Di negeri janji, Murah berdiri,
Senyum merekah, selayaknya mentari,
"Kita tak butuh banyak, cukup sejumput mimpi,
Semua bisa murah, asal tahu cara mematri."
Ia bicara pada Menteri Kesehatan,
"Obat mahal? Minum air, itu pilihan,
Sakit demam? Istirahat saja tenang,
Murah, murah, hidup jadi ringan."
Lalu ia temui sang Menteri Pendidikan,
"Buku tebal itu membuang anggaran,
Cukup satu lembar, esensinya kan tetap bertahan,
Murah itu cerdas, hemat, dan menawan."
Tak lupa ia sapa sang Menteri Transportasi,
"Bus? Setengah saja, selebihnya kaki,
Murah bukan berarti sengsara, kawan,
Jalan kaki sehat, hidup lebih aman."
Namun rakyat mulai gelisah, bertanya,
Di mana janji murah hati itu nyata?
Sakit tak terobati, sekolah tak lagi cerdas,
Hidup jadi murah, tapi serasa terempas.
Dan Presiden, dengan kemurahan hati,
Melihat jauh ke dalam negeri,
"Murah itu tak berarti hampa,
Harapanku tak sesederhana kata."
Murah tetap tersenyum dalam sunyi,
Meninggalkan janji di balik mimpi,
Di negeri yang terus berharap lebih,
Kata murah pun perlahan tersisih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H