Mohon tunggu...
Saikhunal Azhar
Saikhunal Azhar Mohon Tunggu... lainnya -

Penulis akan mati, tapi karyanya akan tetap abadi. karena itu menulislah untuk kebahagiaanmu di akhirat nanti.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Tadabbur

6 Juni 2018   10:35 Diperbarui: 6 Juni 2018   10:42 210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Membaca tak harus mengeja kata dalam deretan teks yang tertata. Membaca bisa dilakukan dengan mengamati  alam dan fenomenanya. Karena di sini pula Tuhan, Allah SWT, memercikkan ilmuNYA juga. Banyak sekali hal-hal baru, pelajaran penting, isyarat dan tanda-tanda yang tidak bisa kita dapatkan dari barisan kata-kata hasil karya manusia.

Akan tetapi semua itu justru kita dapati dibalik dedaunan yang jatuh ke bumi, di balik kafilah burung-burung yang bermigrasi dari satu tempat ke tempat lainnya, dan berbagai fenomena alam lainnya. Semua ini menarik dan bermanfaat jika kita mampu membaca dengan seksama.

Allah SWT secara tegas telah memerintahkan kepada umat manusia untuk membaca, melalui sebuah firmanNYA, Bacalah!. Banyak mufassir yang masyhur memberikan keterangan mengenai perintah membaca tersebut. Membaca alam tidak saja mengajarkan kita untuk mengenal alam tersebut, namun sekaligus akan mengajarkan kita untuk mengenal Tuhan kita, Allah SWT.

Karena alam seisinya ini tidak lain adalah sebagian tanda-tanda kebesanNYA. Akan tetapi kita, umat manusia seringkali lupa, untuk mengindahkan perintah tersebut. Kita sering abai dan cuek. Sehingga kita buta akan tanda-tanda alam yang disajikan di depan mata sekalipun.

Dalam ayatNYA yang lain, Allah SWT telah menegaskan, hanya orang-orang yang berpikir saja, yang mau melakukan perintahNYA untuk membaca alam dan fenomenanya. Padahal, sejarah telah pula menceritakan kepada kita, generasi masa kini. Bahwa alam telah mengajarkan orang-orang terdahulu untuk mengatasi berbagai persoalan hidup dan menemukan hal-hal baru yang sangat bermanfaat bagi kehidupan umat manusia di zaman sekarang.

Suatu contoh, kita tahu bahwa bumi memiliki daya gravitasi, karena pengalaman isaac newton, pada saat membaca fenomena alam jatuhnya buah apel ke bumi. Pelajaran tersebut tidak ditemukan isaac newton dalam buku atau naskah yang pernah dibacanya. Namun justru pelajaran itu didapatkan dari buah apel yang jatuh ke bumi. Demikianlah hikmah membaca alam dan fenomenanya.

Orang-orang yang hidup pada zaman dulu, sebelum terjadi serangan gadget, adalah hal yang biasa membaca alam untuk mencari petunjuk dan pelajaran penting. Dalam disiplin ilmu pertanian, misalnya. Para praktisi meyakini betul bahwa fenomena alam sangat penting untuk dibaca, dipelajari, karena dibalik fenomena itu banyak sekali pelajaran penting yang sangat bermanfaat untuk diaplikasikan dalam kehidupan ini. Karenanya tak heran kalau orang-orang pada zaman dulu sangat bersahabat dengan alam. Karena mereka terus membaca, mengenali dan mengakrabi alam sebagai bagian dari kehidupan mereka.

Nah! Pertanyaannya sekarang, masih kita menyadari pentingnya hal itu? Atau justru kita tidak tahu bahwa tadabbur, membaca alam sejatinya perintah suci dari Tuhan kita?. Tuhan sejatinya tak butuh, kita mau mengindahkan perintahNYA itu atau tidak. Kita yang hidup di abad millenia saat ini, barangkali justru merasa mubazzir melakukan hal itu. apalagi serangan gadget semakin menyibukkan kita, anak-anak dan remaja masa kini, dengan phubbing.

Sebuah kosakata baru untuk menyebut orang-orang yang sibuk dengan gadgetnya masing-masing. Semuanya seolah selesai dengan sentuhan tombol gadget. Inikah yang disebut kemajuan zaman? Atau justru sebaliknya. Mungkinkah fenomena ini juga berkelindan dengan terjadinnya bencana alam yang terus menerus menerpa umat manusia belakangan ini. Karena kita sudah tidak lagi peduli apalagi merawatnya. Bagaimana mungkin kita peduli, kenal saja tidak. Bagaimana kita kenal, membaca saja tak pernah.

Mari...., mari kita tanyakan pada diri kita semua. masihkah kita peduli dengan alam yang kita tempati ini?.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun