Maryam juga masih ingat bagaimana nikmatnya ketika bibir keduanya berpagutan. Sebelum mereka memutuskan menonton Lima puluh sekian menit yang tersisa dari durasi film itu.Â
"Bukankah dulu itu kita sempat menonton berdua?" tanya Maryam. Pono mengernyitkan dahi.Â
"Yang benar saja? Kapan?"
"Ya ampun, masa kamu lupa."
Pono ingat betul. Bahwa ia belum pernah sama sekali menonton film itu. Karena itu ia ingin mengajaknya  menonton selepas ia baru saja mengunduh film bajakan di sebuah situs. Tapi entah bagaimana, lelaki tolol itu malah berkata,
"O ya, saya lupa. Ya, ya, saya ingin mengajakmu menonton ulang film itu lagi. Di kamar apartemenmu."
Ketika sepanjang perjalanan menuju apartemennya mendekap Pono di atas sepeda motor, Maryam masih bertanya-tanya. Perempuan itu mencoba kembali memerintahkan pria bersetelan rapih dalam kepalanya, membuka-buka berkas-berkas yang telah bertebaran itu.Â
"Pak Bos, Pak Bos!" salah seorang pekerja menyeru atasannya. Melambai-lambaikan tangan.
Si pria bersetelan rapih berjalan bersama seorang pekerja yang tadi menyerunya menyusuri ruangan-ruangan, melihat seorang pekerja yang tewas bersimbah darah menggenggam selembar berkas.Â
Diambilnya berkas itu yang ternyata berisikan wajah lelaki. Wajah lelaki yang mengajak nyonya besar menonton film Manusia Bumi. Dan itu bukanlah wajah Pono.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H