Mohon tunggu...
Azhar Ilyas
Azhar Ilyas Mohon Tunggu... -

Menulis membuat Anda seperti hidup kembali...

Selanjutnya

Tutup

Money

Inspirasi Geliat Produk Kerajinan Bordir di Aceh

18 Juni 2016   13:27 Diperbarui: 18 Juni 2016   14:29 326
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ibu Ermawati, Pengusaha dan Pengrajin Kerajinan Bordir Aceh - Foto Hijrah Saputra

Usaha kerajinan bordir motif Aceh telah berkembang di Gampong Dayah Daboh, Kec. Montasik, Aceh Besar sejak tahun 1989. Sempat mengalami masa pasang surut, dewasa ini seiring membaiknya pariwisata Provinsi Aceh, khususnya pasca rehabilitasi dan rekonstruksi pasca Tsunami serta perdamaian Aceh, industri kerajinan budaya khas Aceh kembali menggeliat.

Beragam tas, dompet dan aksesoris dengan motif khas Aceh, Kerawang Gayo, maupun aneka motif kreasi lainnya dengan mudah ditemui di Gampong Dayah Daboh, Kec. Montasik, Aceh Besar. Bersama-sama dengan komunitas I Love Songket Aceh (ILSA), saya menyambangi Desa Kerajinan yang berlokasi sekitar 18 kilometer dari pusat Kota Banda Aceh atau hanya tiga kilometer dari Tugu Pesawat Simpang Aneuk Galong, Kec. Sukamakmur, Aceh Besar ini.

Salah satu penggerak yang aktif dalam mempromosikan usaha rumah tangga kerajinan di Gampong Dayah Daboh ini adalah Ibu Ermawati. Kami disambut dengan hangat oleh Ibu Ermawati yang memperkenalkan kami dengan sejumlah pengrajin yang tidak lain merupakan warga Gampong Dayah Daboh. Para pengrajin memanfaatkan rumah-rumah mereka sebagai tempat produksi sekaligus tempat memajang hasil kerajinan untuk dijual kepada konsumen.

Pada tahun 1992, dua bulan setelah pernikahan beliau dengan Bapak Zahri, Ibu Erma mengikuti suaminya yang kembali ke kampung halamannya Gampong Dayah Daboh, Montasik, Aceh Besar. Perempuan yang dikenal ramah ini sejak masa kecilnya telah mendapat pengalaman berbisnis dengan menemani orang tua beliau berjualan kue. Instingnya dalam dunia berbisnis kemudian membuatnya tertarik menggeluti industri kerajinan tas bordir Aceh yang menjadi mata pencaharian para kerabat sang suami di gampong tersebut.

Mulanya perempuan pewirausaha kelahiran Padang, 3 November 1969 ini menawarkan diri membantu tetangganya Ibu Irawati -- yang saat itu dalam kondisi melahirkan -- untuk mengantarkan hasil kerajinan ke Kota Banda Aceh. Ibu Erma kemudian mulai bekerja sebagai penjahit tas bordir motif Aceh. Dua tahun berselang, Ibu Erma membulatkan tekad untuk membuka usahanya sendiri.

Ibu Irawati, berpengalaman sebagai pengrajin selama puluhan tahun - Foto Azhar Ilyas
Ibu Irawati, berpengalaman sebagai pengrajin selama puluhan tahun - Foto Azhar Ilyas
Selanjutnya pada tahun 1996, Ibu Ermawati melakukan ekspansi usaha. Ia mulai mengantarkan pesanan tas kerajinan kepada langganannya di Medan. Tekanan krisis moneter pada pertengahan tahun 1998 membuat pasokan tas kerajinan hasil usahanya terhenti.

Suka duka adalah teman dalam kehidupan. Begitu pun perjalanan usaha Ibu Ermawati yang juga mengalami masa pasang surut. Masa konflik sejak akhir tahun 1999 disusul musibah tsunami di tahun 2004 sempat mempengaruhi perekonomian industri yang terkait erat dengan bidang kebudayaan dan pariwisata ini.

Baru pada bulan April 2008, Ibu Erma mulai bekerja pada Workshop Sentra Industri Kecil dan Menengah milik Dekranasda Aceh Besar. Di workshop tersebut, Ibu Erma pernah menempati berbagai posisi mulai dari Bidang Quality Control hingga Koordinator Pengrajin dan Manajer Pemasaran. Pengalaman tersebut menjadi bekal baginya sekaligus dalam memperluas jaringan koneksi usaha.

Enam tahun mengabdi pada workshop Dekranasda, Ibu dari seorang putra dan dua putri ini kemudian kembali fokus mengelola usaha kerajinan miliknya. Sejak tahun 2014, berbekal modal usaha dari tabungan keluarga berikut bantuan dana aspirasi sebesar Rp 30 juta, Ibu Erma mendatangkan sejumlah alat produksi baru termasuk beberapa unit mesin finishing.

Bersama kesulitan ada kemudahan, di sebalik ujian tersimpan suatu hikmah jua. Kini usaha kerajinan bordir motif nuansa etnik Aceh milik Ibu Ermawati kembali bersinar. Berbagai jenis tas produksi Gampong Dayah Daboh, Aceh Besar kini telah dapat memenuhi pesanan dari sejumlah toko souvenir di Banda Aceh.

Sejak tahun 2015, Ibu Erma telah dapat menyewa sebuah ruko di kawasan strategis di Jl. Banda Aceh - Medan Km. 14,5 simpang Aneuk Galong, Kec. Sukamakmur, Aceh Besar sebagai galeri hasil produksinya. Di galeri Riska Souvenir -- nama yang diambil dari nama putrinya -- Ibu Erma memajang hasil produksi para pengrajin di Aceh Besar mulai dari tas, dompet dan aneka aksesoris dengan ragam corak motif Aceh, Gayo, dan aneka motif kreasi. Selain berkreasi dengan desain, jenis tas dan aksesoris yang ditawarkan pun beragam.

Ragam motif khas Aceh pada produk-produk kerajinan bordir Aceh - Foto Azhar Ilyas
Ragam motif khas Aceh pada produk-produk kerajinan bordir Aceh - Foto Azhar Ilyas
Aneka desain motif khas Aceh seperti motif Awan Diris (awan berarak), Awan Dong (awan berdiri), Pinto Aceh, motif Kerawang Gayo, Bungong Meulu dan masih banyak lagi ditampilkan dalam tas kerajinan bordir tersebut. Ibu Ermawati juga tidak sungkan berkreasi dengan motif yang sudah ada antara lain dengan motif Bungong Meulu.

Adapun jenis tas yang ditawarkan beragam untuk menjawab berbagai selera dan kebutuhan konsumen. Tas-tas tersebut diberi nama menurut kreasi Ibu Erma, seperti misalnya Tas Floretta, Tas Elizabeth, Tas Mambo, Tas Sofie, Tas Labu, Tas Aurora, Tas Speedy dan Tas ABG.

Belum lama ini Gampong Dayah Daboh memperoleh anugerah sebagai Juara Pertama Desa Kerajinan se-Provinsi Aceh. Penghargaan ini diberikan dalam event Pameran Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) se-Aceh yang digelar di Subulussalam pada bulan November 2015 yang lalu.

Ditanya tentang impiannya ke depan, Ibu Ermawati berharap intensitas pembinaan yang berkelanjutan baik dalam hal pemasaran maupun produksi bagi para pengrajin di Banda Aceh dan Aceh Besar khususnya dan Provinsi Aceh pada umumnya. Ibu Erma juga mengharapkan barang-barang kerajinan daerah Aceh dapat berdaya menembus pasar internasional. Sehingga kita tak hanya bertindak sebagai penonton namun juga pemain di era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) dewasa ini.

Artikel ini juga saya muat pada blog saya http://www.nowayreturn.blogspot.com

http://www.nowayreturn.com/2016/01/inspirasi-geliat-produk-kerajinan.html

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun