Mohon tunggu...
Ayyub Sham
Ayyub Sham Mohon Tunggu... -

Redaktur Warta Priangan

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Sedang Berburu Rezeki? Sempatkan Baca Ini

1 Oktober 2017   13:14 Diperbarui: 1 Oktober 2017   13:26 749
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Anda butuh rezeki? Sepertinya kalau disodori pertanyaan seperti itu, semua orang akan menjawab ya. Bahkan orang kaya sekalipun, masih saja membutuhkan rezeki. Apalagi orang yang secara ekonomi berada di kelas menengah, terlebih kelas bawah. Semua manusia di bumi ini, pasti mebutuhkan rezeki.

Lalu, apa yang harus dilakukan agar mudah mendapatkan rejeki? Banyak hal yang bisa diperbuat agar lancar memperoleh rizki. Ada yang sehari-hari bekerja keras, merintis usaha sekuat tenaga, kerapkali sampai mengesampingkan kesehatan tubuhnya. Ada juga yang sejak remaja fokus sekolah, mencari ilmu setinggi-tingginya. Mereka yakin, dengan ilmu, mereka bisa mudah mendapat rezeki dan kaya raya. Ada juga yang menambah jam kerja, sampai-sampai mereka hampir kehilangan jam istirahat. Atau, ada juga yang berhasrat menjadi pejabat. Karena dengan jadi pejabat, mereka akan punya otoritas dan fasilitas, sehingga memudahkan berburu rezeki.

Ikhtiar di atas tentu taksalah. Tapi faktanya, kalau melihat daftar orang-orang terkaya di dunia atau di Indonesia misalnya, ada hal yang patut kita renungkan. Pengusaha yang masuk dalam daftar orang paling banyak rezeki faktanya punya waktu yang cukup untuk menjaga kesehatannya. Sekolah mereka juga tidak melulu harus tinggi. Begitupun dengan jam kerja, lumrah saja seperti pada umumnya. Dan, faktanya tak ada satupun dari jajaran orang terkaya itu berasal dari pejabat.

Jika limpahan rezeki itu harus dikejar dengan kerja keras, rasanya, seharusnya kuli bangunan dan tukang becak menduduki deretan nama orang terkaya. Jika limpahan rezeki itu harus diburu dengan ilmu, bukankah seharusnya guru dan dosen menjadi orang-orang kaya? Jika curahan rizki itu karena jam kerja yang ditambah, lalu kenapa warung-warung kopi yang buka 24 jam tidak pernah memiliki aset sebesar mini market? Apalagi, jika kemudahan rezeki itu ada pada pejabat, faktanya tak ada pejabat yang dinobatkan jadi orang terkaya. Ironisnya, sebagian dari mereka justru berakhir di penjara.

Kerja keras, ilmu, semangat dan dukungan fasilitas, semuanya memang dibutuhkan saat kita mencari rezeki. Tapi, semua itu hanya bentuk ikhtiar saja. Semua itu bukan penentu. Lalu siapa penentunya? Penentunya adalah keridloan Alloh SWT. Kalau Yang Satu ini sudah ridlo, semua yang selama ini terkesan susah, pasti jadi mudah.

Selamat mencari rejeki. Dan jangan lupa, dekatkan diri pada ilahi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun