Mohon tunggu...
Muhammad Irfan Ayyubi
Muhammad Irfan Ayyubi Mohon Tunggu... Freelancer - Pembelajar

Seorang bapak yang mengumpulkan kenangan

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Candhikala dan Kuasanya

23 April 2021   03:48 Diperbarui: 23 April 2021   03:49 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Senja yang begitu-begitu saja
Betapa singkat dan tak berbekas apa-apa
Ia berlalu
secepat kelam menelannya kemudian
Namun banyak mata tenggelam dalam decak kagum, lantas mengabadikannya dalam kata-kata

Ada yang larut mengguratkan pena seraya menangis tersedu
Ada yang memilih bercerita tentangnya dengan haru-biru
Ada yang berdiam dalam lamunan bayang-bayang
Mengorek luka-luka lama yang telah sembuh perlahan

Kesemuanya sama: muda-belia berpasrah s'bagai hamba-hamba
Memuja-muja candhikala dan tahtanya yang sedemikian singkat. Tak pernah sadar setan dan balatentaranya keluar dari sarangnya, yang membisik-bisikkan sebuah keputusasaan
Hingga merasuk dalam jiwa dan tiap tetes darahnya, dan detak dalam jantungnya
Terserap daya dan tenaga yang melimpah ruah itu, oleh kuasa  jingga yang fana, atau terkadang ungu yang dungu
Lantas dininabobokan malam
Tenggelam dalam muram
hingga tak pernah sempat melihat fajar datang.
Gairah hilang, terkubur dalam jeratan fatamorgana

April 2021

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun