Pada Maret ke-4 2024, sekolah Global Prestasi melakukan program local immersion yang dilaksanakan pada Desa Buntu Wonosobo. Penulis mengikuti program Local Immersion yang diwajibkan oleh sekolah. Program local immersion adalah program sekolah yang membantu siswa-siswi mendalam kepada kehidupan sosial atau budaya banyak variasi desa.Â
Desa Buntu Wonosobo merupakan desa yang kuat dalam keberagaman, salah satu contohnya yang paling terlihat adalah toleransi kepada keberagaman agama yang ada pada desa tersebut. Pada desanya, sangat terlihat bahwa ada banyak agama dengan ada banyaknya tempat ibadah yang berada dalam keseluruhan desa--- adanya Masjid, Gereja, Vihara dan lain lain.
Desa ini juga bisa dikatakan sebagai "Mini Indonesia", atau juga "Indonesia Kecil" karena banyaknya beragam suku dan agama. Tujuan penulis yaitu melihat teori sebagaimana eratnya toleransi dalam Desa Wonosobo dalam bidang agama.
Pada hari kedua, Maret 6 2024, dalam waktu penulis berada di desa Wonosobo, penulis menggunakan waktu yang diberi untuk menanyakan warga Wonosobo bagaimana baik toleransi agama dalam desa tersebut. Warga yang di wawancara penulis merupakan warga beragama Katolik, Pak Tuarno.
Dalam proses wawancara, penulis dapat mengetahui bahwa Pak Tuarno merupakan warga Wonosobo dari lahir dan kalau bisa, ingin hidup di kota.Â
Wonosobo kadang-kadang mengadakan pesta yang melibatkan seluruh kota Wonosobo, yaitu, Mertideso. Mertideso merupakan pesta yang dilakukan pada bulan Juli yang harus disiapkan oleh semua warga Wonosobo, atau enggak tidak bisa diselenggarakan.
Pesta Mertideso merupakan contoh budaya warga Wonosobo yang mengeratkan komunitas yang berada pada Desa. Dalam komunitas ini, Pak Tuarno merupakan komunitas keagamaan yang sangat menerima dan toleransi.
Contoh yang kecil untuk melihatkan toleransi berat kepada agama dalam Wonosobo adalah "bahwa waktu tarawih untuk yang beragama islam pada Ramadhan" kata Pak Tuarno, mereka sangat menjaga masjid untuk mengamankan sholatnya dari apapun gangguan eksternal.
Maka, dari wawancara dan observasi sendiri penulis--- penulis bisa mendapat konklusi teori yaitu walau Wonosobo mempunyai toleransi terhadap sesama lain yang erat dalam bidang agama. Toleransi ini jalan menguat dalam hari ber hari karena mereka beneran harus melakukan pekerjaan dengan barengan, walaupun hanya acara.
Dengan pendalaman Pak Tuarno dalam teori toleransi, dapat diperlihatkan bahwa masyarakat Wonosobo peduli tentang ketentraman dan kebersamaan dalam bidang agama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H