Mohon tunggu...
ratih ayu
ratih ayu Mohon Tunggu... -

Hanya dengan mengingat Allah hati akan menjadi tenang :)

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Surat Cinta untuk Rasulullah

9 Maret 2011   14:12 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:56 2764
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kepada Rasulullah Saw.

Assalamu’alaikum ya Rasullullah,

Sebelum diriku mulai berbicara, sudah tergambar di pikiran ini.

Betapa bahagianya dirimu di sisi Allah.

Betapa bertuahnya dirimu menjadi pilihanNya.

Betapa beruntungnya dirimu ditabalkan menjadi utusanNya.

Dikaulah penghulu sekalian Nabi, pembawa rahmat buat sekalian alam.

Ya Rasulullah…

Di kesempatan ini, aku ingin kabarkan padamu. Aku rindu padamu ya Rasulullah. Aku dambakan pertemuan denganmu ya Rasulullah. Seringkali aku bertanya pada diri ini. Pada hayatku ini, aku belum sempat bertemu denganmu ya Rasulullah. Terpilihkah diriku ini untuk bertemu denganmu di akhirat sana? Ingin sekali kutatap wajah indahmu. Kutadahkan tangan ini memohon pada Illahi, agar aku dapat dipertemukan denganmu.

Ya Rasulullah, walaupun hanya sekedar menatap pusaranmu, itu sudahlah cukup bagiku. Tapi berpeluangkah diri ini?

Ya Rasulullah…

Walaupun kita tidak pernah bersua, sirahmu menjadi pedoman hidupku. Engkaulah qudwahku. Betapa hebatnya perjuanganmu. Betapa tabahnya dirimu menerima tarbiah dari Tuhan. Malu untuk diri ini berkata-kata.

Ya Rasulullah…

Diri ini pernah berjanji untuk mengamalkan sunnahmu. Diri ini juga pernah berjanji untuk menyambung rantai perjuanganmu. Namun,seringkali aku rebah dalam berjuang. Seringkali diri ini terasa lemah. Penat dan letih ya Rasulullah. Kaki ini telah gagal untuk terus melangkah. Aku gagal,ya Rasulullah.

Disaat diriku mendambakan dirimu bersamaku. Ingin aku adukan padamu kepedihan yang aku rasa. Ingin aku adukan kesakitan yang aku derita. Ingin aku adukan segala-galanya ya Rasulullah. Malu diri ini untuk berhadapan denganmu. Aku malu dengan pengakuanku. Namun itulah yang aku lalui. Kucoba menelusuri sirahmu, ya Rasulullah. Mencari-cari semangat juang yang engkau tinggalkan. Mengutip kembali segenggam tabah yang engkau wariskan. Tapi aku tetap gagal untuk bangun dari kejatuhanku.

Lalu kucoba lagi,ya Rasulullah. Ku usap butir jernih yang jatuh tanpa henti. Ku kutip sisa-sisa semangat yang masih berkaki. Aku akan terus mencoba,ya Rasulullah. Andai harta yang jadi taruhan, andai nyawa yang harus dikorbankan, akan aku buktikan. Demi meneruskan perjuangan ini, aku sanggup ya Rasulku.

Ya Rasulullah…

Walaupun kita tidak pernah bersua, sirahmu menjadi pedoman hidupku. Engkaulah qudwahku. Betapa hebat perjuanganmu. Betapa tabahnya dirimu menerima tarbiah dari Tuhan. Malu diri ini untuk berkata-kata.

Ya Rasulullah…

Seandainya aku yang tinggal di zaman yang kurang baik ini dapat bertemu denganmu, yang hidup di zaman keemasan Islam, aku akan sangat bersyukur. Aku ingin melihat sifat-sifat yang terpatri dalam dirimu, yang bijak dan banyak dibicarakan oleh sahabatmu. Kejujuran yang benar – benar nyata adanya. Kebaikan hatimu, serta seluruhsifat-sifat baikmu yang tak bisa kutemukan di zaman sekarang.

Seluruh sahabat – sahabatmu bahkan mengambil air bekas wudhumu. Mengambilrambut bekas rukukmu. Itu semua dilakukan karena mereka tahu betapa besar segala berkah yang ada pada dirimu. Bahkan disana, seperti apapun keadannya, engkau selalu berbuat bijak.

Musuh yang selalu melemparkan kotoran padamu, saat engkau keluar rumah, kau hadapi dengan sabar. Bahkan engkau datang yang pertama kali untuk menjenguk orang itu saat ia sakit.

Ya Rasulullah…

Alangkah bahagianya bila aku bisa bertemu denganmu. Berjumpa dengan manusia pilihan sepertimu. Aku kerap kali berandai – andai atau berkhayal bila nanti aku dilahirkan kembali, aku sangat berharap bisa dilahirkan pada zamanmu.

Ya, Rasulullah…

Aku ini merasakan kelembutan tanganmu.
Kejernihan jiwamu.
Kepedulian dirimu pada seluruh umat.
Segala yang ada dalam dirimu akan selalu menjadi yang terbaik bagiku.

Ya Rasulullah…

Mungkin hanya kaulah satu-satunya pemimpin yang pada malam hari menjaga umat-umatmu. Sedangkan umatmu tengah tertidur pulas di kasur raja-raja. Perbuatanmu itu mencerminkan betapa pedulinya engkau pada umatmu. Tidakitu saja. Engkau bahkan rela tidak makan berhari-hari demi kemaslahatan umatmu. Semua harta bendamu diberikan kepada yang lebih berhak. Bahkan bila engkau punya sepotong roti saja untuk mengganjal perutmu, dan jika ada pengemis yang datang meminta, engkau pasti memberikannya dengan ikhlas. Jika engkau tak mempunyai makanan, engkau berpuasa terus menerus.

Sungguh mulia dirimu ya Rasulullah.

Berabad-abad sudah berlalu

namun namamu masih melekat di hatiku

tak pernah aku bertemu atau berjumpa denganmu

tak pernah aku melihat langsung dakwahmu

namun sinar cahaya itu mampu menebus jaman dan ruang

menembus perbedaan di antara seluruh umat manusia

cahaya itu tak pernah redup sampai akhir zaman

Rasulullah SAW , begitu agung namamu

bergetar hati ini , menangis , rindu bertemu dengan mu

rindu pada suri tauladan yang kau berikan

rindu pada kesederhanaan dan kepedulianmu

rindu pada kedamaian yang kau ciptakan

Rasulullah SAW , rindu pada kepemimpinanmu

Cinta dan kasih sayang mu tiada tara

Rahmatan Lil Alamin , memang itulah dirimu

Umatmu sekarang banyak yang sudah menjauhi suri tauladanmu

banyak yang sudah berubah dari koridor garis awal

pun saya merasa demikian

Rasulullah SAW , aku rindu padamu

kami rindu padamu

Rasulullah Nabi Muhammad SAW

Aku yakin sinar yang kau bawa tak kan pernah padam

Allahumma Solli Ala Muhammad

semoga shalawat itu akan tetap berdengung

hingga akhir masa nanti.

Wahai Rasul Penghulu Sekalian Nabi,

Maafkan aku, maafkanlah aku.

Di akhir qalamku ini.

Sekali lagi ingin aku lafazkan.“ Aku merindukanmu, ya Rasulullah..”

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun