Mohon tunggu...
Azemah Sapromei
Azemah Sapromei Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Lambung Mangkurat

Saya hobby memasak dan menyukai kuliner makanan dan minuman dan juga saya suka berinteraksi dengan orang baru

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menjaga Marwah Sikap Saling Menghargai Antar Umat Beragama Dalam Pendidikan Multikultural

23 Juni 2024   20:35 Diperbarui: 23 Juni 2024   20:49 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

PENDAHULUAN

Indonesia adalah negara yang kaya akan keragaman budaya, suku, agama, dan bahasa. Dari Sabang sampai Merauke, terdapat ribuan kelompok etnis dengan berbagai adat istiadat yang unik. Pendidikan multikultural di Indonesia menjadi sangat penting untuk mempromosikan toleransi, pemahaman, dan keharmonisan di tengah masyarakat yang pluralistik ini. Pendidikan yang mengakomodasi dan menghargai keberagaman budaya dapat memperkuat persatuan nasional dan mencegah konflik sosial. Esai ini akan membahas konsep, implementasi, tantangan, dan pentingnya pendidikan multikultural di Indonesia. Sejarah pendidikan di Indonesia menunjukkan bahwa pendekatan terhadap keragaman budaya telah mengalami perubahan signifikan. Pada masa Orde Baru, pendidikan lebih menekankan pada homogenitas nasional dan penyeragaman identitas. Namun, pasca reformasi 1998, terjadi pergeseran menuju penghargaan yang lebih besar terhadap keragaman dan hak-hak kelompok minoritas. Perubahan ini tercermin dalam berbagai kebijakan dan kurikulum pendidikan yang mengakomodasi keberagaman budaya dan menekankan pentingnya inklusi sosial.

Pendidikan multikultural juga dihadapkan pada tantangan-tantangan seperti ketimpangan akses pendidikan di daerah terpencil, stereotip, dan diskriminasi antar kelompok. Meski demikian, terdapat berbagai peluang untuk memperkuat pendidikan multikultural melalui pelatihan guru, pengembangan kurikulum yang inklusif, dan program-program ekstrakurikuler yang mendukung pemahaman budaya. Melalui pendidikan multikultural, diharapkan siswa dapat mengembangkan sikap saling menghormati, memahami pentingnya keberagaman, dan menjadi warga negara yang bertanggung jawab. Pendidikan ini juga bertujuan untuk mempersiapkan generasi muda Indonesia agar siap berkontribusi dalam masyarakat global yang plural dan dinamis.

Pendidikan  seyogyanya  mampu  berperan  aktif  dalam menyelesaikan konflik yang terjadi di masyarakat. Setidaknya  mampu  menyadarkan  kepada  masyarakat  bahwasaanya  konflik  bukanlah  suatu  hal  layak  yang  harus  dibudayakan.  Pendidikan  juga  harus  mampu        memberikan  grand design yang mencerdaskan. Grand design tersebut berupa : materi, metode, hingga kurikulum yang membangun kesadaran arti pentingnya toleransi, mengormati berbagai perbedaan, dan memahami keaneragaman budaya terutama di Indonesia.  Sehingga  pendidikan mampu berperan aktif sebagai media transformasi sosial, budaya dan multikulturalisme (Ningsih, Mayasari, & Ruswandi, 2022).

PEMBAHASAN

Konsep Pendidikan Multikultural

Pendidikan multikultural adalah pendekatan pendidikan yang menghargai dan mengakui keberagaman budaya sebagai elemen penting dalam proses belajar-mengajar. Konsep ini berakar pada prinsip kesetaraan dan keadilan, dengan tujuan untuk membangun masyarakat yang inklusif. Pendidikan multikultural mencakup kurikulum yang mencerminkan berbagai perspektif budaya, pelatihan guru yang peka terhadap isu-isu budaya, serta lingkungan belajar yang mendukung dialog antarbudaya. Hilda Hernandez (Ningsih, Mayasari, & Ruswandi, 2022) mengartikan pendidikan multikultural sebagai perspektif  yang  mengakui  realitas  politik, sosial dan ekonomi yang dialami semua individu yang bersinggungan dengan   individu   lain yang memiliki aneka kultur dan merefleksikan  pentingnya  budaya,  ras,   seksualitas   dan   gender, agama, status sosial, ekonomi,  dan semua hal yang berkaitan dengan pendidikan.

