Mohon tunggu...
Azemah Sapromei
Azemah Sapromei Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Lambung Mangkurat

Saya hobby memasak dan menyukai kuliner makanan dan minuman dan juga saya suka berinteraksi dengan orang baru

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menjaga Marwah Sikap Saling Menghargai Antar Umat Beragama Dalam Pendidikan Multikultural

23 Juni 2024   20:35 Diperbarui: 23 Juni 2024   20:49 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Tantangan terbesar dalam implementasi pendidikan multikultural di Indonesia adalah kurangnya pemahaman dan kesadaran tentang pentingnya pendidikan multikultural di kalangan pendidik dan masyarakat. Banyak guru yang belum mendapatkan pelatihan yang memadai untuk mengintegrasikan nilai-nilai multikultural dalam pengajaran mereka. Selain itu, keterbatasan sumber daya, baik dari segi materi pembelajaran maupun fasilitas, turut menghambat proses ini. Ketimpangan akses pendidikan di berbagai daerah juga menjadi masalah. Di beberapa daerah terpencil, pendidikan dasar saja masih menjadi tantangan, sehingga pendidikan multikultural belum menjadi prioritas. Hal ini diperparah dengan adanya stereotip dan prasangka yang masih melekat di kalangan masyarakat terhadap kelompok etnis atau agama tertentu, yang bisa menghambat proses pembelajaran multikultural. Tidak dapat dihindari bahwa ada beberapa kendala yang muncul selama implementasi program kelas multikultural. Salah satunya adalah adanya keluhan dari warga sekitar  yang  mungkin  kurang  memahami tujuan dan manfaat  dari  program ini. Tantangan lainnya  termasuk  potensi  terjadinya  konflik  awal  antar  siswa  karena  perbedaan budaya, bahasa,  atau  norma  perilaku (Azzahra, Asbari, & Ariani, 2023).

Beberapa hambatan dalam implementasi pendidikan multicultural antara lain (Arfa & Lasaiba, 2022) :

  • Ketidaksiapan lembaga pendidikan
  • Ketidaksiapan lembaga pendidikan merupakan salah satu hambatan dalam implementasi pendidikan multikultural. Hal ini dapat terjadi karena beberapa faktor  seperti kurangnya sumber daya manusia yang mampu mengajar dan memahami keberagaman budaya, kurangnya sumber daya materi seperti buku pelajaran dan alat bantu pengajaran yang mendukung pendidikan multikultural, serta kurangnya dukungan dari pemerintah atau masyarakat.
  • Prasangka dan stereotip
  • Prasangka dan stereotip merupakan hambatan  penting dalam implementasi pendidikan multikultural. Prasangka adalah suatu pendapat atau sikap yang diterapkan pada individu atau kelompok tertentu berdasarkan pengalaman atau informasi yang kurang benar. Stereotip, di sisi lain, adalah gambaran umum atau ideologi yang dipercayai oleh masyarakat tentang suatu kelompok tertentu. Kedua hal ini dapat menghambat implementasi pendidikan multikultural karena dapat membuat individu atau kelompok tertentu menolak mempelajari atau memahami keberagaman budaya lainnya. Hal ini dapat menyebabkan ketidakadilan dan diskriminasi terhadap kelompok-kelompok tertentu dalam masyarakat.
  • Ketidakmampuan untuk beradaptasi
  • Terkadang individu dan kelompok mungkin tidak dapat beradaptasi dengan budaya atau kebiasaan yang berbeda, sehingga menghambat pemahaman dan penghormatan terhadap keberagaman budaya. Ketidakmampuan untuk beradaptasi dengan keberagaman budaya juga dapat menjadi hambatandalam implementasi pendidikan multikultural. Hal ini dapat terjadi karena kurangnya pemahaman tentang budaya yang berbeda, ketidaktahuan tentang norma sosial dan tata cara yang berbeda, dan ketidaksiapan untuk berinteraksi dengan orang-orang yang berbeda.
  • Tidak adanya dukungan dari orang tua dan keluarga
  • Orang tua dan keluarga mungkin tidak mendukung pendidikan multikultural karena kurangnya pemahaman dan pengetahuan tentang keberagaman budaya. Orang tua dan keluarga dapat menjadi faktor penting dalam pembentukan nilai dan sikap anak-anak terhadap keberagaman budaya. Jika orang tua dan keluarga tidak mendukung pendidikan multikultural, anak-anak mungkin mengalami kesulitan untuk memahami dan menghargai keberagaman budaya. Hal ini dapat mempengaruhi perkembangan nilai, sikap, dan perilaku siswa terhadap keberagaman budaya.
  • Konflik  budaya
  • Konflik budaya antara individu atau kelompok dapat menghambat implementasi pendidikan multikultural. Konflik budaya terjadi ketika nilai, kepercayaan, dan praktik budaya dari suatu kelompok berbeda dengan kelompok lainnya. Hal ini dapat menimbulkan perbedaan pandangan, ketegangan, dan bahkan konflik. Konflik budaya dapat mempengaruhi kemampuan individu atau kelompok untuk memahami dan menghargai keberagaman budaya. Hal ini dapat menghambat implementasi  pendidikan multikultural karena kurangnya rasa hormat dan toleransi terhadap budaya yang berbeda.
  • Tidak adanya dukungan dari pemerintah
  • Pemerintah mungkin tidak memberikan dukungan yang cukup untuk implementasi pendidikan multikultural, seperti kurangnya alokasi anggaran dan kebijakan pendidikan yang mendukung pendidikan multikultural. Tidak adanya dukungan dari pemerintah dapat menjadi hambatan yang signifikan dalam implementasi pendidikan multikultural.

