Langit takan pernah mengeluh kala dimana mentari terus membakarnya
Hujan tak pernah mengeluh karena mentari yang membuat jatuh selamanya
Embun selalu ada pada permulaan kehidupan manusia
Mereka tercipta sungguh untuk sebuah pelajaran hidup yang fana
Cahaya kala senja yang merana
Membuai segala rupa dari sebuah rencana
Menghapus segudang gelak tawa kemudian membawa sebuah makna
Hingga sampai pada kehampaan seorang jiwa
Kala dimana takdir membangkang dari harapan manusia
Disitulah masa berkobar api yang membara
Melenyapkan sisa sebuah masa, menjadi kepingan butir abu tanpa makna
Ketika jiwa kehilangan sebuah arah dan petuah
Mereka menemukan cahaya sang petunjuk arah
Berdiri tegak dengan tangan yang sigap mengarah
Pada sebuah jiwa dengan panggilan sang AYAH
Namun jiwa sepi ini tak berkutik, karena hanya bisa mengadah
Senja yang taklagi berwarna indah
Menghempas diri karna kehlangan sang AYAH
Tuhan, begitu indah kuasa MU dalam kehidupan
Apakah aku serakah akan sebuah keinginan?
Jika aku bisa mendapatkan sebuah permintaan
Bolehkah aku mendapat zat penenang?
Pelukan seorang yang akan ku kenang dan juga dalam sebuah angan
Namun jika memang aku keterlaluan
Aku siap menerima sebuah hukuman
Hanya aku menginginkah sebuah pelukan
Bagai senja yang selalu rindu fajar
Bagai matahari yang ingin bertemu bulan
Bagai langit menyentuh hamparan
Bagai bintang yang bersinar dengan berbinar
Bagai bumi yang selalu menanggung beban
Begitupun jawaban yang terlontarkanÂ
Semuanya punya sajak cerita masing-masing
Tak ada satupun di dunia ini yang tidak asing
Kau tak sendiri, Jiwamu, ragamu, dan masih ada hati yang selalu bergeming
Masih ada harapan yang membantumu menata segala serakan sampah dari puing-puing
Kamu bisa untuk menghadapi segala juang yang terombang-ambing
Teruntuk jiwa yang Sepi , di penghujung aku akan berbising
Bahwa dunia dapat kau raih hingga mereka tak lagi dapat bergeming.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI