Hari Raya Kuningan dilaksanakan tepat sepuluh hari setelah dilaksankannya Hari Raya Galungan, Menurut kalender Bali, Hari Raya Kuningan dilaksanakan di hari Saniscara Kliwon yaitu pada Saniscara atau Sabtu Kliwon Wuku Kuningan. Kata Kuningan yang mempunyai makna yang mendalam yaitu "kauningan" yang memiliki arti meningkatkan spiritual dengan cara mengintrospeksi diri supaya terhindar dari bahaya, menghaturkan persembahan untuk memohon keselamatan, berkah dan kesejahteraan untuk semua umat hindu. Rangkaian perayaan Hari Raya Kuningan sebenarnya adalah rangkaian atau lanjutan hari Raya Galungan itu sendiri.
Hari raya kuningan mempunyai makna yang sangat menarik dan unik, jika dipandang dari akar tradisi umat Hindu yang berada di Bali. Hari Raya Kuningan merupakan hari untuk merayakan kemenangan dharma dengan adharma, bisa diartikan lebih mudah yaitu merupakan hari dimana umat Hindu di Bali merayakan kemenangan kebaikan melawan kejahatan. Umat Hindu berikutnya melaksanakan perayaan besar dan persembahan tersebut diberikan kepada para dewa, sebagai wujud terimakasih untuk kemenangan itu.
Di Dalam tradisi pelaksanaanya, bisa ditemui hal yang menarik dan unik di tempat berbeda. Misalkan di daerah Tabanan, kita dapat melihat masyarakat melaksanakannya dengan memberikan uang kepada masyarakat dengan cara dilemparkan ke udara. Hal ini dilaksanakan setelah persembahyangan selesai dilakakukan. Perayaan ini dilaksanakan  dengan mempersembahkan sesaji kepada para dewa dan leluhur, untuk rasa terimakasih atas berkat kemenangan yang telah diberikan. sehinggangga, secara langsung memberikan uang kepada yang kurang mampu atau yang membutuhkan, dan secara tidak kasat mata memlakukan persembahan seperti makanan berat, makanan ringan, sampai berbagai jenis bunga dan dupa yang dibakar.
Pada saat pelaksanaan Hari Raya Kuningan banten atau persembahan yang di haturkan disetiap desa atau daerah tentu tidak sama, dikarenakan memang sesajen dan banten itu beraneka ragam dan banyak jenisnya. Pelaksanaan upacara dan persembahyangan pada saat hari raya Kuningan, hanya dilaksanakan sebelum jam 12 siang atau dilaksanakan setengah hari persembahyangan harus sudah selesai semua. Karena itu dipercayai sebelum menjelang siang hari energi alam semesta seperti kekuatan Panca Mahabutha seperti akasa, pertiwi, apah, bayu dan teja menuju klimaknya, dan setelah siang hari menuju masa pralina atau pada saat itu energi alam semesta sudah kembali dan para bhatara, Pitara dan Dewa juga sudah kembali ke surga.
Di saat pelaksanakan Hari Raya Kuningan ciri khas dari isi banten atau persembahan umat Hindu yaitu seperti nasi kuning, berbeda dengan pelaksanaan di saat upacara lainnya pada saat hari raya Galungan, Saraswati pegerwesi atau hari suci lainnya yang menggunakan sarana nasi putih sedangkat disaat hari raya  Kuningan menggunakan sarana seperti nasi kuning, yang memiliki lambang sebuah kemakmuran dan kesejahteraan yang telah dianugerahkan oleh ida shang yang widia tau Sang Pencipta yang juga menghanturkan persembahan yang lain sebagai ucapan terima kasih umat hindu, mengucapkan rasa syukur atas segala anugerah dari ida sang hyang widi.Â
Sarana upakara lainnya berupa endongan tamiang, lamak dan ter. Makna dan simbol dari Sarana pada saat Hari Raya Kuningan Jika dilihat sejumlah sarana dan jejahitan yang dipakai didalam perlengkapan upacara di saat Hari Raya Kuningan ini sangat spesial, tentunya sarana tersebut mengandung filosofi dan arti dari sebuah simbol yang wajib dipakai
Yang pertama ada Tamiang. Tamiang sering dimaknai dengan simbol perlindungan diri karena wujud atau bentuknya seperti perisai, dan bentuknya yang melingkar dipercayai juga sebagai lambang Dewata Nawa Sanga yang merupakan penguasa sembilan arah mata angin. Tamiang juga dipercayai sebagai roda alam atau cakraning manggilingan atau yang diartikan sebagai roda kehidupan yang selalu berputar.
Selain sarana Tamiang terdapat juga Endongan yang bentuknya menyerupai seperti sebuah tas atau kompek yang di Dalam nya terdapat perbekalan yang merupakan simbol bekal bisa diartikan sebagai bekal untuk para leluhur dan juga bekal untuk kita semua umat hindu di dalam kehidupan ke depannya. Bekal yang paling Penting dan paling ampuh yaitu disebut dengan jnana atau disebut juga pengetahuan.
Selanjutnya terdapat sarana Ter, ter diartikan sebagai simbol dari panah yang berarti senjata untuk perlengkapan perang dalam kehidupan ini dan senjata paling ampuhnya yaitu ketenangan pikiran di Dalam kehidupan, berikutnya ada sarana Sampian gantung ini merupakan simbol dari penolak bala atau penolak kesialan dan keburukan, sedangkan Nasi Kuning yang memiliki lambang kemakmuran dan kesejahteraan.
Jika di lihat dari makna dan sarana yang terdapat pada sarana upakara di saat pelaksanaan Hari Raya Kuningan yang lebih identik dengan alat-alat atau senjata di dalam perang, berbeda dengan sarana ketikan Galungan ataupun pada saat Pagerwesi.
Dari sinilah yang akan dapat  selalu meningatkan umat manusia akan hakikatnya didalam kehidupan memang seperti sebuah perang, dan bagaimana umat manusia selalu dapat berusaha untuk berperang melawan keadaan dan dapat selalu menemukan jalan di dalam kehidupan yang lebih baik, baik untuk kehidupan di dunia ataupun di akhirat nantinya. Di Saat Hari Raya Kuningan, umat hindu diharapkapkan untuk eling dan uning atau diartikan sebagai sadar dan tahu agar tetap mengendalikan indria atau mengendalikan diri yang tidak akan pernah ada batasannya. dan Pada Saat ini Dewa Indra dipuja sebagai manifestasi dari tuhan atau Ida Sang Hyang Widi.
Sangatlah banyak hari raya suci yang ada pada agama Hindu, selain untuk menyuguhkan budaya alam Bali juga terdapat nilai estetika atau keindahan membuat para wisatawan yang pergi berkunjung ataupun liburan ke pulau surya Dewata Bali ini menjadi kagum dan ingin dapat mengenal lebih Dalam lagi budayanya. Semuanya akan menjadi warisan budaya Hindu yang terjaga dengan baik dan berkaitan dengan kehidupan beragama di pulau seribu pura dan Dewata Bali.
Sehingga keindahan alam pariwisata di Bali tidak hanya dikarenakan keragaman pariwisata atau objek wisata daan tempat rekreasi alamnya saja, namun juga terdapat juga karena budaya luhur serta sejumlah tradisi yang diwariskan oleh para leluhur masyarakat di Bali, menjadi hal yang sangat unik dan menarik bagi wisatawan.
NAMA : NI NYOMAN AYU TRISNAYANI
NIM: 2113011095
JURUSAN: MATEMATIKA
PRODI: S1 PENDIDIKAN MATEMATIKA
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H