KESIMPULAN

Pendidikan multikultural di Indonesia adalah upaya penting untuk mempromosikan toleransi dan pemahaman di tengah keragaman budaya yang luas. Meskipun menghadapi tantangan seperti kurangnya pelatihan guru, stereotip, dan keterbatasan sumber daya, pendidikan ini memiliki potensi besar untuk memperkuat persatuan nasional dan mempersiapkan generasi muda dalam menghadapi masyarakat global. Implementasi yang sukses memerlukan dukungan dari semua pemangku kepentingan, termasuk pemerintah, sekolah, dan masyarakat, serta komitmen untuk mengatasi hambatan yang ada. Dengan demikian, pendidikan multikultural dapat berperan sebagai media transformasi sosial dan budaya, membangun kesadaran akan pentingnya saling menghormati dan menghargai keberagaman. 

SARAN

Untuk meningkatkan implementasi pendidikan multikultural di Indonesia, beberapa langkah dapat diambil. Pertama, pemerintah perlu meningkatkan pelatihan dan pendidikan bagi para guru mengenai pendidikan multikultural. Kedua, kurikulum harus lebih menekankan pada keberagaman budaya dan pentingnya toleransi. Ketiga, diperlukan peningkatan dana dan sumber daya untuk mendukung program-program pendidikan multikultural, terutama di daerah-daerah terpencil. Terakhir, perlu adanya kampanye dan edukasi kepada masyarakat untuk menghilangkan prasangka dan stereotip negatif terhadap kelompok-kelompok tertentu. Dengan demikian, pendidikan multikultural dapat menjadi alat yang efektif untuk membangun masyarakat Indonesia yang lebih adil, harmonis, dan bersatu.

DAFTAR PUSTAKA

Arfa, Man, Arman & Lasaiba, Amin, Mohammad. 2022. Pendidikan Multikultural dan Implementasinya di Dunia Pendidikan. Jurnal Geoforum, 1(2), pp 111-125

Azzahra, Fatimah, Gusnia., Asbari, Masduki., & Ariani, Shintya, Annisa. 2023. Pendidikan Multikultural: Menuju Kesatuan Melalui Keanekaragaman. Jurnal Jisma, 2(6), pp 1-7.

Ningsih, Wahyu, Indah., Mayasari, Annisa., & Ruswandi, Uus. 2022. Konsep Pendidikan Multikultural di Indonesia. Jurnal Edumaspul, 6(1), pp 1083-1091.

Salsabila, Sinta, Sonia, dkk. 2022. Tantangan Pendidikan Multikultural di Indonesia di Zaman Serba Digital. Jurnal Pendidikan Anwarul, 2(1), pp 99-110.

Supriatin, Atin., & Nasution, Rahmi, Aida. 2017. Implementasi Pendidikan Multikultural dalam Praktik Pendidikan di Indonesia. Jurnal Elementary, (3), pp 1-13.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun