Mohon tunggu...
Ayu Wulansari
Ayu Wulansari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya membuat ini untuk memberikan pengetahuan atau berita yang bermanfaat

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Revitalisasi Literasi dengan Pojok Buku Ceria di Perpustakaan Sekolah di Era Digitalisasi

30 Juli 2023   10:30 Diperbarui: 30 Juli 2023   10:55 191
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Literasi digital dapat membantu proses pembelajaran dalam dunia pendidikan. Bagi tenaga pengajar, literasi digital dapat berfungsi sebagai bekal untuk dapat membedakan sumber-sumber belajar yang benar, signifikan, dan dapat memberikan manfaat,” terang Ketua Tim Literasi Digital Sektor Pendidikan Kementrian Kominfo Republik Indonesia, Bambang Tri Santoso saat mengisi kegiatan Literasi Digital Sektor Pendidikan untuk SMK di Kota Samarinda, Senin (20/2/2023).

Selain itu, lanjut Bambang, literasi digital dapat membuka peluang bagi guru dan dosen agar lebih produktif dalam menciptakan media ajar digital.

“Selain tenaga pengajar, literasi digital juga memberikan dampak positif kepada peserta didik, mulai dari siswa pendidikan dasar, pertama, atas, dan tinggi. Literasi digital mempermudah mereka mencari data dan informasi dari berbagai media sebagai bahan pembelajaran,” terang Bambang.

Menurut Bambang, perolehan akses informasi yang lebih luas dapat memberikan kesempatan dan peluang yang lebih besar, menyeluruh, efisien, dan akurat bagi semua kalangan. Hal tersebut membuat ketimpangan informasi dapat diminimalisir dengan optimal.

“Perubahan-perubahan positif tentang teknologi digital diharapkan dapat dimanfaatkan dan dipergunakan dengan baik, termasuk pada dunia pendidikan,” tambahnya.

Pada kesempatan tersebut, dirinya menjelaskan bahwa saat ini Kementerian Kominfo melalui Ditjen Aplikasi Informatika membagi kegiatan literasi digital kedalam tiga segmentasi ,yaitu masyarakat umum, pendidikan dan pemerintahan.

“Segmentasi tersebut bertujuan untuk memasifkan gerakan nasional literasi digital, sehingga target 50 juta orang terpapar literasi dapat dicapai pada tahun 2024. Untuk itu, masayarakat dituntut harus paham akan literasi digital khususnya di era modern 4.0 ini,” tutupnya.

Dengan program kerja Pojok literasi disekolah yang memanfaatkan perpustakaan sekolah dengan maksimal kita dapat menghidupkan kembali budaya membaca peserta didik disekolah dengan memberikan waktu 15-20 menit membaca buku bersama lalu mencatat hasil dari yang mereka baca, karena digitalisasi peserta didik menjadi semakin malas dalam membaca buku terutama peserta didik jenjang SD mereka lebih tertarik untuk berliterasi disosial media seperti tiktok, YouTube, dan Instagram melihat dan mendapatkan informasi yang kurang bermanfaat untuk dirinya

Pojok baca merupakan pemanfaatan sudut ruang kelas sebagai tempat koleksi buku dari para siswa di tiap-tiap kelas (Nugroho, 2016: 145). Pengenalan siswa ke pojok bacaan kelas diharapkan bisa menanamkan budaya membaca sejak dari kelas awal. Mengingat budaya baca penduduk Indonesia yang masih tergolong rendah sudah seharusnya lembaga pendidikan berupaya menciptakan pojok baca sebagai pemanfaatan sudut ruang kelas sebagai tempat koleksi buku di tiap-tiap kelas. Pojok baca ini diharapkan dapat merangsang peserta didik untuk lebih gemar membaca dan melakukan aktivitas lain yang dapat megembangkan potensi dan daya pikir mereka. Buku-buku yang terdapat pada rak buku pojok baca di kelas, diambil dari perpustakaan yang diganti sekali dalam tiga hari. Berdasarkan hasil wawancara dengan salah seorang guru kelas mengatakan “pojok bacaan kelas ini dibuka setiap hari, guru kelas berkewajiban melakukan aktivitas siswa di pojok bacaan ini setiap paginya.” Diharapkan dengan adanya pojok bacaan ini, siswa dapat lebih aktif dalam pembelajaran lainnya.

Sehingga dengan program ini dapat menghidupkan kembali budaya membaca peserta didik dengan optimal disekolah masing-masing dengan memanfaatkan perpustakaan sekolah yang ada serta buku-buku yang ada dalam perpustakaan tersebut. Program pojok literasi dapat dilakukan di jenjang SD sampai dengan SMA/SMK karena lemahnya literasi terjadi di jenjang tersebut karena pengaruh digitalisasi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun