Aku hanyalah hujan yang ditakdirkan singgah sementara
Yang sempat menenangkan angin yang kering
Dan hujan terbuai dalam kesederhanaan itu
Sampai angin itu menemukan pelangi
Yang lebih indah dari sekedar hujan
Yang lama-lama terasa menjemukan
Hujan tetap tidak mau pergi
Dengan egois tetap berusaha agar angin itu kembali
Mencoba melawan takdir, kalau hujan hanyalah sementara
Tetapi suatu saat dia tersadar
Angin yang damai dengan pelangi adalah perpaduan yang menyejukkan
Ada banyak angan yang terbunuh dibalik derasnya hujan
Dan ada banyak kepingan hati yang berserakan di balik hujan yang berhenti tiba-tiba itu
Dengan matahari yang membawanya hilang, membuatnya semakin terlupakan
Mungkin hujan itu belajar
Banyak hal di dunia yang tidak bisa sekeras apapun dia mencoba
Yang harus dia lakukan adalah menerima
Kau siapa? Hujan? Angin? atau Pelangi?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H