Ditengah Sena bermain, tiba-tiba ada awan hitam yang berjalan membawa air hujan. Hal tersebut membuat suasana hati Sena yang awalnya bahagia menjadi murung dan sedih. Kemudian Peri Aurora datang dan menghibur Sena.
“Sena si putri cantik, kenapa wajahmu murung cantik?. Mendung tersebut hanya lewat sebentar saja kok Sena” kata peri Aurora.
“Tapi, aku tidak suka mendung, apalagi hujan peri” ucap Sena sambil cemberut.
“Kenapa Sena cantik? Kalau tidak ada hujan maka tidak ada negeri pelangi Sena. Hujanlah yang membuat pelangi menjadi ada sehingga pelangi kerap kali dijadikan sebagai petanda setelah turunnya hujan. Pelangi akan muncul jika terdapat tetesan air hujan dan sinar matahari. Jika sinar matahari bersinar di atas tetesan air hujan, maka air hujan tersebut akan merefleksikan cahaya dan membiaskan bermacam-macam warna yang nantinya berubah menjadi warna pelangi yaitu mejikuhibiniu (merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, ungu).” ucap peri Aurora sambil menjelaskan betapa pentingnya air hujan dalam proses terbentuknya pelangi.
“Jadi, kalau tidak ada hujan maka tidak akan ada pelangi ya peri?” tanya Sena memastikan.
“Anak pintar, benar sekali Sena cantik. Jadi Sena sekarang gausa takut sama hujan lagi ya. Karena hujanlah yang membuat pelangi itu ada” ucap peri Aurora sambil meyakinkan Sena.
“Siap ibu peri cantik. Mulai sekarang Sena nggak takut hujan lagi. Sena menganggap bahwa hujan adalah pelangi di hati Sena” ucap Sena sambil tersenyum.
Peri Aurora dan Sena pun berpelukan dengan senyuman haru. Namun, tanpa disadari bahwa pelukan tersebut merupakan pelukan pertama dan terakhir mereka yang tidak akan pernah bisa terulang lagi.
Kricikkk...kricikk..kricikkk...
Suara tetesan air hujan yang tak kunjung berhenti membuat Sena terbangun dari mimpinya.
Sena memandangi air hujan sejenak dan mengulurkan tangannya melalui jendela kamar untuk mengambil tetesan air hujan yang turun dari langit.