Mohon tunggu...
azas tigor nainggolan
azas tigor nainggolan Mohon Tunggu... Pengacara - Advokat dan Analis Kebijakan Transportasi

Aktivis Perkotaan yang Advokat dan Analis Kebijakan Transportasi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Stasiun Matraman, Modern dan Seperti Tempo Dulu

28 Juni 2022   15:00 Diperbarui: 28 Juni 2022   16:16 277
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Stasiun Kereta Matraman, Moderen dan seperti Tempo Dulu.

Pagi ini saya menggunakan Kereta Rel Listrik (KRL) untuk tujuan ke Depok  melalui stasiun Matraman Jakarta Timur yang baru dioperasikan dua Minggu lalu. Hari saya mau ke pengadilan negeri Depok dan mengikuti acara pertemuan dengan keluarga korban kekerasan seksual pada anak di Depok.  

Biasanya kalo mau ke Depok atau Bogor saya melalui stasiun Pondok Jati di depan rumah, transit di stasiun Jatinegara menuju stasiun Manggarai lebih dulu. 

Jika mau cepat saya biasanya menggunakan ojek online langsung ke stasiun Manggarai. Sekarang saya hanya perlu berjalan kaki 5-10 menit saja langsung ke stasiun Matraman.

Tiba di stasiun Matraman, saya mencoba merasakan aura stasiun baru kereta baru ini. Terasa moderen fasilitasnya dan masih baru, istilahnya masih terasa aroma kebaruannya. Tetapi selain aroma moderen, stasiun Matraman ini juga memiliki aroma Tempo Dulu. 

Tepat di samping stasiun Matraman terdapat sekelompok bangunan tidak permanen di sepanjang rel kereta. Bangunan tersebut adalah tempat prostitusi yang dikenal dengan nama Gunung Antang. Tempat protitusi Gunung Antang ini sudah ada di sepanjang rel kereta daerah Matraman sudah puluhan tahun.

Sejak saya kecil, sejak tahun 1970 tinggal di daerah Matraman, Jakarta Timur dan  praktek prostitusi  di Gunung Antang sudah ada. Warga di pemukiman Gunung Antang sudah ratusan kali memprotes kepada Pemda Jakarta PT Kereta Api Indonesia (KAI) agar membongkar dan membersihkan lokasi prostitusi Gunung Antang. 

Keberadaan lokasi prostitusi Gunung Antang sudah terlalu sering  diprotes karena menimbulkan masalah kriminalitas,  keamanan dan sosial bagi warga sekitarnya. Tetapi lokasi prostitusi Gunung Antang tetap eksis bertahan karena di dalamnya banyak preman berseragam hijau dan coklat melindungi karena memiliki bisnis judi juga minuman   ilegal.  

Saya pernah mendengar cerita dari seorang warga tua bahwa nama Gunung Antang berasal dari kata Gunung dan Antang. Kata Gunung menandakan lokasi  berada lebih tinggi atau di atas pemukiman warga. 

Sedangkan kata Antang adalah berasal dari kata telentang, posisi tidur orang yang telentang.  Beberapa kali memang bangunan di  lokasi protitusi Gunung Antang pernah dibongkar tapi tidak dijaga dengan konsisten. Akibatnya setelah beberapa hari para pemiliki bangunan  usaha prostitusi di Gunung Antang membangun kembali bangunannya.

Keberadaan prostitusi di samping stasiun Matraman ini mengingatkan seperti pengalaman stasiun  lainnya di Indonesia yang pernah berada di samping lokasi prostitusi. Misalnya stasiun Jatinegara, Jakarta Timur yang dulu juga dipenuhi oleh lokasi prostitusi yang namanya Tengseng. 

Begitu pula dengan pengalaman stasiun Tugu Yogyakarta yang di sampingnya ada lokasi prostitusi bernama Pasar Kembang. Tetapi sekarang semua lokasi prostitusi di samping stasiun kereta itu sudah dibongkar dan dibersihkan sehingga stasiunnya jadi lebih nyaman dan aman. 

Aseharusnyanya juga pihak PT KAI dan Pemda Jakarta segera membongkar dan membersihkan lokasi protitusi Gunung Antang untuk kenyamanan - kemanan stasiun Matraman di sebelahnya serta bagi kehidupan warga Matraman. 

Jika tidak segera dibersihkan maka lokasi protitusi Gunung Antang Atang menimbulkan masalah kriminalitas dan ketidaknyamanan bagi pengguna stasiun Matraman. Ditunggu sikap berani dan profesionalitas dari Pemda Jakarta serta PT KAI.  

Jakarta, 28 Juni 2022
Azad Tigor Nainggolan
Pengamat Transportasi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun