Dear Bapak-bapak driver “JAGOAN”,
Selasa, 22 Maret 2016 kemarin merupakan hari yang cukup membuat warga Jakarta was-was dalam menjalani aktifitasnya. Ketahuilah wahai Bapak supir taxi yang terhormat bahwa kami saat ini sungguh sudah sangat kecewa dengan aksi yang kalian lakukan kemarin. KENAPA? *melotot*
Memang awalnya kami bersimpati dengan keadaan kalian. Pendapatan menurun, setoran kurang, dan masalah sulit lainnya yang mungkin kalian hadapi. Sunggu kami sangat bersimpati Pak. Kami juga berharap ada penyelesaian yang baik antara beberapa pihak. Yang pasti bukan hanya pihak driver tapi juga pihak yang membangun perusahaan. Kami berfikir dan berharap bahwa aspirasi yang kalian lakukan kemarin TIDAK LEBIH dari hanya membuat macet dan membuat orang-orang susah mencari angkutan umum. TIDAK LEBIH DARI ITU. TAPI KENYATAANNYA???? Sungguh jauh dari apa yang dibayangkan. *geleng-geleng kepala sambil nyeruput es teh*
Bapak-bapak driver yang menjadi “jagoan” kemarin, apakah kalian tau apa yang dimaksud dengan demo atau menyampaikan aspirasi yang sesungguhnya?? Apa kalian mengerti betul aturan dalam berdemo yang sesungguhnya? Aaahh sudahlah, saya rasa gak perlu lah dijelaskan secara gamblang. Toh kalian juga (mestinya) tau sendiri apa itu yang namanya demo dan menyampaikan aspirasi. Dan menurut Bapak-bapak driver yang “jagoan”, apakah yang terjadi kemarin TERMASUK dalam kategori demo atau menyampaikan aspirasi?? COBA MOHON PENJELASANNYA PAK..!! *dengan suara meninggi tapi seksi*
Penumpang diturunkan ditengah tol bahkan ada seorang Ibu yang sedang membawa anak pun turut jadi “korban” hal norak demikian. Driver dari perusahaan ojek online pun jadi sasaran aksi “jagoan” kalian sehingga mereka pun tersulut emosi dan membentengi diri dengan aksi yang juga sama noraknya. Mobil pribadi yang juga jadi “korban” salah sasaran karna dikira mobil berbasis aplikasi. Rekan driver kalian sendiri yang saat itu sedang bekerja mengais rezeki di tengah Ibu Kota juga DIPAKSA bergabung dengan kalian dengan cara yang menurut saya sudah sangat sangat keterlaluan dan tidak bermartabat (norak juga). Bahkan mobilnya diinjak-injak serta dihancurkan. MAKSUDNYA TUH APA PAK???!! Mau ngapain begitu??? Gak punya hati dan rasa empati kepada sesama rekan driver?? Apa Gak inget keluarga, anak, istri, orangtua dirumah juga??? Gak inget efek setelahnya kepada pelanggan-pelanggan tercinta??? Mau dibilang hebat dan jagoan kah dengan beraksi seperti itu?? Menurut Bapak-bapak sekalian apakah dengan cara itu, kami para pengguna jasa malah jadi berempati dan bersimpati kepada kalian?? HAH??!! Sayangnya TIDAK sama sekali Pak. Ini sungguh sangat mengecewakan dan memalukan bangsa Ini khususnya masyarakat Ibu Kota. NORAK TAU PAK...!!! NORAK BANGET..!! *gebrak meja warteg*
Bagaimana pendapat, masukan dan aspirasi Bapak-bapak mau didengar kalau caranya seperti ini??? Bagaimana kami para pelanggan mau bersimpati kalau kejadiannya begini?? BAGAIMANA PAK CARANYA??? BAGAIMANA??? JELASKAN KEPADA KAMI...!!! *ngunyah tahu jeletot*
Bapak-bapak driver yang budiman yang juga (bukan) sok jagoan, Kenapa harus begitu repot berdemo sendiri sih Pak. Sedangkan Bapak bisa lihat petinggi-petinggi Bapak saat itu berada dalam ruang ber-AC sambil ngopi dan mungkin makan nasi padang pake rendang dengan kuah banjir dan peyek udang (kira-kira 25ribu/porsi) sembari menonton kalian dalam layar TV ukuran 49”. Sadarkah Pak, Hal seperti ini harusnya bukan menjadi tanggungjawab Bapak-bapak. Tetapi menjadi tanggungjawab petinggi-petinggi terutama pemilik perusahaan yang Bapak tempati. Mereka yang harusnya berinovasi, berkreasi agar dapat bersaing dengan transportasi berbasis aplikasi saat ini. Sedangkan Bapak-bapak driver hanya tinggal menjalankan inovasi dan kreatifitas yang mereka berikan. Bukan malah Bapak yang mencari solusi. Apalagi dengan cara yang kelewat brutal seperti ini. Gimana?? Sudah paham soal ini??. Baiklah kalau belum paham coba dipikirkan dengan matang dan seksama sambil nyeruput kopi sama ruti.
Kini semua sudah terjadi ya Pak (bubur udah gak bisa jadi nasi apalagi buburnya komplit dan porsinya banyak). Kerugian materiil, fisik dan spiritual pun sudah terlanjur ada sejak aksi “jagoan” Bapak-bapak driver sekalian. Sekarang mau gimana lagi? Masih mau lanjut protes dengan cara sedemikian rupa atau tetep jalan mencari berkah dan rezeki supaya kehidupan Bapak-bapak beserta keluarga tetap berjalan seperti adanya.
Saya cuma mau kasih sedikit kutipan (contekan) aja : “Kalau ada lalat hinggap di atas bisulmu, kau akan mengerti bahwa masalah tidak harus di selesaikan dengan kekerasan”. Berdamailah dengan kehidupan Pak. Gak usah khawatir dan panik dengan rezeki yang diterima karena Tuhan sudah menjaminnya. Jika menjalani dengan Ikhlas dan sungguh-sungguh, mudah-mudahan rezeki tetap mengalir. Aamiin.
SALAM DAMAI UNTUK TRANSPORTASI INDONESIA.