Mohon tunggu...
Ayu Vida
Ayu Vida Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hobi memasak dan traveling

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Bukan Sekadar Bayangan, Mengenal Lebih Dekat Peran Penting Guru Pendamping dalam Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus

13 Juli 2024   01:30 Diperbarui: 13 Juli 2024   01:40 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Dalam sistem pendidikan di Indonesia, konsep pendidikan inklusif semakin diperhatikan. Konsep ini l merujuk pada tujuan bahwa dalam pendidikan semua perserta didik harus mempunyai kesempatan yang sama untuk mendapatakan pendidikan yang layak sesuai dengan potensinya terutama pada anak penyandang disabilitas. Dalam hal ini peran guru pendamping atau shadow teacher mempunyai peranan yang sangat penting guna mewujudkan visi ini.


Peran penting guru pendamping dalam pendidikan inklusif yaitu sebagai jembatan utama antara anak berkebutuhan khusus dengan lingkungannya yang sangat dibutuhkan untuk penyesuaian khusus. Banyak hal yang harus dilakukan oleh guru pendamping khusus seperti menyesuaikan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan anak, mendukung setiap perkembangan anak secara sosial maupun emosional sesuai dengan jenis gangguan yang di ampu oleh guru pendamping khusus.


Berbagai aspek ruang lingkup guru akan dibahas dalam artikel ini. Bahasan yang akan dipaparkan mulai dari membahas kompetensi guru, citra guru, kode etik guru, pendidikan inklusi dan kompetensi shadow teacher dan lain-lain. Dalam artikel ini juga akan membahas juga bagaimana implementasi pembelajaran kreatif menggunakan pendeketan montessori serta peran penting IEP dalam pembelajaran di pendidikan inklusif.


Penulisan artikel ini ditujukan tidak hanya untuk pendidik saja, tetapi orang tua, serta masyarakat umum. Dengan dituliskannya artikel ini mempunyai tujuan untuk emningkatkan pemahaman tentang peran penting guru pendamping khusus dalam mengembangkan pendidikan inklusif di Indonesia. Tidak hanya itu, tulisan ini juga bertujuan unntuk mendorong masyarakat agar membuka pemahaman tentang pendidikan insklusif guna mendorong bepartisipasi dalam pengembangan sistem pendidikan yang lebih inklusif dan berkeadilan.


Partisipasi guru harus memunculkan sikap profesionalisme. Seorang guru profesional tidak hanya memahami materi pelajaran, tetapi mereka juga harus memiliki berbagai kemampuan yang membantu mereka dalam pekerjaan mereka. Seorang guru profesional harus memiliki empat kemampuan utama: pedagogik, kepribadian, profesional, dan sosial. Kemampuan guru untuk mengatur pembelajaran dari perencanaan hingga evaluasi dikenal sebagai kompetensi pedagogik. Sesuai dengan filosofi Ki Hadjar Dewantara, "Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madya Mangun Karso, Tut Wuri Handayani," kompetensi kepribadian menekankan bagaimana seorang guru dapat menjadi teladan bagi siswanya. Kompetensi profesional difokuskan pada penguasaan materi dan penggunaan teknologi dalam pembelajaran serta pada kompetensi sosial menunjukkan bagaimana guru berinteraksi dan berkomunikasi dengan berbagai pihak dalam lingkungan pendidikan.


Untuk mewujudkan pendidikan yang baik maka guru harus mengikuti perkembangan yang terbaru, guru profesional harus memiliki keterampilan tambahan yang relevan dengan masalah pendidikan modern. Ini mencakup penguasaan pendekatan STEAM (Ilmu, Teknologi, Teknik, Seni, dan Matematik), pemahaman tentang pendidikan yang dipengaruhi oleh trauma, penggunaan alat digital, pembelajaran berbasis gender, pembelajaran sosial-emosi, dan kemampuan mengajar siswa yang beragam. Selain itu, penelitian menunjukkan bahwa dampak emosional guru terhadap siswa sama pentingnya dengan materi yang diajarkan kepada mereka. "Siswa akan melupakan sebagian besar yang Anda ajarkan, tetapi mereka akan mengingat bagaimana Anda membuat mereka merasa di kelas Anda," kata Carl W. Buehner. Oleh karena itu, untuk memberikan pengalaman belajar yang bermakna bagi peserta didik, pengembangan profesionalisme guru harus secara merata mencakup komponen afektif dan kognitif.


Dalam usaha merealisasikan pengalaman belajar bermakna di sekolah terkadang semangat turun karena guru merasa kurang dihargai ketika citra guru di masyarakat dipenuhi dengan berbagai asumsi dan stereotip. Di satu sisi, guru dianggap sebagai contoh, pahlawan tanpa cacat, dan orang tua kedua bagi siswa. Sebaliknya, ada beberapa orang yang meremehkan profesi guru, seperti percaya bahwa siapa saja bisa menjadi guru asalkan dia tahu apa yang mereka lakukan. Beberapa faktor menyebabkan pengakuan masyarakat yang rendah terhadap profesi guru di Indonesia. Beberapa di antaranya adalah kurangnya guru di daerah terpencil, yang memungkinkan pengangkatan tenaga non-profesional, dan kurangnya upaya beberapa guru untuk meningkatkan profesionalitas mereka.


Masalah rendahnya kualitas guru juga harus diperhatikan. Penguasaan materi yang buruk, ketidaksesuaian bidang studi yang diajarkan, metode pengajaran yang tidak efektif, dan kurangnya kematangan emosional dan kemandirian berpikir adalah beberapa tanda yang menunjukkan hal ini. Untuk mencapai hal ini, guru harus memiliki keterampilan yang lebih maju, seperti keterampilan komunikasi yang efektif, kemampuan untuk memotivasi orang lain, kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan perubahan, pengetahuan pedagogis, dan kecerdasan emosional.


Peran penting citra guru yang positif sangat penting. Guru PAUD tidak hanya harus memiliki pengetahuan dan keterampilan mengajar, tetapi juga harus dapat memahami dan menangani kebutuhan emosional anak-anak. Refleksi diri dan pengembangan profesional yang berkelanjutan sangat penting bagi guru untuk meningkatkan kualitas diri dan membangun persepsi positif tentang diri mereka sendiri di masyarakat.
Seorang guru profesional wajib membimbing dan mendidik siswa untuk menjadi manusia Indonesia seutuhnya yang berjiwa Pancasila. Untuk melaksanakan bimbingan dan pembinaan, guru harus jujur dan berusaha mendapatkan informasi tentang siswa mereka. Guru juga harus membuat sekolah menjadi tempat yang baik untuk belajar. Untuk membina peran dan rasa tanggung jawab bersama terhadap pendidikan, hubungan yang baik dengan orang tua dan masyarakat sekitar juga diperlukan. Seorang guru tidak hanya harus mengembangkan dan meningkatkan diri secara pribadi tetapi juga bekerja sama dengan rekan seprofesi untuk mempertahankan semangat kesetiakawanan sosial dan keluarga. Terakhir, seorang guru harus mematuhi semua kebijakan pemerintah dalam bidang pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Peningkatan kualitas organisasi profesi juga merupakan bagian penting dari perjuangan dan pengabdian seorang guru.


Pengabdian guru di pendidikan merupakan sebuah pengabdian yang sangat tinggi karena sistemi di pendidikan inklusif adalah sistem pendidikan yang memungkinkan siswa berkebutuhan khusus belajar bersama dengan siswa reguler di sekolah-sekolah terdekat. Ini memungkinkan setiap anak untuk meningkatkan pengalaman pembelajaran mereka dengan begitu guru membutuhkan seluruh aspek yang lebih karena menangani anak-anak spesial. Peran shadow teacher atau guru bantu yang mendampingi anak disabilitas dalam pembelajaran di kelas adalah bagian penting dari pendidikan inklusif. Shadow teacher bekerja sama dengan guru umum dan guru khusus untuk menyesuaikan bahan ajar dan metode pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan unik anak. Untuk mendorong integrasi sosial anak berkebutuhan khusus, mereka juga mendukung interaksi antar teman sebaya. Membangun hubungan yang baik dengan orang tua, menghormati hak pribadi, dan menggunakan bahasa yang positif dan mudah dipahami adalah etika yang penting saat melakukan asesmen.


Selanjutnya apa saja yang diberikan anak berkebutuhan khsusus. Langkah pertama dalam memberikan dukungan yang tepat bagi ABK adalah identifikasi dini dan asesmen yang akurat; proses ini melibatkan observasi sistematis, penggunaan instrumen asesmen yang terstandarisasi, dan kerja sama dengan orang tua dan profesional kesehatan. Hasil asesmen kemudian digunakan untuk membuat profil peserta didik ABK yang lengkap, yang menjadi dasar untuk merancang program pendidikan yang sesuai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun