Bagi para pecinta literatur, karya Ika Natassa berjudul The Architecture of Love tentu bukan hal asing. Buku best-seller yang terbit pada tahun 2016 ini mendapat sambutan hangat dari para pembaca di Indonesia. Kini, kisahnya diadaptasi ke layar lebar dengan judul yang sama dan disutradarai oleh Teddy Soeriaatmadja. Film ini dibintangi deretan aktor kenamaan, seperti Nicholas Saputra, Putri Marino, Jerome Kurnia, Refal Hady, Omar Daniel, Jihane Almira, Arifin Putra, hingga Lydia Kandou. Tayang di bioskop sejak 30 April 2024, The Architecture of Love sukses memperoleh rating 6.9/10 di IMDb dan berhasil menarik lebih dari satu juta penonton dalam 33 hari pertama penayangannya.
Kisah Raia Risjad yang Menemukan Diri di Negeri Seberang
Film ini mengisahkan tentang Raia Risjad (diperankan oleh Putri Marino), seorang penulis ternama di Jakarta yang mengalami kebuntuan kreatif usai perceraiannya dengan sang suami, Alam. Merasa lelah dengan kenangan masa lalu, Raia memilih untuk melarikan diri ke New York dengan harapan bisa menemukan inspirasi dan membuka lembaran baru.
Di tengah kehidupan barunya di New York, Raia berusaha kembali menulis, tetapi inspirasi tak kunjung datang. Di sebuah acara tahun baru di apartemen temannya, Raia berkenalan dengan River (diperankan oleh Nicholas Saputra), seorang ilustrator yang juga tidak terlalu suka keramaian. Percakapan ringan yang terjalin di antara mereka menjadi awal dari pertemuan-pertemuan selanjutnya yang menimbulkan pertanyaan besar dalam diri masing-masing: apakah mereka siap membuka hati untuk cinta yang baru, atau justru terjebak dalam masa lalu?
Keberhasilan Film dan Viral di Media Sosial
Keberhasilan film ini tidak hanya diukur dari jumlah penonton yang tinggi, tetapi juga dari antusiasme penonton di media sosial. Salah satu adegan yang menjadi sorotan adalah saat River membentak Raia yang tiba-tiba melepas sabuk pengamannya di dalam mobil. Adegan tersebut banyak dijadikan parodi oleh para pengguna TikTok, menunjukkan betapa besarnya kesan yang ditinggalkan film ini di hati para penonton.
Adaptasi film The Architecture of Love berhasil menangkap esensi dari novelnya, menampilkan nuansa emosional dan visual yang indah dari kota New York. Kisahnya yang mengangkat tema healing dan pencarian inspirasi di tempat baru memberikan warna segar bagi para penggemar romansa, membuat film ini sangat relevan bagi mereka yang tengah mencari makna baru dalam hidup.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H