Ketika kami menggugat...
Perkenalkan, kami adalah makhluk TuhanÂ
Sering tak dianggap oleh kalian
Kecuali hanya sebagai pemuas keserakahan yang menulikan telinga dengan suara gemerincing pundi-pundi kekayaan, membutakan mata dengan silaunya gemerlap kemewahan semu
Padahal kami diciptakan Sang Mahakuasa atas nama cinta, untuk menopang kehidupan kalian
Apa salah kami?
Hingga menghabisi kami dengan membabi buta
Tahukah kalian seberapa besar pengorbanan kami?
Kami yang tumbuh di pegunungan, kami yang tumbuh di perairan, kami yang tumbuh di jalanan berdebu dan berpasir, bahkan di atas pusara kalian
Dari akar, batang, ranting, daun, bunga, buah, kulit hingga getah semua didedikasikan untuk kalian
Kami tak mengenakan tarif dijadikan tempat berteduh dari terpaan hujan dan teriknya mentari
Ada jerih payah kami di dalam udara segar yang kalian hirup sebagai sumber kehidupan kalian
Apa hak kalian menyiksa kami?
Sang Maha Pencipta saja tak pernah menyiksa kami begitu pedih
Namun kalian begitu lancang, sanggup menghancurkan dengan panasnya api keserakahan
Hingga memorakporandakan dedikasi pengorbanan cinta kami
Kalian injak-injak kami yang tumbuh tak cantik sebagai rerumputan liar
Kalian petiki daun, bunga dan buah kami tanpa henti
Kalian habisi kami tanpa ampun dengan berbagai perkakas mesin yang menderu
Sakit sungguh sakit
Akar kami tak selamanya mampu berdiri tegak untuk menjadi tameng kalian yang tak tahu balas budi
Kalian hancurkan rumah bagi sekumpulan makhluk lain yang bernama hewan
Ya, karena kami juga menjadi rumah terbaik bagi mereka untuk berlindung
Tak percaya?
Coba tanyakan saja pada aneka burung, aneka serangga, ular, kelelawar, ulat, kupu-kupu dan bahkan para primata
Sungguh bukan main kejamnya kalian
Maka...
Jangan salahkan kami ketika gunung melongsorkan tanahnya
Jangan salahkan kami ketika pantai tergerus erosi
Jangan salahkan kami ketika musim menjadi tak menentu
Jangan salahkan kami ketika Bumi semakin panas
Ia pun marah pada kalian
Tahukah kalian?
Kelak, keserakahanlah yang akan menghancurkan kehidupan kalian
Namun, belum terlambat untuk menyelamatkan diri dari murkaNya
Manfaatkan kami dengan hati nurani bukan dengan nafsu yang tak kunjung reda
Setia, itulah kami...
Kami adalah pahlawan kehidupan kalian
Lantas kalian?
Pilihlah! Menjadi musuh atau pahlawan bagi kami?
Ingatlah Sang Mahakuasa menciptakan kita satu paket
Camkan itu wahai manusia-manusia tamakÂ
karya ini diikutsertakan dalam rangka mengikuti Event Rumah Pena Inspirasi Sahabat untuk memperingati Hari Pahlawan tahun 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H