat pengetahuan baru, dapat motivasi untuk jadi orang yang optimis. Kalau nasihat dan motivasi SBY ini diseminarkan, pasti harga tiketnya jutaan rupiah.Â
Tapi, alhamdulillah, SBY berkenan membagikan pandangannya secara gratis..tis..tis... Dan penyampaiannya itu sejuk tenan, seolah-olah ini adalah nasihat seorang kakak kepada adiknya. Â Apalagi di akhir acara SBY berkenan menyumbangkan suara emasnya untuk menghibur kita semua. Terimakasih sekali untuk Pak SBY.
Secara pribadi, jujur saja saya sempat gelisah menghadapi situasi perekonomian Indonesia dan khususnya Jawa Tengah dan Srage belakangan ini. Perekonomian melambat terasa sekali, sehingga daya beli masyarakat rendah. Ini bukan cuma pendapat saya, teman-teman saya juga berpikiran sama. Alhasil, barang dagangan kami sepi pembeli.
Menariknya, SBY malah mengajak kami untuk optimis untuk menghadapi Indonesia masa depan. Â Indonesia yang penuh potensi, yang akan semakin kuat melampaui tahun 2030 mendatang.
Benar kata SBY, rakyat Indonesia patut bersyukur. Â Meskipun usia Republik Indonesia belum lagi seabad, pada tahun 2008 di masa pemerintahan SBY, Indonesia jadi anggota G20. Indonesia jadi salah satu dari 20 negara dengan perekonomian terbesar di dunia.
Padahal, tahun 1998, negeri kita dihantam krisis yang luar biasa. Mulai dari krisis ekonomi, politik, sosial, keamanan, hukum sampai hubungan internasional. Bahkan Indonesia diramalkan akan jadi negara gagal, Indonesia akan lenyap dari peta dunia. Nyatanya, sejarah mencatat Indonesia bukan hanya bisa mengatasi masalah-masalah itu. Bahkan tumbuh lebih maju lagi.
Ini semua terjadi izin dan pertolongan Allah serta berkat kerja keras SBY dan jajarannya. Dalam upaya mengantisipasi dampak krisis ekonomi global yang melanda Indonesia pada tahun 2008, bermalam-malam, berminggu-minggu SBY harus mengorbankan waktu tidurnya. Bersama-sama para menteri, para pimpinan BUMN, pimpinan dunia usaha, bahkan para pemred-pemred media massa, SBY bekerja keras agar Indonesia tidak karam seperti tahun 1998.
Kenapa rakyat Indonesia tidak tahu kerja keras SBY ini? Tentu karena SBY tidak haus pencitraan. Dia tetap bekerja keras meski tidak selalu disorot oleh televisi, tidak disiarkan ke sana kemari.
Hasilnya, perekonomian Indonesia tetap bertahan, bahkan tumbuh lebih tinggi lagi. Sehingga Indonesia bisa tumbuh nomor dua setelah RRC di antara negara-negara anggota G20. Kalau progres ini dijaga, oleh pemerintah, oleh pemimpin kita yang sedang mengamban amanah rakyat . SBY menyaki tahun 2030 kelak, ekonomi Indonesia justru jauh lebih kuat.
Ilustrasinya begini. Saat SBY melanjutkan kepemimpinan nasional dari Megawati, pada tahun 2005 pendapatan perkapita kita cuma 1100 US$. Tapi selama 10 tahun, pada 2004-2014, pendapatan perkapita kita naik jadi 3760 US$. Hampir 400%.  Terang ini adalah fenomena langka, ekonomi  tumbuh pesat padahal dihantam krisis dan dalam dalam serta gejolak ekonomi lainnya.
Kalau tren ini dijaga, peekonomian Indonesia pasti semakin kuat. Indikatornya dari peningkatan penghasilan perkapita, juga jumlah kelas menengah. Sewaktu SBY pertama kali memimpin Indonesia, jumlah kelas menengah mentok di bawah 50 juta jiwa. Jumlah ini terus naik jadi sekitar 60-70 juta menjelang berakhirnya masa bakti SBY.
Mestinya nanti pada 2030, Â akan ada 135- 150 juta kelas menengah. Total penduduk Indonesia di tahun itu sekitar 300-an juta jiwa, tapi pendapatan masyarakat lebih besar lagi, jumlah kelas menengah lebih pesat lagi. Jika tren ini terus dijaga oleh pemerintah hari ini maka bisnis akan tumbuh baik.
Contohnya begini. Dengan pendapatan yang tinggi, daya beli tinggi, rakyat kita akan mengkonsumsi makanan yang jauh banyak dan lebih berkualitas. Dampaknya bisnis restoran atau produsen makanan pasti akan menggeliat. hal serupa juga terjadi pada bisnis energi, Â jasa dan pariwisata, pokoknya bisnis sektor rill akan meningkat dengan signifikan. Syaratnya pertumbuhan ekonomi harus terjaga.
Saya dengar sendiri betapa optimisnya SBY. Jika dikelola dengan benar, kebijakan program-programnya benar, maka insya Allah Indonesia akan bergeser lagi dari nomor 16 menjadi 10 besar negara dunia.
Nah, ini catatan penting SBY: jika negara dikelola dengan benar. Kita sama-sama paham, zaman SBY dahulu ada empat pilar perekonomian: pro pertumbuhan ekonomi, pro pengentasan pengangguran, pro pengentasan kemiskinan dan pro pelestarian lingkungan. Kalau ditilik-tilik keempat pilar pembangunan SBY ini berhasil. Pertumbuhan ekonomi saja rata-rata 6% di waktu itu.
Logika pikirnya begini. Kalau pertumbuhan ekonomi kembali 6% maka yang pertama, pendapatan rakyat akan meningkat lebih baik lagi. Pengangguran akan berkurang secara signifikan karena banyak dibuka lapangan kerja. Kemudian dana pajak akan masuk lebih banyak karena sektor rill bergerak. Kalau dana pajak banyak, anggaran untuk meningkatkan pendidikan, kesehatan, gaji, wirausaha, dan lainnya akan meningkat juga. Artinya baik bagi bangsa ini, baik bagi rakyat ini.
Memang saat ini ekonomi kita melemah yang berdampak terhadap kehidupan rakyat, membuat daya beli masyarakat kecil menurun. Tapi SBY tetap optimis. Jika dikelola dengan benar, Indonesia pasti bisa melewati kondisi hari ini dan perekonomian bangkit kembali.
Makanya saya sangat apresiasi ketika SBY menyebut tidak mengapa bila program-programnya dahulu diganti namanya, ada yang enggan karena masa SBY sudah lewat. Yang penting ekonomi tumbuh tinggi, lapangan kerja terbuka luas, kemiskinan berkurang, lingkungan hidup terjaga. Ini menandakan keikhlasan SBY untuk mengabdi demi bangsa dan negara, bukan cari nama.
Jujur saja mendengar "kuliah umum" SBY ini membuat saya semakin optimis. Indonesia di tahun 2030 tidak akan bubar, malah akan semakin kuat.Â
Demikian hendaknya seorang pemimpin, selalu membawa kita untuk menjadi semakin baik lagi. Dan kalau sekaliber SBY saja optimis menatap masa depan Indonesia, mengapa kita tidak? Seperti kata SBY, orang-orang optimis, penuh semangat dan berjiwa terang insya Allah akan berhasil.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H