Sebagai masyarakat yang berbudaya dan tidak akan pernah menghilangkan budaya nenek moyang. Â Mencoba mengganti pemilu dengan Hompimpa sepertinya bisa menjadi alternatif yang baik. Disamping mengurangi dampak perpecahan yang sudah terjadi karena pemilu. Kita juga bisa turut andil untuk memperkenalkan budaya kita kepada dunia.
Hompimpa atau hompimpah adalah sebuah cara untuk menentukan siapa yang menang dan kalah dengan menggunakan telapak tangan yang dilakukan oleh minimal tiga peserta. Biasanya hompimpa digunakan oleh anak-anak untuk menentukan giliran dalam sebuah permainan. Sewaktu bermain petak umpet misalnya, anak yang kalah hompimpa mendapat giliran sebagai penjaga pos. Tetapi aturan ini dapat berubah sesuai kesepakatan dari para pemain.
Dalam pilpres ini memang hanya ada dua calon presiden. Sesuai peraturan hompimpa yang sudah berlaku dari jaman nenek moyang yang mewajibkan ada tiga peserta. Jadi, agar lebih afdol ditambah salah satu anggota KPU.
Pemilihan anggota KPUnya juga tidak bisa sembarang. Harus hompimpa juga dong. Tidak perlu  menghabiskan anggaran yang banyak, bukan? dan yang terpenting tidak akan ada korban jiwa karena kelelahan mengurusi pemilu.
Memang tidak mungkin untuk mengganti sistem pemilu dengan hompimpa yang alakadarnya ini. Tapi kita bisa belajar banyak dari hompimpa. Hompimpa mengajarkan untuk tidak sombong, percaya dan legowo menerima kekalahan.
 Hompimpa alaium gambreng  dalam bahasa sanskerta berarti Dari Tuhan kembali ke Tuhan, Ayo bermain.  Hompimpa  memiliki arti yang sangat dalam dan seakan akan menghardik pemilu saat ini.Â
Hompimpa memang hanya permainan yang sederhana tapi lebih baik ketimbang pemilu. Mengajarkan apapun yang ada di dunia ini adalah milik Tuhan, sedangkan pemilu? Larangan Tuhanpun mereka lakukan agar bisa menang!
Ayolah mulai sekarang bersatu jangan mau terpecah belah. Mereka yang sedang bertarung memperebutkan kekuasaan hanya memanfaatkan kita untuk melanggengkan kekuasaannya. Ketika menang Mereka mungkin saja bakal lupa dengan janji - janjinya . Nah kalau sudah begitu apa yang bisa kita perbuat?Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H