Teori Attachment yang dikemukakan oleh John Bowlby dan dilanjutkan oleh Mary Ainsworth adalah salah satu teori penting dalam psikologi perkembangan. Teori ini menjelaskan hubungan emosional yang mendalam antara anak dan pengasuh utamanya, yang menjadi dasar pembentukan hubungan interpersonal sepanjang kehidupan.
Penjelasan Teori Attachment
John Bowlby
Bowlby mengemukakan bahwa attachment adalah kebutuhan dasar manusia untuk membangun hubungan emosional dengan orang lain, terutama pengasuh utama (biasanya ibu). Menurutnya, attachment memiliki fungsi adaptif karena membantu bayi bertahan hidup dengan menjamin kedekatan dengan pengasuh yang menyediakan perlindungan, makanan, dan rasa aman.
Mary Ainsworth
Mary Ainsworth melanjutkan teori Bowlby dengan mengembangkan eksperimen "Strange Situation", yang mengidentifikasi pola-pola attachment antara anak dan pengasuh. Dalam eksperimen ini, bayi diamati dalam situasi di mana mereka ditinggalkan oleh pengasuh mereka, kemudian dipertemukan kembali. Berdasarkan reaksi bayi, Ainsworth mengidentifikasi empat jenis attachment:
1. Secure Attachment (Attachment Aman)
Bayi merasa aman dengan kehadiran pengasuh dan menggunakan pengasuh sebagai "secure base" untuk mengeksplorasi lingkungan. Ketika pengasuh pergi, bayi akan menangis atau terlihat cemas, tetapi mudah terhibur saat pengasuh kembali.
Contoh: Seorang anak yang bermain di taman akan sesekali melihat ibunya untuk memastikan kehadirannya, dan merasa nyaman untuk menjelajahi sekitarnya.
2. Avoidant Attachment (Attachment Menghindar)
Bayi cenderung menghindari pengasuh dan tidak menunjukkan perbedaan besar dalam reaksi mereka terhadap kehadiran atau ketidakhadiran pengasuh. Mereka terlihat mandiri tetapi sebenarnya menghindari keterikatan emosional.
Contoh: Anak yang tidak menunjukkan reaksi emosional ketika ibunya meninggalkan ruangan atau kembali.
3. Ambivalent Attachment (Attachment Ambivalen atau Gelisah)
Bayi sangat cemas ketika pengasuh pergi, tetapi sulit untuk ditenangkan ketika pengasuh kembali. Mereka mungkin menunjukkan kemarahan atau kebingungan terhadap pengasuh.
Contoh: Anak menangis histeris saat ibunya pergi dan terus menangis atau marah bahkan setelah ibunya kembali.
4. Disorganized Attachment (Attachment Tidak Terorganisir)
Bayi menunjukkan pola perilaku yang kontradiktif atau tidak terorganisir, seperti mendekati pengasuh tetapi juga takut padanya. Pola ini sering dikaitkan dengan pengalaman trauma atau pengabaian.
Contoh: Anak yang terlihat bingung atau takut ketika pengasuh mendekati mereka, mungkin karena pengasuh tersebut kadang bersikap kasar.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Attachment
1. Kualitas Pengasuhan
Responsivitas pengasuh terhadap kebutuhan bayi memainkan peran penting. Pengasuh yang sensitif dan responsif cenderung menciptakan attachment yang aman.
2. Temperamen Anak
Karakteristik bawaan bayi, seperti kecenderungan untuk menjadi tenang atau mudah marah, memengaruhi cara mereka berinteraksi dengan pengasuh.
3. Kondisi Lingkungan
Faktor lingkungan seperti stabilitas keluarga, tingkat stres, dan dukungan sosial juga memengaruhi pola attachment.
4. Pengalaman Trauma atau Kekerasan
Anak yang mengalami pengabaian, kekerasan, atau kehilangan pengasuh sering kali mengembangkan attachment yang tidak aman atau tidak terorganisir.
5. Budaya
Norma budaya tentang pengasuhan memengaruhi bagaimana attachment terbentuk. Misalnya, beberapa budaya mendorong kemandirian sejak dini, sementara yang lain menekankan kedekatan fisik.
Manfaat Attachment yang Aman
1. Kepercayaan Diri
Anak dengan attachment aman cenderung tumbuh menjadi individu yang percaya diri dan mandiri karena mereka merasa dicintai dan didukung.
2. Kemampuan Sosial yang Baik
Attachment yang aman membantu anak mengembangkan kemampuan untuk membangun hubungan yang sehat dengan orang lain, termasuk teman, pasangan, dan kolega.
3. Regulasi Emosi
Anak belajar mengelola emosi mereka dengan lebih baik karena mereka memiliki pengalaman pengasuhan yang mendukung.
4. Prestasi Akademik
Anak dengan attachment aman cenderung lebih fokus dan termotivasi dalam lingkungan belajar.
5. Kesehatan Mental
Attachment yang aman dikaitkan dengan risiko lebih rendah untuk mengalami gangguan kecemasan, depresi, atau masalah emosional lainnya di kemudian hari.
Contoh Penerapan Attachment dalam Kehidupan Sehari-Hari
1. Dalam Keluarga:
Orang tua yang responsif terhadap tangisan bayi dan memberikan kenyamanan secara konsisten membantu menciptakan attachment yang aman.
2. Dalam Pendidikan:
Guru yang mendukung dan memahami kebutuhan emosional siswa dapat membantu mereka merasa aman dan percaya diri di sekolah.
3. Dalam Hubungan Dewasa:
Orang dewasa yang memiliki attachment aman dengan orang tua mereka cenderung membangun hubungan romantis yang stabil dan saling mendukung.
Teori attachment memberikan pemahaman mendalam tentang pentingnya hubungan emosional awal dalam membentuk karakter dan kesehatan psikologis seseorang. Dengan menciptakan hubungan yang aman dan mendukung, kita dapat membantu individu berkembang menjadi pribadi yang sehat secara emosional dan sosial.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H