Purbalingga adalah sebuah wilayah kabupaten yang terletak di Provinsi Jawa Tengah Indonesia. Ibu kota kabupaten  ini berada di Kecamatan Purbalingga. Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Pemalang di utara, Kabupaten Banjarnegara di timur dan selatan, serta Kabupaten Banyumas di barat dan selatan. Jumlah Penduduk Kabupaten Purbalingga pertengahan tahun 2023 sebanyak 1.040.109 jiwa.
Secara umum Purbalingga termasuk dalam iklim tropis dengan rata-rata curah hujan 3,739mm -- 4,789mm per tahun. Jumlah curah hujan tertinggi berada di Kecamatan Karangmoncol, sedangkan curah hujan terendah di Kecamatan Kejobong. Suhu udara di wilayah Kabupaten Purbalingga antara 23.20 C -- 32.88 C dengan rata-rata 24.49 C.
Di Purbalingga ada banyak industri dengan bahan baku rambut manusia untuk dijadikan bulu mata palsu (eye-lash) atau juga dibuat wig atau sanggul maupun hair piece sing dipasang untuk memberikan tambahan rambut atau juga high-light secara temporer di rambut kita. Keistimewaan lain yaiku industri knalpot yang merupakan transformasi dari industri kuali dan panci tembaga.
Selain Industri Purbalingga memiliki beragam objek wisata Terkenal sampai ke luar kabupaten. Obek wisata tersebut seperti Kolam renang Owabong yang terletak di kecamatan Bojongsari. Gua lawa yang terletak di kecamatan Karang Reja. Sanggaluri, Pendakian gunung slamet dan masih banyak lainnya. Budaya yang ada di Kabupaten Purbalingga juga sangat beragam, sangat mencerminkan warga Indonesia. Salah satu Budaya yang  terkenal di Purbalingga adalah Grebeg Onje. Grebeg Onje sendiri merupakan salah satu nguri-nguri budaya yang ada di desa Onje, Kecamatan Mrebet, Kabupaten Purbalingga.
Desa Onje di Kecamatan Mrebet, kurang lebih 7 kilometer sebelah utara Kota Purbalingga, merupakan salah satu perkampungan tertua di Kabupaten Purbalingga. Karena, merupakan rumah leluhur bupati Purbalingga. Onje dahulu diibaratkan sebagai akar bagi batang pohon Purbalingga masa kini. Desa Onje adalah pemukiman kuno di mana sebagian besar penduduknya menganut agama Islam. Umat Islam di desa ini menggunakan jenis penanggalan Islam yang dikenal dengan Islam Aboge. Generasi sekarang melanjutkan praktik Aboge karena dianggap sebagai bagian penting dari sejarah. Mreka juga mempunyai Masjid yang sangat terkenal bernama masjid Raden Sayyid Kuning.
Dalam latar belakang sosial dan budaya, kondisi sosial di Desa benar-benar beragam, kondisi sosial budaya masyarakat Desa Onje yang masih dilaksanakan hingga sekarang sangat beragam, salah satunya yaitu grebeg onje. Satu tradisi yang terus dilestarikan untuk menyambut datangnya Bulan Ramadan. Masyarakat Desa Onje khususnya selalu menyambutnya dengan penuh suka cita. Ada beragam tradisi yang dilakukan dalam gelaran Grebeg Onje yang di lakukan selama 3 hari. Gelaran Grebeg Onje diawali dengan ziarah kubur para sesepuh Onje. Desa Onje merupakan desa tertua di Kabupaten Purbalingga. Setelah ziarah kubur sesepuh Onje, dalam rangkaian Grebeg Onje juga dilakukan napak tilas sejarah, doa bersama dan sarasehan kebudayaan sejarah Onje oleh para pemerhati sejarah dan budaya di Purbalingga.
Di hari selanjutnya akan dilakukan prosesi pengambilan air dari tujuh mata air atau orang setempat menyebutnya belik yang ada di Desa Onje. Pengambilan tujuh mata air ini dilakukan oleh para pemuda dan pemudi desa setempat dengan menggunakan kendi serta dilakukan ritual terlebih dahulu oleh para tetua desa tersebut. Ritual ini dilakukan sebagai bentuk pensucian diri masyarakat sebelum memasuki Bulan Ramadan. Tujuh mata air yang dianggap keramat, bahkan tidak pernah kering di Desa Onje dan dijadikan sebagai sumber mata air bagi warga desa setempat. Mata air tersebut yakni Belik Sidomas, Belik Daor, Belik Pancur, Belik Nagasari, Belik Muli dan Belik Gondok. Masing-masing mata air tersebut memiliki makna dan ceritanya masing-masing yang konon ceritanya memiliki manfaat bagi mereka yang mensucikan diri di belik tersebut. Mata air yang telah diambil kemudian diarak ke Balai Desa Onje untuk dilakukan prosesi seserahan air suci dengan diiringi musik sholawatan. Kemudian diarak kembali menuju Lapangan Desa Onje dimana sudah tersedia kendi berukuran besar untuk menampung semua mata air yang diambil. Lalu dilakukan prosesi doa bersama. Dan terakhir air suci di dalam kendi tersebut dibagikan kepada warga yang sudah membawa botol dari rumah masing-masing. Tradisi ini menjadi ajang silaturahmi tersendiri bagi warga setempat. Dan air suci yang dibagikan dipercaya membawa keberkahan. Prosesi Grebeg Onje belum usai. Setelah masyarakat ramai mengambil air suci, mereka kembali berebut gunungan hasil pertanian yang dibawa oleh masing-masing dusun di Desa Onje, mulai dari padi, sayur mayur hingga buah-buahan. Di malam harinya dilanjutkan dengan acara penggelan atau ritual mengarak nasi penggel. Nasi penggel ini dibuat oleh warga setempat dan dikumpulkan menjadi satu untuk kemudian dimakan secara bersama-sama. Untuk acara penggelan sendiri, penggel diarak dari Puspa Jaga Desa Onje menuju Masjid Raden Sayyid Kuning dengan diiringi tari Begalan dan Shalawatan. Kemudian, rombongan yang terdiri dari pejabat, tokoh agama, tokoh adat dan warga setempat melakukan siraman suci di sungai jojok telu atau pertemuan antara tiga sungai yang berada di belakang Masjid Sayid Kuning. Dan terakhir ritual yang menjadi puncak Grebeg Onje adalah menyantap bersama nasi penggel yang dibuat oleh masyarakat setempat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H