Main-main ke resto yuk..... Namanya Sal e Brasa, sebuah restoran self service yang punya banyak cabang di Brazil. Kali ini ane main ke Sal e Brasa di Atalaia, Aracaju, Sergipe (SE) Brazil. Wihhh, kebanyakan embel-embel namanya yak. Resto yang ini buka mulai 6pm-12pm, dinner lah. Terletak di tepi pantai lautan Atlantik, nggak begitu berangin kok, kecuali pas hujan. Menu andalannya adalah steak, sementara yang ditawarkan lebih banyak lagi, sushi, makaroni, seafood, dan lalapan/selada.
Resto Sal e Brasa
Dengan begitu banyak menu yang bisa dipilih dan kita hanya perlu membayar R$ 30, (sekitar 150 ribu rupiah), rumah makan Sal e Brasa serasa surga bagi penikmat kuliner. I like it, terutama dibagian siri (jenis kepiting). Dan kalau nggak salah mereka juga punya kecap, asli kecap hitam.
Counter makanan di Sal e Brasa
Ada kejadian lucu saat pertama kali pergi kesini. Dasar mata orang Indonesia yak, secara aku di Brazil baru 2 bulan, dan betapa kangennya dengan yang namanya bakso, soto, rawon, sop. Jenis-jenis makanan berkuah, hangat dan di maem dengan sambal ala Indonesia itu nggak pernah ane temukan disini. kecuali disini, Sal e Brasa membuatku mempunyai sedikit harapan. (hahaaha),
Di ujung lautan menu yang ditawarkan, ada sebuah panci dengan air panas (hampir mendidih) di dalamnya. Aku bersorak dalam hati, pengin makan yang berkuah2, apalagi pas saya datang sudah jam 11 malem, hujan pula. Tapi sayangnya adalah saya belum bisa bahasa portugis dan suami saya sudah asyik makan sendiri di mejanya. Saya cuma tunjuk2 itu kuah dengan mata ijo dan beliuran buanget. Aku pengen nyicipi itu kuah, mungkin rasanya seperti kuah soto atau kuah bakso. Aku pengen sekali sampai hampir nangis.
Karena terjadi kesulitan bahasa di antara kami, datang manager melerai, saya bersama dua pramusaji di depan itu kuah. Oke, dipanggil seseorang dari dapur, mungkin bahasa manajer itu adalah silahkan pilih isi buat kuahmu itu. So, aku cuma milih jagung, bawang, dan apa ya... beliau ngidupin kompor dan srenggg,,,, bumbu2 masuk, jagung juga. Trus di taroh dalam piring dan di kasihkan saya. Wah, salah. saya cemberut. Saya pengen kuah dalam panci itu, bukan kayak gini. I say no, dengan ngibas2in tangan tanda nggak mau, lagi. ane tunjuk2 kuah dalam panci, tambah ngiler. (saya sampai buka2 itu panci nyium2 baunya)... Dasar Indonesia bingits, kidu´ bingits pula. Sementara mbak yang sudah masak jagung buat saya itu geleng-geleng kepala nggak ngerti. Dengan bahasa inggris yang mereka nggak ngerti saya tunjuk2 itu kuah mendidih dalam panci dan memohon kiranya bolehlah saya nyicip itu kuah barang 1 sendok.
Karena kami tambah rame, itu mbak2 yang masak mulai sebel karena saya bawel, dan mereka ngomong bahasa entah. Akhirnya dengan cemberut akut, saya tarik suami saya yang asyik sendiri dimeja dengan sushi2 yang buanyak banget itu.
Akhirnya terpecahkanlah kode aneh itu, pantes mbak nya yang masak bingung begitu aku nggak mau makaroni dan sejenisnya, karena itu kuah mendidih dalam panci bukanlah kuah soto or bakso yang berbumbu wangi n sedap ala Indonesia. Itu air mendidih dalam panci berfungsi sebagai air buat merebus makaroni n beberapa jenis sayur. Jadi, itu air mendidih dalam panci bukan apa yang aku impi2kan buat di icip, (kenapa mereka nggak ngijinan saya ngicip barang sesendok ya, ane udah minta bagian 1 sendok ini, biar tahu rasanya) tapi suami ane yg kejam-krn restoran udah mau tutup, cuma ngajak ane duduk dan makan apa yang ada. Jangan neko2 gitu bahasanya.
Beliau sangat tidak tahu betapa kangennya saya dengan makanan berkuah Indonesia. :`)
Salam from Brazil
Di publish juga disini
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H