Manusia diciptakan dengan disempurnakan oleh akal dan hawa nafsu. Akal dipergunakan untuk berpikir dan beraktivitas dalam kehidupan sehari – hari. Alat untuk memahami fakta ( manath ) yang mana hukum syara’ diturunkan terhadapnya dan alat untuk memahami nash – nash syar’i ( kitab dan sunnah ) sekaligus menggali darinya hukum – hukum syara’. Sementara, hawa nafsu dipergunakan untuk alat membentengi dan memperkuat diri dari hal – hal yang cenderung bersifat keburukan. Seringkali hawa nafsu menyesatkan keturunan Adam dan Hawa.
Manusia tak sedikit melakukan hal – hal di luar batas. Terjadi seks bebas dimana – mana. Kejahatan seksual dan kriminalitas merajalela. Korupsi, Kolusi dan Nepotisme meruak hampir ke seluruh lembaga yang ada. Etika dan estetika dikesampingkan demi kepentingan masing – masing pribadi. Kepedulian terhadap sesama sudahlah tiada. Amal diperhitungkan. Kaya tetaplah kaya, miskin tetaplah miskin. Dunia lebih utama daripada akhirat.
Salah satu ajaran agama lebih tepatnya Islam tiada sedikit pun mengajarkan hal demikian. Telah tertulis secara jelas bahwa adapun orang – orang yang beriman dan mengerjakan perbuatan kebajikan ( Kami tidak memikulkan kewajiban kepada diri seseorang melainkan sekadar kesanggupannya ). Merekalah penghuni – penghuni surga dan mereka kekal di dalamnya. Kami hapuskan semua dendam yang bersarang di dalam dadanya yang menyebabkan ia terganggu dari menikmati surga yang banyak mengalir sungai – sungai di bawahnya. Sementara itu, mereka mengatakan : Segala pujian untuk Allah yang telah memimpin kami untuk mendapatkan surga ini, tidaklah kami akan menemui jalan ini, kiranya Allah tidak memimpin kami. Sesungguhnya Rasul – Rasul Tuhan kami betul – betul datang membawa kebenaran. Lalu diserukan kepada mereka : Itulah surga yang diwariskan sebagai balasan dari kebajikan yang kami kerjakan dahulu ( QS. A; A’raf ayat 42 dan 43 ).
Kata kebajikan memang mudah untuk diucapkan namun sulit untuk dikerjakan. Kebajikan dalam beberapa ayat Al Quran menerangkan bahwa kebajikan adalah hal – hal yang dilakukan berpusat pada kebaikan, ketaqwaan dan ketaatan kepada Allah SWT dengan hanya mengharap ridho dariNya tanpa balasan dari sesama. Diantaranya amal sholeh, tidak riya’, tulus, ikhlas, huznudzon dan tidak dengki ataupun iri serta dusta.
Perilaku terkait bisa dilakukan dengan berbagai macam cara. Bisa dari pengamatan terhadap orang yang dijadikan contoh instropeksi diri. Bisa juga dari nasihat orang yang lebih mumpuni dalam segi agama. Bisa juga melalui media berupa sajian rohani Islami. Itulah yang menjadi dorongan bagi Trilogi Media Sinema untuk ikut melaksanakan ajaran yang berdasar pada moralitas, inspirasional dan religius. Muncullah program Wisata Hati dengan menggandeng ustadz kenamaan Indonesia, ustadz Yusuf Mansur. Ditebarkan kerohanian kepada setiap insani khususnya umat Islam untuk kesejukan dan ketenangan jiwa raga utamanya mampu melaksanakan sesuai syariat Islam bukan sekedar lisan. Mengetuk setiap nurani untuk peduli dan berani mengambil alih sebagai khalifah di muka bumi. Wisata hati, membasuh tabir nurani.
Presented by Ayu Yulia Yang Trilogi Media Sinema
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H