Pada  dasarnya  antara  multikultural  dan  pendidikan  tidak  dapat  dipisahkan. Multikultural  terdapat  materi  yang  berisi  tentang  materi  kajian, di mana menjadi pijakan  dasar  dalam  pendidikan.  Mustamin dan Ulum (Salsabila dkk, 2022) mengemukakan keduanya itu sama pentingnya dalam dunia pendidikan menjadi awal yang penting untuk melakukan pemulihan terhadap budaya multikultur.  Salah  satunya  melalui sekolah, pendidik  dapat  mengawalinya dengan menanamkan  praktik  pluralistis bagi peserta didik. Pendidik harus bertindak kreatif guna menjadi jembatan antara pluralitas   menuju   budaya   damai.   Sebagai   puncak   pendidikan   multikultural, pendidik harus memiliki tingkat pemahaman yang cukup terkait multikulturalisme dan pendidikan multikultural. Pendidikan   multikultural   merupakan   suatu   metode   peningkatan   seluruh kemampuan individu yang menghormati dan menghargai akan perbedaan sebagai dampak keragaman budaya. Pendidikan pada multikultural ini lebih mengarah ke konsep  pluralisme  budaya  yang  didasari  dengan  saling menghargai.    Sesuai dengan   pentingnya   dari   pendidikan   yaitu   mentransfer   sebuah   ilmu   dan pengetahuan,  sehingga  pendidikan  pada  multikultural ini  menjadi  jalan  keluar yang   realistis   dibandingkan   jalan   keluar   lainnya,   karena   pendidikan   pada multikultural  ini  mempunyai  keinginan  yang  ideal, yaitu  dengan  terwujudnya ketentraman  dan  terjalinnya  persaudaraan  tanpa  memandang  sebuah  perbedaan.

Implementasi di Indonesia

Di Indonesia, implementasi pendidikan multikultural telah diupayakan melalui beberapa kebijakan dan program. Kurikulum 2013, misalnya, mencoba untuk mengintegrasikan nilai-nilai budaya lokal dalam materi pembelajaran. Sekolah-sekolah juga didorong untuk mengadakan kegiatan ekstrakurikuler yang memperkenalkan siswa pada berbagai kebudayaan di Indonesia. Program pertukaran pelajar antar daerah dan lomba-lomba seni budaya juga menjadi bagian dari usaha ini. Namun, implementasi di lapangan masih menghadapi banyak tantangan. Perbedaan kualitass pendidikan antar daerah, kurangnya pelatihan guru mengenai pendidikan multikultural, serta keterbatasan dana adalah beberapa kendala utama. Meskipun demikian, beberapa sekolah telah menunjukkan praktek baik dengan mengadakan festival budaya, diskusi lintas budaya, dan kolaborasi antar sekolah dari berbagai daerah. Kenneth  D.  Moore (Supriatin & Nasution, 2017) mengatakan bahwa pendidikan multikultural di sekolah harus  dilakukan secara komprehensif, tidak hanya penyikapan yang adildi antarasi swa-siswa yang berbeda agama, ras, etnik dan budayanya,  tapi  juga harus didukung  dengan  kurikulum,  baik kurikulum tertulis maupun terselubung, evaluasi yang integratif dan guru yang memiliki pemahaman, sikap dan tindakan yang produktif dalam memberikan layanan pendidikan multikultural pada para siswanya.

Tantangan dan Hambatan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun