Mohon tunggu...
Kadek Ayu Sri Widiastuti
Kadek Ayu Sri Widiastuti Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Mahasiswa Ilmu Hukum Semester 1

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Indonesia Harmonis dari Perspektif Generasi Milenial Indonesia

21 Desember 2022   09:27 Diperbarui: 21 Desember 2022   09:51 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Termuat dalam buku yang diciptakan oleh duka pakar sejarah dan penulis filsafat asal Amerika, William Strauss dan Neil Howe tentang generasi milenial yang berasal dari kata millennials. Generasi millennial di masyarakat lebih sering dikenal dengan generasi- Y atau echo boomers, yang secara khusus diklasifikasikan berdasarkan dengan tahun lahirnya, yaitu lahir antara tahun 1980 dan 2000. Banyak studi dan juga pengamatan yang dilakukan oleh para ahli terkait dengan generasi milenial ini, diketahui bahwa pada generasi Y atau generasi milenial perkembangan teknologi dan juga komunikasi adalah hal yang menjadi hal identik dari generasi Y sendiri, karena saat generasi ini ada bersamaan dengan momentum gerak globalisasi yang mulai meningkat. Adanya pertukaran atau transfer teknologi dari negara maju terhadap negara berkembang, penyebaran informasi yang semakin mudah baik dari media internet maupun televisi yang saat itu sudah banyak dimiliki oleh masyarakat, pertukaran budaya juga sudah banyak yang terjadi sehingga antara tahun 1980 -- 2000 trend-trend asing sudah masuk ke Indonesia. Dengan hal ini, antara budaya asli Indonesia dan budaya asing mengalami akulturasi atau asimilasi yang mendatangkan budaya baru  di Indonesia.

Indonesia, dengan bentuk permukaan kepulauan membuat budaya asli itu sudah banyak sekali. Sebab ditinjau secara geografis, antara masyarakat satu dan yang lain dipisahkan oleh lautan. Sehhingga di pulau-pulau yang terpisah itu akan membuat sebuah koloni atau perkumpulan masyarakat dengan budaya yang disesuaikan dengan alam sekitarnya, dan juga bahasa daerah yang dimengerti oleh perkumpulan orang dalam pulau tersebut. Sehingga, dengan banyaknya pulau yang dimiliki oleh Indonesia, membuat kebudayaan local dan juga bahasa yang dimiliki juga beragam. Oleh karena itu, Indonesia dikenal sebagai negara dengan kemajemukan yang luar biasa. Bukan hanya dari segi budaya, kemajemukan Indonesia juga bisa dilihat dari agama, ras, suku yang beragam di Indonesia. Dan semakin lama akan muncul budaya-budaya lainnya sebagai akulturasi kebudayaan yang sudah biasa terjadi.

Indonesia dengan kemajemukannya itu bagaikan dua mata pisau, ada sisi positif dan juga negatifnya. Sisi positifnya adalah keberagaman ini adapat menjadi daya tarik bagi wisatawan untuk mengunjungi Indonesia sehingga memberikan banyak keuntungan untuk Indonesia baik secara langsung maupun tidak langsung, dan juga berdapat terhadap masyarakat untuk meningkatkan tariff hidupnya. Selain itu dapat juga menumbuhkan rasa saling menghargai antara satu sama lain yang berbeda. Sisi negatifnya adalah, apabila masyarakat itu tidak bisa menyikapi perbedaan ini dengan baik, jika masyarakat tidak dapat menerima perbedaan yang ada di sekitarnya, maka dapat menimbulkan perselisihan yang bisa memecah kelompok-kelompok masyarakat tertentu. Sehingga dalam hal ini, keharmonisan itu diperlukan dalam kemajemukan.

Harmonis, dalam filsafat iu adalah kerja sama antara berbagai faktor dengan sedemikian rupa sehingga dapat berjalan bersamaan dan menimbulkan atau mewujudkan kesatuan yang luhur. Generasi milenial yang dianggap sebagai generasi yang sudah dewasa dan dapat berpikir dengan visioner dapat mewujudkan kerharmonisan dalam kemajemukan ini. Keharmonisan dalam kemajemukan Indonesia dapat diwujudkan dengan mengimplementasikan secara sempurna ajaran Tri Hita Karana.

Tri Hita Karana adalah ajaran universal yang dapat diterapkan oleh siapa pun tanpa memandang apa agama atau dari suku mana ia berasal, namun hanya penyebutannya saja yang tak sama. Tri Hita Karana berasal dari Bahasa Sansekerta, Tri artinya tiga, Hita artinya kebahagiaan dan Karana artinya penyebab, jadi Tri Hita Karana adalah tiga hal yang dapat menyebabkan terwujudnya kebahagiaan. Dalam Tri Hita Karana ada tiga hal yang diyakini dapat menimbulkan kebahagiaan, diantaranya adalah hubungan harmonis antara manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa, hubungan harmonis antara manusia dengan lingkungan, hubungan harmonis antara manusia dengan manusia yang lainnya. Itu lah yang dimaksud dengan Parahyangan, Palemahan, dan Pawongan.

Parahyangan, hubungan baik antara manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa dapat mewujudkan keharmonisan dalam kemajemukan. Karena di Indonesia terdiri dari berbagai umat yang agamanya berbeda, jadi harus saling menghargai perbedaan keyakinan antara umat satu dengan umat yang lainnya. Ajaran Tuhan terhadap umatnya tidak mungkin buruk, jadi jika kita mendekatkan diri kepada Tuhan dan mengimplementasikan ajaran Tuhan dengan baik di kehidupan tentu saja keharmonisan akan dapat dimiliki oleh semua orang dan kehidupan akan menjad lebih baik. Keharmonisan ini bukan hanya berkaitan dengan manusia saja, tetapi keharmonisan dengan Tuhan juga hal yang harus  dijaga, jadi Parahyangan adalah salah satu cara menjaga keharmonisan di Indonesia.

Kedua ada Palemahan, hubungan harmnonis antara manusia dengan lingkungan sekitar. Menjaga keharmonisan dengan lingkungan sekitar itu sama seperti menjaga keharmonisan antara budaya satu dengan budaya yang lainnya. Dengan menjaga palemahan ini, maka akan terjaga juga keharmonisan kenajenukannya. Menjaga alam sekitar sama saja dengan menjaga keharmonisan Indonesia. Karena kalau alam sekitar tidak terjaga, bagaimana dengan yang lainnya lagi. Oleh karena itu harus dimulai dari lingkungan yang terdekat terlebih dahulu. Agar implementaisi yang lainnya lebih mudah lagi untuk dilakukan.

Ketiga ada Pawongan, hubungan harmonis antara manusia satu dengan manusia yang lainnya. Ini adalah bagian yang paling penting untuk menjaga keharmonisan Indonesia di mata millennial seperti saya. Karena pemicu utama dari timbulnya ketidakharmonisan adalah pertengkaran yang terjadi antara manusia satu dengan manusia yang lainnya. Contoh nyata yang dapat dilihat adalah ketika terjadi bencana alam di Cianjur ada komunitas dari Agama Kristen yang memberikan bantuan kesana namun banner di bantuan tersebut dilepaskan oleh beberapa oknum terkait, sehingga hal ini memicu banyak kontra yang menimbulkan ketidakharmonisan. Kejadian ini berarti keharmonisan antara umat beragama masih harus ditingkatkan lagi di masyarakat agar keharmonisan di Indonesia dapat tercipta dengan sempurna.

Dnegan bisa mengimplementasikan hal tersebut dengan baik, maka dapat dipastikan keharmonisan di Indonesia akan dapat segera tercipta. Karena generasi milenial adalah generasi yang dianggap paling melek atau sadar dengan kemajuan dan teknologi serta keberagaman, sehingga dapat juga bisa lebih awas dengan ancaman-ancaman sosial yang mengancam keharmonisan ini.

Memang meski harus diakui, menyamakan persepsi ratusan juta orang itu tidak mudah, menyamakan pendapat dan pemikiran untuk menciptakan keharmonisan itu tidak mudah, apalagi ada banyak generasi di dalamnya. Bukan hanya generasi millennial yang melek dengan kondisi bangsa, tapi ada juga generasi yang masih awam atau kurang sadar dengan kondisi bangsa maupun yang tidak bisa menerima perbedaan-perbedaan ini, sehingga terasa sulit untuk mewujudkan keharmonisan. Tapi harus disadari, sulit itu bukan berarti mustahil. Dengan beberapa upaya yang lebih keras dari dalam diri sendiri, pasti bisa mewujudkan keharmonisan tersebut. Dan salah satu caranya adalah pemahaman terhadap Tri Hita Karana terhadap semua orang, sehingga pemikirannya akan semakin terbuka dan hubungan harmonis di Indonesia dapat terjaga dengan baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun