Mohon tunggu...
Travel Story Pilihan

Manusia Pasir

29 Desember 2015   13:29 Diperbarui: 1 April 2016   13:13 221
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

[caption caption="Relaksasi"][/caption](Relaksasi : Warga bercengkrama di atas pasir sembari melepaskan penat setelah seharian bekerja).

Kabupaten Sumenep terletak diujung timur pulau Madura yang dikenal memiliki sejarah keraton, ahli dalam pembuatan keris dan mempunyai deretan pulau-pulau kecil beserta keunikan adat dan budaya di dalamnya.

Salah satu keunikannya adalah perilaku “Manusia Pasir”. Pembaca jangan membayangkan istilah tersebut seperti tokoh fiksi manusia pasir dengan segala kemampuannya dalam film Spiderman, istilah ini muncul disebabkan kebiasaan masyarakat pesisir yang memanfaatkan pasir sebagai media interaksi sosial dan sarana kebutuhan hidup seperti tempat memasak, tempat makan, tempat tidur dan sebagai tempat terapi kesehatan.

"Badan terasa panas dan pegal-pegal bila tidur di atas kasur, lebih nyaman tidur di pasir" menurut Muhammad warga setempat yang berprofesi sebagai nelayan.

Bila di hotel bintang lima atau di vila mewah selalu dilengkapi dengan sarana kolam renang, maka di Kabupaten ini rumah-rumah warga juga dihiasi dengan kolam-kolam pasir baik yang ada di depan halaman rumah atau di dalam kamar tidur. Penulis menyebut kolam pasir karena biasanya tempat pasir ini diberi pembatas dari kayu atau beton yang berbentuk kotak atau persegi panjang.

Kebiasaan unik ini tidak menyebar merata di wilayah pesisir Sumenep namun umumnya hanya dapat dijumpai di dua daerah, yaitu di Desa Legung dan pulau Masalembu. Di Legung tekstur pasirnya sangat halus, berwarna kecoklatan dan terdapat kilauan seperti kristal kaca, sedangkan di Pulau Masalembu tekstur pasirnya agak kasar dan berwarna putih.

Pasir bagai candu bagi sebagian masyarakat pesisir karena sejak dini mereka sudah diperkenalkan serta dibiasakan tidur dan bermain di atas pasir, sehingga sebagian mereka tidak bisa jauh-jauh dari pasir. Saking candunya ada masyarakat yang membawa pasir saat bepergian jauh bahkan saat bekerja sekalipun seperti ketika melaut misalnya. Kedengarannya memang sedikit aneh dan mengerikan bagi yang belum terbiasa, pasir bisa menempel dimana-mana bahkan masuk ke dalam mata atau telinga tetapi bila sudah terbiasa semuanya bukan suatu kendala namun sensasi keseruan dan keakraban yang akan dirasakan.

Terlepas dari semuanya itu, warga pesisir tersebut tidak semuanya memiliki ketergantungan terhadap pasir, hanya sebagian kecil saja. Pembaca sewaktu-waktu bisa mengunjungi dua daerah tersebut sebagai salah satu alternatif kunjungan wisata untuk mengetahui lebih dekat dari perilaku manusia pasir yang masih lestari sampai saat ini.

[caption caption="Diperkenalkan sejak dini"]

[/caption]

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun