Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus yang bernama Dengue. Kasus DBD pertama di Indonesia dilaporkan di Surabaya pada tahun 1968. Sejak pertama kali ditemukan kasus ini terus menunjukkan peningkatan setiap tahun. DBD sendiri disebarkan oleh vektor yang berasal dari nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Karakteristik vektor penular menentukan persebaran dan waktu kejadian infeksi. Habitat nyamuk Aedes umumnya berada di wilayah iklim tropis dengan curah hujan tinggi serta suhu panas dan lembab. Hal tersebut yang membuat adanya peningkatan kasus DBD pada musim penghujan.
Menurut Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan, Dr. dr. Maxi Rein Rondonuwu mengatakan jikalau dari Hasil pantauan DBD akan terus meningkat, tapi belum sampai titik maksimal. Namun, potensi kenaikan masih akan terjadi, sampai musim pancaroba mendatang. Terhitung sejak 26 Maret 2024 jumlah kasus demam berdarah di Indonesia dilaporkan mencapai 53.131 kasus. Sementara kasus kematian akibat DBD dilaporkan mencapai 404 orang. Dan mengalami peningkatan pada pekan berikutnya, yakni 60.296 kasus dan 455 kasus kematian.
Gejala DBD harus diwaspadai karena sekitar 50 persen kasus awalnya tidak bergeajala, maka dari itu perlu sistem yang baik untuk mendeteksi penyakit DBD. DBD memang dapat disembuhkan, namun kita harus mencegah dan berwaspada supaya tidak terkena penyakit DBD. Jika sudah ada tanda tanda seperti demam lebih dari tiga hari disertai mual, muntah, nyeri otot, nyeri di belakang telinga, dan sakit kepala, segera periksakan diri Anda ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat dan melakukan pemeriksaan darah.
Peningkatan kasus DBD disebabkan oleh perubahan iklim. DBD berakibat serius jika terlambat ditangani. Pemerintah melakukan berbagai upaya untuk menanggulangi DBD ini, yakni melalui kampanye 3M (Menguras, Menutup, dan Memanfaatkan) dan 3M plus (memelihara ikan pemakan jentik nyamuk, menggunakan obat anti nyamuk, memasang kawat kasa pada jendela dan ventilasi, tidak menggantung pakaian di dalam kamar, menaburkan bubuk larvasida pada penampungan air).
Selain pemerintah dan tenaga kesehatan, kita juga harus berupaya untuk menjaga diri kita. Kita bisa memulai dari hal-hal kecil seperti menggunakan obat nyamuk oles pada kulit dan menggunakan pakaian panjang serta menggunakan obat nyamuk bakar pada siang hari. Untuk mengurangi kasus demam berdarah akibat kenaikan suhu memerlukan pendekatan yang komprehensif dan berkelanjutan. Tidak ada pengobatan khusus untuk infeksi demam berdarah.
Namun, akses terhadap layanan kesehatan yang tepat untuk deteksi dini dan manajemen kasus sangat penting agar kasus demam berdarah dapat diidentifikasi secara cepat dengan tanda-tanda peringatan dan rujukan kasus yang parah secara tepat waktu ke fasilitas perawatan tersier, serta agar angka kematian dapat dikurangi. Pengawasan kasus perlu lebih ditingkatkan di semua negara yang terkena dampak dan di seluruh dunia.
Pengendalian nyamuk, adaptasi perubahan iklim, kesadaran masyarakat, koordinasi pemerintah, serta dukungan penelitian dan pengembangan merupakan elemen kunci dari strategi ini. Melalui upaya terpadu dan upaya bersama, kita dapat mengurangi dampak demam berdarah dan melindungi kesehatan masyarakat dalam menghadapi tantangan perubahan iklim yang semakin nyata.
KATA KUNCI : DBD, Peningkatan, Penurunan, Suhu, Upaya.
DAFTAR PUSTAKA
Tim Redaksi Mediakom. (2024). Ketika Demam Berdarah Kembali Merebak. https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/blog/20240605/0545670/ketika-demam-berdarah-kembali-merebak/ . [online]. (12 September 2024)
Kunta Wibawa Dasa Nugraha. 2024. Buku Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2023. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia