Tum paas aaye, yun muskuraaye... Pasti tidak asing lagi lirik lagu dari Kuch Kuch Hota Hai ini di telinga kita. Ya, Bollywood sukses memikat hati penonton internasional dengan mengangkat budaya India ke layar lebar.Â
Mulai dari tarian penuh warna, kostum sari yang memesona, hingga adegan-adegan penuh air mata yang bikin kantong tisu cepat habis. Bahkan, siapa yang tak ingat Inspektur Vijay dengan seragam polisinya yang khas? India telah berhasil menempatkan budaya mereka sebagai sajian sinematik yang mendunia.
Mari melintasi sedikit lagi ke Timur, ada Tiongkok yang rajin menghadirkan aksi-aksi wuxia dengan CGI yang memukau, menjadikan pertarungan di udara terlihat begitu anggun---padahal coba kita lakukan sendiri, bisa-bisa ujung-ujungnya di IG Story dengan caption "jatuh terperosok saat latihan ilmu meringankan tubuh."Â
Belum lagi Korea Selatan yang sukses dengan film thriller psikologis, hingga Jepang dengan anime dan film-film puitisnya. Dan Thailand, yang kini hadir dengan drama dan horor yang cukup intens sampai bikin kita yang cuma menonton di layar, serasa kena sambaran efek menakutkan dari layar itu sendiri.
Lalu... Indonesia?
Film Indonesia memang sudah bangkit dari masa mati surinya. Dari awal 2000-an, kita mulai melihat tanda-tanda kebangkitan itu. Film seperti The Raid sukses membawa pencak silat ke kancah internasional, membuat dunia tahu bahwa bela diri kita juga bisa sesangar dan sekompleks seni bela diri lain di dunia. Ada juga Tenggelamnya Kapal van der Wijk dan Marlina si Pembunuh dalam Empat Babak, Ngeri-Ngeri sedap yang mengangkat budaya dan nilai lokal ke layar lebar, menyentuh tema keluarga, adat, bahkan konflik batin yang universal.
Horor Indonesia: Merinding di Negeri Sendiri, tapi Belum Mendunia
Genre horor kita? Tentu tak kalah. Dari Jailangkung hingga KKN di Desa Penari, horor Indonesia sukses menakut-nakuti penonton lokal, dengan plot yang berbalut mitologi dan budaya Indonesia. Tapi, mengapa film horor kita belum bisa sepopuler horor Thailand di kancah internasional? Apa perlu film horor kita ditambah bumbu komedi ala "Abang Pocong Lari Maraton" biar lebih nempel?
Mengapa Film Indonesia Sulit Menembus Pasar Dunia?
Seperti halnya memasak rendang, menembus pasar film internasional juga butuh bumbu-bumbu tertentu. Berikut beberapa elemen yang mungkin jadi penghambat kita:
* Kurangnya Sentuhan Lokal dengan Pengemasan Internasional
Film Indonesia kaya akan budaya lokal, tapi terkadang ceritanya terlalu kompleks untuk dipahami penonton luar. Ibaratnya seperti nasi uduk, jika tidak disajikan dengan cara yang menarik, orang asing mungkin tidak akan tahu kelezatan di balik tampilannya yang sederhana. Begitu juga dengan budaya kita: keunikannya harus bisa disajikan dalam bahasa yang mudah dicerna tanpa kehilangan esensi.
* Penerjemahan yang Kurang Memadai
Kita butuh penerjemah yang tidak hanya bisa menerjemahkan kata-kata, tetapi juga konteks budaya. Jangan sampai terjemahan dialog jadi kaku dan akhirnya, makna sesungguhnya tak sampai ke penonton luar. "Mak cincong yang nggak ketulungan" tentu akan terdengar aneh jika diterjemahkan secara mentah, bukan?
* Akses ke Platform Internasional
Di zaman sekarang, streaming adalah segalanya. Banyak film Indonesia belum tembus ke platform internasional besar seperti Netflix, Amazon Prime, atau Disney+. Padahal, dengan jangkauan platform seperti itu, siapa tahu KKN di Desa Penari bisa jadi bahan obrolan mereka saat camping malam hari, kan?
* Investasi di Segi Produksi dan Promosi
Film internasional besar sering kali memiliki anggaran yang besar, baik dalam produksi maupun promosi. Kalau kita ingin film Indonesia lebih dikenal di luar negeri, harus ada investasi yang lebih serius dalam hal kualitas teknis, promosi, bahkan teknologi visual. Mungkin suatu saat ada investor yang mau membawa pencak silat bertarung melawan zombie dari dunia lain dengan efek CGI maksimal?
Langkah-langkah untuk Menggugah Dunia
Lantas, apa saja yang bisa kita lakukan? Berikut beberapa ide yang bisa dilakukan:
- Kolaborasi Internasional
Kerja sama dengan sineas internasional bukan hanya membuka akses distribusi tetapi juga menambah wawasan dalam aspek produksi. Seperti yang pernah dilakukan dalam film 'The Raid', bisa diperbanyak lagi kolaborasi semacam itu. Siapa tahu suatu saat ada film yang disutradarai bersama sineas Hollywood  dan dibintangi aktor Indonesia yang lagi makan bakso sambil menghindari alien?
- Penggalian Budaya Lokal yang Lebih Kuat
Kita punya begitu banyak mitos dan kisah lokal yang menarik untuk diangkat ke layar lebar. Mungkin suatu saat ada film tentang Si Manis Jembatan Ancol yang dijadikan kisah cinta lintas dunia?
- Penggunaan Teknologi Visual yang Lebih Berani
Dunia perfilman saat ini sangat bergantung pada teknologi visual yang canggih. Dengan CGI yang mantap, film kita mungkin bisa menarik perhatian dunia lebih cepat. Bayangkan saja, Jailangkung atau film tentang Pocong dengan efek CGI maksimal yang bikin Jailangkung dan para pocong lompat keluar dari layar!
- Pemilihan Musik dan Original Soundtrack yang Kuat
Musik bisa membawa penonton masuk lebih dalam ke dalam cerita. Original soundtrack yang mengena tidak hanya memperkaya film tetapi juga meninggalkan kesan mendalam. Musik yang catchy bisa menjadi identitas film kita---siapa tahu nantinya ada OST Indonesia yang diingat seperti My Heart Will Go On dari Titanic?
- Dukungan Pemerintah dalam Industri Film untuk Go International
Dukungan pemerintah dalam mempromosikan film di pasar internasional bisa membantu profil industri kita. Korea Selatan berhasil melakukannya, mengapa kita tidak? Pemasaran yang tepat bisa membuat film Indonesia mendunia dengan lebih cepat.
***
Meski perjalanan masih panjang, potensi perfilman Indonesia di panggung global begitu besar. Dengan sinematografi yang mengangkat budaya lokal dan narasi yang kuat, bukan tidak mungkin suatu saat nanti kita bisa mendengar orang asing menyebut judul film Indonesia dengan aksen yang berbeda---mungkin malah sambil menyanyikan OST film Indonesia di panggung karaoke mereka. Jika kita berani berinovasi dan menantang batas, Indonesia bisa menjadi kekuatan besar di dunia perfilman.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H