Mohon tunggu...
Tika Azaria
Tika Azaria Mohon Tunggu... Freelancer - Blogger

Menulis sebagai pekerjaan dan menyalurkan kebahagiaan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menteri Susi dan Sosok Perempuan Masa Kini

30 Oktober 2018   22:41 Diperbarui: 30 Oktober 2018   22:47 185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kata siapa perempuan tidak punya kekuatan untuk melakukan sesuatu? Kata siapa perempuan tidak berdaya dan tidak tegas Sepertinya kita harus berkaca pada sosok Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti!

Jujur saya, sejak diangkat menjadi menteri KKP oleh Presiden Jokowi tahun 2014 lalu, sosok yang satu ini sungguh menarik perhatian saya. Saya ingat betapa dulu banyak orang yang meragukan kinerjanya sebab katanya beliau tidak berpendidikan. Tapi keraguan dan pandangan sinis itu dibalas Susi dengan kinerja nyata dalam mengurusi persoalan Kelautan dan Perikanan Indonesia.

Apalagi jika melihat aksi pemberani dan tegas menteri Susi saat menenggelamkan kapal-kapal pencuri ikan (illegal fishing). Susi tidak segan memerintahkan agar kapal itu dibakar alias ditenggelamkan. Praktik tersebut merupakan kerja nyata dalam upaya perikanan berkelanjutan. Itu juga sebagai usaha menegakkan keamanan laut.

Bahkan kinerja maksimal Susi dipuji oleh mantan menteri luar negeri Amerika Serikat, John Kerry. Pujian tersebut diberikan John Kerry saat pertemuan bilateral di sela-sela Our Ocean Conference 2018 di Bali Nusa Dua Convention Center yang sudah berlangsung sejak 29 hingga 30 Oktober 2018.

Pujian tersebut disampaikan langsung di depan Susi oleh John Kerry. "Kerja bagus, Susi," ujar Kerry yang merupakan inisiator Our Ocean Conference yang berdiri di sebelah Susi Senin kemaren, dikutip dari tempo.co.

Indonesia bahkan juga disebut sebagai motor penggerak agar negara-negara tetangga juga menerapkan hal serupa mengenai perikanan berkelanjutan. Mengapa perikanan berkelanjutan ini penting diterapkan? Sebab jika tidak, akan banyak dampak buruk dan berdampak pada seluruh manusia di bumi. Seperti akan banyak pekerjaan yang hilang, cadangan makanan yang bersumber dari laut akan menipis, serta matinya terumbu karang.

Ketegasan dalam hal pencurian ilegal ikan ini memang sudah bisa kita rasakan sekarang. Langsung berdampak pada ekonomi kelautan dan perikanan berkelanjutan.

Berdasarkan datanya, PBD Perikanan Indonesia mengalami grafik naik sejak 4 tahun silam. Pada 2014 PBD Perikanan kita sekitar 245,48 T, di tahun berikutnya 2015 sekitar 288,90 T, lalu 2016 sekitar 317,09 T, dan tahun lalu naik sekitar 349,53 T.

Namun, sekarang, disamping terus menerapkan perikanan berkelanjutan dan mengatasi masalah pencurian ikan ilegal, masalah yang juga harus segera diselesaikan adalah sampah plastik. Sampah-sampah ini menyebabkan terjadinya polusi laut yang harus ditangani dan butuh komitmen bersama dari seluruh negara di dunia.

Pada OOC 2018 ini juga, Eropa katanya menggelontorkan dana sebesar 300 Juta Euro untuk menjaga laut. 100 juta Euro dialokasikan untuk riset dan pengembangan penanganan sampah plastik dan 82 juta Euro untuk riset pemetaan dasar laut serta pengembangan sistem akuakultur yang inovatif. Selain soal dana, Uni Eropa juga mengumumkan ada 23 komitmen baru dalam konferensi internasional ini.

Saking berdedikasinya terhadap kelautan dan perikanan, Susi berharap pada OOC 2018 tidak hanya sekadar ucapan atau perjanjian hitam-putih, tetapi memang harus ada aksi nyata yang akan terus ditagih Susi.

Bahkan, berita terupdate yang saya baca, kataya sudah ada sekitar 633 komitmen yang sudah ditandatangani. Dan Susi menyebut langkah selanjutnya adalah cara cepat dalam pengaplikasiannya.

Begitulah dedikasi Menteri Susi terhadap keberlangsungan kelautan. Dia, menurut saya, sosok menteri wanita yang tegas dan berani mengambil keputusan jika itu sudah menyangkut persoalan kelautan dan perikanan.

Menteri Kelautan Norwegia, Herald T Nesvik, bahkan mengaku menghadiri OCC 2018 karena ingin bertemu dengan sosok perempuan tangguh yang begitu mencintai laut Indonesia dengan segala isinya, Susi Pudjiastuti.

"Saya belum pernah bertemu beliau, tapi saya sangat tertarik untuk segera bertemu. Saya tahu beliau sangat berdediksi penuh dan melakukan yang terbaik untuk negaranya. Ini pertama bertemu dan banyak hal yang akan saya bahas bersama beliau, termasuk kerjasama Indonesia dan Norwegia ke depan," ujar Nesvik seperti dikutip dari Kumparan pada 15 Oktober 2018 lalu.

Presiden Jokowi sambil bercanda menyebutnya menteri wanita yang galak. "Tapi ada yang galak seperti Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti," kata Jokowi ketika membuka kongres XX Wanita Katolik Republik Indonesia di Grand Mercure hari ini dilansir dari tempo.co.

Dan saya amat sangat setuju dengan pernyataan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menyebutnya sebagai bentuk nyata dari pemberdayaan perempuan. Saya amat sangat setuju!

Menurut saya perempuan itu memang sudah seharusnya begitu. Untuk beberapa kasus, tindakan tegas dan komitmen dalam keputusan yang diambil sangat diperlukan. Sebagai perempuan, kita harus memberikan bukti nyata, seperti Menteri Susi.

Dan sekarang, ketika membahas persoalan kelautan dan perikanan, maka wajah yang otomatis terlintas adalahh sosok Menteri Susi. Menteri Susi menjadi wajah perempuan Indonesia sekaligus Wajah Kelautan Indonesia.

Kalo cuma ngadepin masalah skripsi aja saya pusing dan putus asa, harusnya saya malu sama Bu Susi hehe.

Bu, Saya salut denganmu! Terus menginspirasi ya, Bu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun