Mengingat Sejarah Kampung Warna Warni dan Kampung Kawasan Tanpa Rokok di Jakarta.
Postingan di FB saya ini 5  tahun lalu ketika saya membaca liputan tentang kampung Warna Warni Jodipan Malang  Jawa Timur dari sebuah majalah yang saya dapat dari pesawat. Saat itu saya sedang dalam perjalanan dengan sebuah maskapai penerbangan.Â
Saya baca-baca majalah dalam pesawat dan saya tertarik dengan sebuah liputan tentang kampung sederhana di pinggir sungai dan di bawah jembatan yang dirubah menarik menjadi Kampung Warna Warni. Setelah membaca liputan itu saya terinspirasi ingin mengajak warga kampung miskin di Jakarta membuat cara yang sama.Â
Saya mengajak teman Fakta memulai  untuk kampung miskin di Jakarta dampingan FAKTA yang rawan penggusuran sekitar tahun 2006 dan mulai terealisir di Kampung Penas Tanggul.Â
Biasanya yang menjadi alasan sebenarnya menggusur kampung miskin adalah karena pemerintah menganggap kampung miskin itu kumuh, kotor, kriminal dan tidak sehat.Â
Nah masuklah kita dan advokasi membuktikan bahwa stigma pemerintah itu tidak benar. Bersama warga bisa membangun kampung warna warni  yang indah, bersih dan terorganisir baik walau miskin. Beruntung juga saya sudah tiga kali mengunjungi Kampung Jodipan Malang, tidak bosan mengunjungi jika ke Malang.
"Membangun kampung miskin menjadi indah dan menarik tidak harus menggunakan material baru mahal. Bisa kita gunakan material yang ada walau bekas dan bisa menjadikan kampung miskin menarik", saya teringat nasehat almarhum Romo Mangunwijaya Pr pada saya sekitar tahun 1990. Ketika itu saya dan Romo Mangunwijaya Pr sedang berdiskusi tentang merevitalisasi kampung miskin agar tidak kumuh dan jadi sasaran penggusuran dari aparat Pemda setempat. Â Â
Pesan pengalaman itu diambil Romo Mangunwijaya Pr dari pengalamannya mendampingi dan mengadvokasi Kampung Code Yogyakarta yang akan digusur dan berhasil tidak digusur oleh Pemda Yogyakarta ketika itu. Â
Nah mulai dari sini, saya gulirkan ide membuat kampung warna warni di Penas Tanggul dan Cililitan untuk menangkal penggusuran.Â
Awalnya memang sekitar tahun 1991 saya dan teman-teman berhasil membangun kampung Penas Tanggul menjadi kampung tertata rapi untuk melawan penggusuran.Â
Cara ini berhasil dan akhirnya pada tahun 2002 Â mendapatkan pengakuan dari pemerintah melalui ibu Erna Witoelar yang ketika itu menjadi menteri Kimpraswil.Â