Mohon tunggu...
Ayu Maesaroh
Ayu Maesaroh Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa

Nothing

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Awal Mula Pertemuan

29 Oktober 2023   18:37 Diperbarui: 29 Oktober 2023   18:38 412
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bersandar dibawah cakrawala di antara gelap malam

Membuka ruang angan angan terlintas dalam benak pikiran

"Malam sudah datang kepalamu masih bising ya? Ada cerita apa? 

Apa saja yang seisi alam beri sampai-sampai tangismu tidak berhenti?"

Berada di bawah langit di atas tanah,

Terdapat jiwa yang bersemayam didalam raga,

memiliki rasa tenang yang tak pernah hilang, 

sabar tak padam, egois terus berperan,rasa marah selalu menang.

Hi, Kamu ...

Kau dan segala cerita ini adalah alunan yang tak henti-hentinya, 

Tutup telingamu untuk hal yang hanya menyakiti hatimu

ini tentang kamu yang melawan sebuah sendu disetiap goresan kata-katanya, 

Menjadi dewasa, semakin berteman dengan diri sendiri. 

I think proses dewasa adalah kata kunci hidup. 

Tentang bagaimana kita memaknai kehidupan kita.

Dunia itu gaduh, 

tiba-tiba hening ia berkata "Kamu seperti Antariksa, 

sangat indah namun terlihat jauh, tak ku sangka kita akan Bersama, 

walau nanti aku terluka, kan ku beri hati yang utuh, dan ku simpan dimanapun yang kau mau"

Berdiri tenang di jendela berteman dengan secangkir teh hangat di tangan, 

Msrhpz_
Msrhpz_

Ia masih menatapi langit yang malam dengan hujan , lalu berkata

" Terpenjam mendengarkan gemercik air

Keheningan gulita malam

Terjaga dalam mimpi

Dikendalikan Oleh Imajinasi

Hujan Kuselipkan Sebuah Ucapan

Perihal jatuh cinta terjadi tanpa sebuah rencana

Yang cintanya tak akan pernah habis

Rasanya tak pernah mati"

Lalu aku pun pergi ke ranjang untuk tidur..Zzzzz

02 Oktober 2022 

Ku buka mata nampaknya semua telah berubah 

mengingatkan ku kembali pada Senyummu yang mekar sehangat mentari pagi , 

Gemuruh tawamu yang gaduh membuat hati saya penuh.

Tanpa kusadari aku telah terjebak di dalam punggung mu dan mengikutimu,

Aku tersenyum dengan nalar yang terbuar, 

Tatapan yang samar, 

Keberadaan yang memudar namun apa yang aku rasakan semakin jelas tergambar. 

Ribut masih bersarang di kotaku, di celah-celah bait antara kencang, 

Gemuruh dan ketidak tentuan arah Aku selalu berkata di dalam hatiku 

" Akhirnya pagi datang aku bisa bertemu denganya di kampus!"

Ini cerita tentang sore dan senja

Rangkaian diksi berdistraksi membuang ambisi

Mengubur sepi kepalung yang paling sunyi

Aku akan terus berlari kearahmu dan Mengobati lukamu

Tanpa ku sadar kamu berlari ke arahku

Ada lawan kata yang sulit di setiap kalimat

Yang dibungkus dari langit lalu dilempar ke bumi

Memungut detik demi detik 

Merangkainya seperti bunga 

Sisa secangkir kopi yang kau berikan 

Naluri berkontemplasi sepenuh hati 

Jujur bibirku kelu untuk mengutarakan 

Sebuah terimakasih akan hidup bersamamu

Msrhpz_
Msrhpz_

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun