Mohon tunggu...
Zan Wein Gayo
Zan Wein Gayo Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Baru belajar Menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cinta Seorang Ibu

22 Desember 2011   08:46 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:54 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Alkisah disebuah desa ada seorang ibu yang sudah tua, hidup berdua dengan anak satu-satunya, suaminya telah lama meninggal karena sakit-sakitan.

Sang ibu sering sekalimeras sedih memikirkan tingkahlaku putranya yang memiliki tabiat buruk yaitu suka mencuri, berjudi, mabuk-mabukkan dan mengadu ayam. Hal itu membuat ibu sering menangis meratapi nasibnya yang malang, namun begitu si ibu selalu berdoa kepada tuhan “Tuhan tolong kau sadarkan anakku yang kusayangi, agar Dia tak berbuat dosa lebih banyak lagi, aku sudah tua dan ingin menyaksikan dia bertobat sebelum aku mati.

Namun semakin lama sianak semakin larut dalam perbuatan jahatnya, sudah sering keluar masuk bui karena kejahatannya.

Suatu hari dia kembali mencuri namun malang nasibnya, dia tertangkap tangan oleh penduduk desa yang kebetulan lewat. Diapun dibawa kehadapan raja untuk diadili. Setelah di timbang berdasarkan sudah seringnya dia mencuri maka tanpa ampun lagi sianak tersebut dijatuhi hukuman pancung. Pengumuman hukuman itupun di sebarkab keseluruh desa. Hukuman pancung akan dilaksanakan keesokan hari harinya didepan rakyat desa dan kerajaan tepat pada saat lonceng gereja berdentang menandakan pukul 6 pagi.

Berita hukuman pun menyebar dan sampai ketelinga si ibu, dia menangis meratapi anak yang sangat dikasihinya, sembari berlutut dan berdoa “ Tuhan ampunilah anakku dan biarlah hamba yang sudah tua dan renta ini menanggung dosa dan kesalahannya” . dengan tertatih-tatih dia menghadap raja dan memohon anaknya dibebaskan tapi keputusan sudah bulat, hukuman tetap dilaksanakan, tanpa pernah berhenti berdoa hingga dia tertidur dan bermimpi bertemu Tuhan.

Keesokan harinya di tempat yang sudah ditentukan rakyat berbondong-bondong untuk menyaksikan hukuman pancung tersebut. Algojo sudah siap dengan alatnya.

Detik-detik yang dinantikan akhirnya tiba, sampai waktu yang ditentukan, lonceng belum juga berdentang, suasana mulai gaduh, sudah lima menit lewat waktunya, akhirnya didatangi petugas yang membunyikan lonceng, dia juga mengaku heran karena sudah sedari tadi dia menarik lonceng tapi suara dentangnya tidak ada.

Ketika meraka sedang terheran-heran, tiba-tiba dari tali yang di peganggya mengalir darah , darah tersebut mengalir dari atas tempat dimana lonceng diikat, dengan jantung berdebar-debar saat beberapa orang naik untuk memeriksa sumber darah tersebut. Tahukah anda apa yang terjadi? Ternyata dalam lonceng besar itu ditemukan tubuh si ibu dengan kepala hancur berlumuran darah , dia memeluk bandul didalam lonceng yang mengakibatkan lonceng tidak berbunyi, sebagai gantinya kepalanya yang membentur kedinding lonceng.

Seluruh orang yang menyaksikan kejadian itu tertunduk dan menenteskan airmata. Sianak meraung-raung memeluk tubuh ibunya yang sudah diturunkan. Dia menyesali diri yang selalu menyusahkan ibunya. Ternyata dimalam sebelumnya si ibu dengan susah payah memanjat keatas dan mengikat dirinya dirinya di lonceng tersebut dan memeluk besi dalam lonceng untuk menghindari hukuman pancung anaknya.

Ctt: semoga dapat menjadi renungan di hari ibu ini walau setiap hari adalah hari ibu buat kita…terimakasih ibu untuk segalanya.

(disadur dari berbagai sumber)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun