Mohon tunggu...
Azalia Delinda
Azalia Delinda Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Airlangga

hobi: membaca buku,bermain musik

Selanjutnya

Tutup

Hukum

Perangkap Pamer Harta: Ketika Keinginan untuk Ekspos Kekayaan Berakhir dengan Terjerat Kasus Korupsi

22 Mei 2023   16:26 Diperbarui: 22 Mei 2023   16:32 190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kolase foto Rafael Alun Trisambodo sebagai tersangka kasus korupsi , anaknya  dan istrinya yang memamerkan harta. Sumber: Tribunnews

Pamer kekayaan yang berlebihan juga memiliki dampak negatif yang signifikan. Pertama, itu dapat memicu rasa iri dan tidak puas di antara orang lain. Ketika orang melihat orang lain memamerkan kemewahan mereka, mereka mungkin merasa tidak adekuat atau tidak bahagia dengan apa yang mereka miliki. Ini dapat menciptakan lingkungan yang tidak sehat di mana nilai-nilai materialistik dan kompetisi konsumsi menjadi prioritas utama.

Selain itu, pamer kekayaan juga menciptakan citra yang salah tentang kesuksesan dan kebahagiaan. Orang-orang cenderung menganggap bahwa memiliki banyak harta adalah tanda keberhasilan dalam hidup. Padahal, kebahagiaan sejati tidak hanya tergantung pada materi, tetapi juga pada hubungan yang baik, kesehatan fisik dan mental, serta pencapaian pribadi yang membanggakan.

Untuk menghindari terjebak dalam perangkap pamer kekayaan, penting bagi kita untuk merenung dan mempertimbangkan nilai-nilai yang seharusnya menjadi fokus dalam hidup kita. Kejujuran, integritas, dan tanggung jawab sosial harus diutamakan di atas segalanya. Kita harus memahami bahwa kekayaan yang sejati tidak hanya terbatas pada aspek materi, tetapi juga melibatkan kekayaan dalam hubungan, pengalaman, dan kontribusi positif bagi masyarakat.

Lebih penting lagi, kita harus mengembangkan rasa syukur atas apa yang telah kita miliki. Menghargai dan memanfaatkan sumber daya yang kita punya dengan bijak adalah kunci kebahagiaan sejati. Saat kita memahami bahwa kekayaan sejati tidak dapat diukur dengan harta benda semata, kita akan bebas dari tekanan untuk memamerkan dan berusaha mengejar gaya hidup yang sebenarnya tidak memberikan kepuasan yang tahan lama.

Kasus Rafael Alun Trisambodo dan fenomena pamer kekayaan yang kita saksikan di sekitar kita menjadi pengingat bagi kita semua. Kita perlu melihat melampaui kilauan materi dan menempatkan nilai-nilai yang sejati di atas segalanya. Dengan melakukan itu, kita dapat membangun masyarakat yang lebih adil, bermartabat, dan berlandaskan pada integritas, bukan sekadar pencapaian materi yang semu.

 

            

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun