Setelah sebelumnya menganalogikan ancaman perang dagang ekonomi dunia bagai perang antara Thanos dan Tm Avengers pada pidatonya di depan pemimpin dunia pada Forum Ekonomi Dunia ASEAN (WEF On ASEAN) pada 13 September 2018. dilanjutkan dengan meminjam istilah "Winter Is Coming" pada serial Game of Thrones untuk menganalogikan kondisi ekonomi global saat annual meeting IMF-WB di Bali pada 12 Oktober 2018. Dan sekarang, meski tidak menganalogikan dengan film terbaru saat ini, namun pidato Presiden Jokowi pada pembukaan Our Ocean Conference 2018 juga menarik dengan menyelipkan sebuah puisi.
Meski secara retorika biasa-biasa saja, tetapi dari segi isi, jelas pidato Jokowi selalu menyita perhatian. Lebih santai, lebih cair sehingga pesan-pesannya lebih mudah diterima.
Berikut bunyi puisi Jokowi yang saya kutip dari Kompas.com,
Jangan lagi punggungi lautmu,
Tataplah dia, rangkullah dia dengan hatimu, jadikan dia sahabatmu,Â
Sahabat yang akan memberikan kehidupan,
Untuk kamu, untuk cucumu, untuk cicitmu,
Â
Laut bukan menjadi pemecah,
Laut adalah pemersatu,
Pemersatu jarak antara darat,
Pemersatu berbagai peradaban anak manusia,
Â
Laut harus menjadi samudra kesejahteraan
Laut harus menjadi samudra perdamaian
Rawat dan cintailah lautmu,Â
samudramu,
Â
Laut adalah masa depanmu,
Our Ocean, Our Future
Our Ocean, Our Legacy,
Usai membacakan puisi ini, Jokowi disambut riuh tepuk tangan peserta dunia yang hadir.
Hari ini, 29 Oktober 2018, Our Ocean Conference 2018 yang diselenggarakan di Nusa Dua, Bali, resmi dibuka oleh presiden Indonesia selaku tuan rumah, Joko Widodo.
Our Ocean Conference 2018 merupakan pertemuan lintas negara yang berfokus pada masalah kelautan. Ini merupakan kali kelima dilaksanakannya OCC yang pertama kali digelar pada 2014 silam. Tentu saja, menjadi tuan rumah merupakan suatu kebanggaan tersendiri bagi kita selaku warga negara Indonesia. Sebab ini merupakan kesempatan langka untuk menghelat gelaran besar taraf internasional seperti ini.
Tentu saja menjadi tuan rumah tidak hanya sekadar penyelenggara acara seremonial saja. Menjadi tuan rumah berarti besar bagi bangsa Indonesia. Melalui OOC 2018 inilah kesempatan besar untuk memperlihatkan kepemimpinan kita di sektor kelautan dan kemaritiman.
Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti menyebut penyelenggaraan OOC 2018 ini merupakan duet maut antara Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Â dengan Kementerian Luar Negeri (Kemenlu). Duet Menteri Susi dengan menteri Retno.
Pertemuan tahunan internasional ini dihadiri oleh 7 kepala negara, 32 menteri, perwakilan dari 38 organisasi internasional, perwakilan 290 NGO, serta 1.696 delegasi. Sehingga perlu peran semua pihak untuk ikut turut mensukseskan konferensi ini.
Bahkan, karena perhelatan OOC 2018 ini begitu besar, menteri Susi bergurau dengan mengatakan, "Makanya kita harus sukseskan sama-sama OOC 2018 ini. Yang tidak sukseskan, akan saya tenggelamkan." Tentu ini hanya sebuah ungkapan kiasan saja. Ungkapan ini juga sudah melekat dengan sosok Susi yang sering menenggelamkan kapal penangkap ikan ilegal. Ini juga sebagai bukti komitmennya untuk memerangi illegal fishing.
Komitmen dan dedikasi Menteri Susi tidak perlu kita ragukan lagi. Bahkan menteri Kelautan Norwegia, Herald T Nesvik, mengaku menghadiri OCC 2018 karena ingin bertemu dengan sosok perempuan tangguh yang begitu mencintai laut Indonesia dengan segala isinya, Susi Pudjiastuti.
"Saya belum pernah bertemu beliau, tapi saya sangat tertarik untuk segera bertemu. Saya tahu beliau sangat berdediksi penuh dan melakukan yang terbaik untuk negaranya. Ini pertama bertemu dan banyak hal yang akan saya bahas bersama beliau, termasuk kerjasama Indonesia dan Norwegia ke depan," ujar Nesvik seperti dikutip dari Kumparan pada 15 Oktober 2018 lalu.
Komitmen dan dedikasi ini tidak hanya omong kosong belaka. Buktinya, berdasarkan data dan fakta, sejak Susi menjabat sebagai menteri KKP di bawah pemerintahan Jokowi 2014 hingga sekarang, produksi ikan Indonesia terus mengalami peningkatan. Peningkatan perikanan ini merata di seluruh Indonesia, mulai dari barat hingga timur Indonesia. Ini terlihat dari kenaikan konsumsi ikan penduduk indonesia per kapita.
Pada tahun 2013, produksi ikan dan hasil tangkapan di laut sekitar 5.707.013 ton dan 408.364 ton di perairan umum daratan (PUD). Di tahun 2014 mengalami kenaikan menjadi 6.037.654 ton di laut dan 446.692 ton di PUD. Hingga 2017 terus bergerak naik. Sehingga nilai ekspor perikanan juga semakin naik. Dan nilai dan volume ekspor hasil perikanan tahun 2018 ini diprediksi meningkat. Sebab pada semester I 2018 periode Januari-Juni naik sebesar 7,21 persen menjadi 510.050 ton dengan nilai ekspor 2,27 miliar dollar AS atau tumbuh sekitar 12,88 persen dari 2017.
"Di bawah kepemimpinan Bapak Jokowi, Indonesia berhasil mengubah perekonomian perikanan negara ini, yang tadinya paling belakang, dalam 4 tahun ke belakang, neraca perdagangan kita sudah jadi nomor 1 di Asia Tenggara," kata Susi dalam acara briefing terkait penyelenggaraan Our Ocean Conference 2018, Rabu, 17 Oktober 2018 lalu seperti dilansir dari cnbcindonesia.com.
Seperti bait terakhir puisi Jokowi di atas: laut kita adalah masa depan kita. Laut kita adalah harta kekayaan yang harus terus dijaga. Laut akan memberikan manfaat ekonomi yang besar di masa yang akan datang. Jika, ya, jika kita tetap komitmen menjaga laut ke depannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H