Mohon tunggu...
Ayu Sri surya ningsih sihite
Ayu Sri surya ningsih sihite Mohon Tunggu... Mahasiswa - Everything has beauty but not everyone can see

Mahasiswa STT HKBP Pematangsiantar

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Apakah Kamu Baik-baik Saja?

20 Maret 2021   09:55 Diperbarui: 20 Maret 2021   09:56 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Manusia memiliki banyak sekali emosi. Ada sedih, haru, senang dan sebagainya. Salah satu dari emosi tersebut adalah membenci. Pertayaannya, apakah emosi diakibatkan oleh diri sendiri atau orang lain? Mungkin banyak dari kita yang berpikir bahwa emosi datang atau ada diakibatkan karena orang lain. Namun tahukah kita bahwa sesungguhnya kebencian itu datang atau diakibatkan, diperbolehkan hadir karena diri kita sendiri. Bukan orang lain.

Dapat kita katakan bahwa sesungguhnya seseorang yang membenci menutupi rasa insecure mereka. Oleh karena rasa insecure mereka yang tertahankan itu, mereka mencari objek untuk melampiaskannya. Memanipulasi diri sendiri seolah-olah orang lain lebih buruk darinya. Hal ini merupakan salah satu cakupan dari sekian banyak kasus mental yang tidak sehat. Bahkan orang yang bermental sehat pun memiliki emosional yang tidak stabil atau dapat dikatakan naik turun. Kadang mereka sudah merasa baik baik saja, kadang juga tidak. Pada zaman ini, society menyebutnya sebagai istilah mood.

Jika terdapat beberapa hal yang kurang sesuai dengan keinginan hatinya, ia cenderung malas untuk berbicara ataupun melakukan beberapa hal. Atau bahkan ada yang emosional secara langsung, sehingga melampiaskannya dengan perkataan ataupun tindakan (dalam hal inilah manusia sering terlibat pada kekerasan fisik atau verbal). Namun hebatnya manusia, seringkali mereka berpura-pura untuk menjadi baik baik saja. Padahal Sesungguhnya jauh dibalik lubuk hati mereka, mereka tahu bahwa hati mereka sedang terluka, emosional mereka sedang tidak terkontrol, kebencian mereka sedang meronta-ronta.

Namun seringkali mereka mengabaikannya, agar tidak dianggap cengeng, mellow, melankolis dan lainnya. Disini dapat kita lihat bahwa pendapat orang lain itu seakan-akan lebih penting daripada menjaga hati kita agar tidak retak, menjaga mentalitas kita agar tidak rusak. Mungkin kita sering berpikir, disaat kita merasa baik baik saja, masalah kita akan selesai. Namun tunggu dulu, coba kita ingat kembali, kita sadari kembali, bahwa isu kesehatan mental tidak pernah selesai jika kita selalu mengubur itu dengan rasa baik baik saja yang labil.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun