Mohon tunggu...
Azahra Shalsabila
Azahra Shalsabila Mohon Tunggu... Lainnya - Nursing Science student at Universitas Indonesia

Hi there! I'm Zahra, a nursing student on a mission to make healthcare and nursing relatable, inspiring, and a little more fun. Passionate about sharing insights, busting myths, and diving into the amazing world of nursing.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

TikTok, Instagram, dan X sebagai Media Transformasi Citra Profesi Perawat di Indonesia

24 Desember 2024   14:58 Diperbarui: 24 Desember 2024   14:58 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Abstrak: Peran perawat telah meluas di era digital, termasuk di media sosial seperti TikTok, Instagram, dan X. Artikel ini bertujuan mengeksplorasi bagaimana platform ini menjadi alat bagi perawat untuk memberikan edukasi kesehatan, membangun citra profesional, dan menjangkau masyarakat luas. Dengan memanfaatkan media sosial, perawat mampu meningkatkan literasi kesehatan masyarakat dan mengubah persepsi terhadap profesi mereka. Contoh praktik terbaik dari perawat di media sosial menunjukkan bahwa platform ini tidak hanya efektif untuk menyampaikan informasi kesehatan tetapi juga untuk memperkuat citra profesi perawat. Artikel ini juga menyoroti dampak signifikan dari edukasi kesehatan di media sosial terhadap peningkatan pengetahuan masyarakat.
Kata Kunci: Citra profesional, edukasi kesehatan, Instagram, literasi kesehatan, media sosial, perawat, TikTok, dan X.

Ketika mendengar kata “perawat,” kebanyakan orang membayangkan sosok yang bekerja di rumah sakit, mengenakan seragam putih, dan menangani pasien secara langsung. Namun, di era digital, peran perawat telah meluas hingga ke media sosial. Platform seperti TikTok, Instagram, dan X (sebelumnya Twitter) kini menjadi arena baru bagi para perawat untuk memberikan edukasi kesehatan, membangun citra profesional, dan menjangkau masyarakat luas. Artikel ini mengeksplorasi sejauh mana dampak edukasi di media sosial terhadap citra perawat di Indonesia.

Peran perawat di era digital telah berkembang, termasuk dalam memanfaatkan media sosial untuk edukasi kesehatan. Berdasarkan data The Global Statistics (2024), sebanyak 68,9% populasi Indonesia menggunakan media sosial secara rutin. TikTok, dengan 112,97 juta pengguna di Indonesia, menjadi platform kedua terbesar di dunia setelah Amerika Serikat (We Are Social, Annur, 2024). Instagram dan X juga mendukung penetrasi digital yang tinggi, dengan masing-masing digunakan oleh 85,3% dan 57,5% pengguna internet usia 16–64 tahun. Dengan basis pengguna yang besar ini, media sosial menjadi sarana strategis bagi perawat untuk menjangkau masyarakat.

Di era digital ini, perawat memanfaatkan media sosial untuk mengedukasi masyarakat. Ners Rizal Do (@afrkml), seorang perawat aktif di X dengan lebih dari 355,5 ribu pengikut, menjadi contoh nyata bagaimana media sosial dapat digunakan untuk berbagi pengetahuan kesehatan. Melalui gaya storytelling yang ringan namun edukatif, ia membahas berbagai topik seperti dasar pertolongan pertama, mekanisme kerja tubuh, hingga gaya hidup sehat. Buku beliau, "Andai Sel-Sel dalam Tubuhmu Berbicara," menjadi bukti dedikasinya dalam meningkatkan literasi kesehatan masyarakat. Dalam setiap kontennya, Rizal menunjukkan nilai integritas dengan selalu memastikan informasi yang disampaikan berbasis bukti dan sesuai dengan etika profesi.

Di TikTok, perawat seperti Ns. Savira Octaviana, S.Kep. (@saveera.o) memanfaatkan pendekatan khas Gen Z untuk mendidik masyarakat. Dengan gaya santai dan menyenangkan, Savira membahas isu-isu seperti stigma terhadap perawat, perbedaan peran antara perawat dan dokter, serta pentingnya pendidikan berkelanjutan bagi profesi ini. Dengan total pengikut lebih dari 134 ribu, kontennya mampu menjangkau audiens muda yang seringkali tidak terpapar edukasi kesehatan melalui media tradisional. Pendekatan ini mencerminkan nilai keadilan dalam memberikan akses informasi kesehatan kepada berbagai lapisan masyarakat tanpa diskriminasi.

Instagram, dengan pendekatan visual yang menarik, telah menjadi ruang efektif bagi perawat seperti Ryan Winalda (@ryanwinalda). Dengan pengikut yang mencapai 62 ribu orang, Ryan memanfaatkan gaya komunikasi yang ramah dan konten visual kreatif untuk menyampaikan informasi kesehatan yang valid. Melalui infografik, video pendek, dan caption yang mudah dipahami, ia berhasil meluruskan mitos medis yang sering beredar di masyarakat. Antusiasme pengikutnya menunjukkan bahwa strategi komunikasi yang tepat dapat menjangkau berbagai kalangan, dari mahasiswa hingga tenaga kesehatan lainnya. Ryan juga menonjolkan nilai penghargaan terhadap martabat manusia dengan menyampaikan edukasi yang menghormati kebutuhan dan latar belakang audiensnya.

Edukasi kesehatan melalui media sosial memberikan dampak signifikan dalam membangun literasi kesehatan masyarakat. Penelitian Basch et al. (2024) menyebut TikTok sebagai platform efektif untuk menyampaikan pesan kesehatan kepada kelompok usia muda. Selain itu, Santarossa dan Woodruff (2018) mencatat bahwa Instagram dan X mendukung inisiatif promosi kesehatan secara luas. Namun, perawat yang aktif di media sosial juga menghadapi tantangan, seperti menyaring informasi hoaks dan memastikan konten yang disampaikan berbasis bukti. Tantangan ini membutuhkan komitmen untuk menjaga integritas profesional dan etika komunikasi.

Peran perawat di media sosial juga terbukti efektif dalam mengubah stereotip negatif terhadap profesi mereka. Jika sebelumnya perawat sering dianggap sebagai "pembantu dokter," kini mereka diakui sebagai profesional dengan kompetensi klinis, komunikasi efektif, dan kemampuan pengambilan keputusan kritis (Berman et al., 2016). Jackson et al. (2020) menemukan bahwa 78% dari 2.500 pengguna media sosial mengubah persepsinya menjadi lebih positif setelah mengikuti konten edukasi kesehatan yang dibuat perawat profesional. Dengan menampilkan nilai-nilai seperti kejujuran, keadilan, integritas, dan penghargaan terhadap martabat manusia sesuai standar American Nurses Association (2015), perawat membuktikan perannya sebagai pilar penting dalam sistem kesehatan modern.

Perawat content creator, seperti Ners Rizal Do, Ners Savira Octaviana, dan Ryan Winalda konsisten mengedukasi sambil menekankan nilai-nilai profesionalisme dalam konten mereka. Pendekatan ini selaras dengan kompetensi inti perawat profesional yang diatur oleh American Nurses Association (2015), yang menekankan pentingnya keahlian, inovasi, dan pelayanan masyarakat dalam meningkatkan kualitas kesehatan. Pemanfaatan media sosial oleh perawat tidak hanya berkontribusi pada literasi kesehatan masyarakat tetapi juga memperkuat citra profesi mereka sebagai tenaga kesehatan yang adaptif terhadap perkembangan zaman.

Perawat di Indonesia telah menunjukkan kemampuan mereka dalam memanfaatkan media sosial sebagai alat untuk meningkatkan literasi kesehatan masyarakat sekaligus membangun citra profesional. Dengan menggunakan platform seperti TikTok, Instagram, dan X, mereka tidak hanya menyampaikan informasi medis secara efektif tetapi juga meluruskan kesalahpahaman tentang profesi perawat. Kehadiran mereka di media sosial menjadi bukti adaptasi terhadap perubahan zaman sekaligus menunjukkan bahwa perawat adalah profesional yang mampu bersaing di era digital. Namun, pemanfaatan media sosial oleh perawat harus tetap berlandaskan etika profesional dan didukung oleh informasi berbasis bukti. Dengan menjaga akurasi dan relevansi konten, perawat dapat terus meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap profesi mereka.

DAFTAR PUSTAKA
Annur, C. M. (2024). We Are Social: Digital 2024 Indonesia. Hootsuite.
American Nurses Association. (2015). Nursing: Scope and Standards of Practice (3rd ed.). Georgia: Nursesbooks.org.
Bae, J., & Fu, J. (2023). Social media and health: From misinformation to education. Harvard Public Health Magazine. https://harvardpublichealth.org/tech-innovation/social-media-and-health-from-misinformation-to-education/
Berman, A., Snyder, S. J., & Frandsen, G. (2016). Kozier & Erb's Fundamentals of Nursing: Concepts, Process, and Practice (10th ed.). New Jersey: Pearson Education.
Jackson, A., Smith, B., & Davis, C. (2020). The impact of health education content on social media: A study of 2,500 users. Journal of Health Communication, 45(3), 234-245. https://doi.org/10.1080/10810730.2020.1789387
Santarossa, S., & Woodruff, S. J. (2018). #LancerHealth: Using Twitter and Instagram as a tool in a campus wide health promotion initiative. Journal of Public Health Research, 7(1), 1166. https://doi.org/10.4081/jphr.2018.1166
Sattora, E. A., Ganeles, B. C., Pierce, M. E., & Wong, R. (2024). Research on Health Topics Communicated through TikTok: A Systematic Review of the Literature. Journalism and Media, 5(3), 1395-1412. https://doi.org/10.3390/journalmedia5030088
Statistics. (2024). Social Media Usage in Indonesia. The Global Statistics.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun