Mohon tunggu...
azas tigor nainggolan
azas tigor nainggolan Mohon Tunggu... Pengacara - Advokat dan Analis Kebijakan Transportasi

Aktivis Perkotaan yang Advokat dan Analis Kebijakan Transportasi

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Kulineran di Pasar Klojen, Malang, Jawa Timur.

18 Desember 2024   11:00 Diperbarui: 18 Desember 2024   12:35 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kuliner Sarapan di Pasar Klojen Malang, Jawa Timur.

Sarapan pagi panganan tradisional nikmat Malang ada di dua pasar, pasar Klojen dan Pasar Oro Oro Dowo. Tiar dan saya pagi ini diajak Mas Sunu dan Mbak Yovieta sarapan di Pasar Klojen, Malang. Wah begitu masuk pasar Klojen, langsung disuguhi pemandangan pasar tradisional yang bersih dan nyaman terutama tersedia penjual makanan khas Jawa beragam. Pasarnya sudah tua dan sudah direnovasi, ditata rapi. Begitu masuk kami berkeliling dulu dan menikmati suasana khas Jawa Timuran yang akrab. Kita tinggal pilih mau sarapan apa saja ada. Panganan Pecel, Klepon, Lupis, 

Sarapan pagi di Pasar Klojen, sumber foto: Astina
Sarapan pagi di Pasar Klojen, sumber foto: Astina
Getuk,  Soto dan Mie Jawa juga Es Dawet yang segar. Kami memilih sarapan makan Pecel, kue Lupis dan Es Dawet. Bagus memang konsep penataan dan pengembangan UMKM Pemkot Malang. Menghidupi masyarakat dan memberi sarana kulineran bagi para wisatawan yang jadi pengunjungnya. Harganya relatif murah seperti kita sarapan tradisional di banyak kota di Pulau Jawa. Bedanya si Pasar Klojen, para pedagang difasilitasi pasar khusus yang bersih dan nyaman juga sewanya murah terjangkau.Ada Pecel yang sudah berjualan sejak tahun 1975, penjual kue Lupis yang sudah generasi kedua juga es Dawet yang sudah berjualan sejak awal pasar Klojen sebelum direnovasi. 
Nasi Pecel Klojen Mbak Sri, sumber foto: Astina
Nasi Pecel Klojen Mbak Sri, sumber foto: Astina
Wisata kuliner rakyat yang mewakili wajah kota Malang yang ramah dan sejuk serta bersih terutama ramah terjangkau.Pak Aan (60 tahun) penjual Nasi Pecel Mbak Sri adalah generasi kedua. Beliau meneruskan usaha orang tuanya di Pasar Klojen jaman penjajahan Belanda. "Orang tua saya berjualan Nasi Pecel sejak pasar ini berdiri di jaman Belanda dulu. Saya meneruskan Ini membantu ibu yang sudah sepuh", pak Aan menceritakan pada saya dan mas Sunu. "Saya langganan makan Nasi Pecel di sini sudah lama. Nah sekarang baru sering melihat pak Aan melayani penjual Nasi Pecel ini. Sebelumnya saya sering bertemu ibunya kalo makan disini", tutur mas Sunu, pelanggan setia Nasi Pecel Mbak Sri.

Begitu pula ibu Ati pedagang jajan Lupis, Getuk  dan Es  Dawet 

Jajanan Pasar Tradisional Klojen, sumber foto: Astina
Jajanan Pasar Tradisional Klojen, sumber foto: Astina
juga generasi kedua di Pasar Klojen. Wauooo Lupis enak sekali dan murah harganya. Para pedagang membayar sewa serta retribusi di Pasar Klojen sekitar 7 juta per tahun. Jelas besaran retribusi ini masih terjangkau menurut cerita para pedagang karena pendapatan mereka lumayan besar berjualan di Pasar Klojen. Menurut ibu Ati kalo hari Sabtu dan Minggu pengunjungnya membludak sampai sore hari. Para pedagang di Pasar Klojen hanya 
Jajanan Pasar Klojen, sumber foto: Astina
Jajanan Pasar Klojen, sumber foto: Astina
berjualan biasanya dari jam 08.00 hingga jam 13.00 pada hari biasa.Model pasar rakyat seperti Pasar Klojen Malang ini bisa dibangun di kita lain sebagai sarana menghidupkan UMKM dan tradisi lokal yang bersahabat bagi warganya. Untuk kota Jakarta juga bisa, dibuat di kampung-kampung untuk membangun hidup sejahtera warganya.  Ayo kota lain kembangkan UMKM sebagai Jaring Pengaman Sosial dimasa krisis dan sukur seperti sekarang.
Astina, 18 Desember 2024.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun